1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Memanfaatkan Potensi Para Migran

Sabine Kinkartz4 Februari 2013

Seorang teknisi jadi sopir taksi. Seorang juru rawat bekerja sebagai tenaga kebersihan. Seorang Insinyur menjadi penganggur. Banyak migran di Jerman tidak bekerja sesuai kualifikasinya.

https://p.dw.com/p/17Wh2
Pekerja migran dilatih menjadi penjual bunga
Pekerja migran dilatih menjadi penjual bungaFoto: Getty Images

Jerman saat ini kekurangan tenaga kerja yang punya kualifikasi tinggi. Jika situasi ini terus berlangsung, tahun 2025 jumlah orang yang bekerja di Jerman akan berurang sampai 6 juta orang. Ini situasi yang tidak baik bagi perkembangan ekonomi. Karena itu, tahun 2011 pemerintah Jerman menggelar berbagai program untuk menambah tenaga kerja berkualifikasi. Salah satu caranya dengan mengakui kualifikasi tenaga kerja yang berasal dari luar negeri. Aturan pengakuan kualifikasi ini diatur oleh undang-undang khusus.

Aturan yang baru mulai berlaku tanggal 1 April 2012, kata Ralf Meier, pejabat di Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman. Ia menyebutnya sebagai perubahan paradigma. ”Sampai saat ini para migran selalu dilihat dalam aspek bahwa mereka harus dibantu. Sekarang untuk pertama kalinya ada pendekatan baru, bahwa kualifikasi kerja yang didapat di luar negeri juga bermanfaat bagi pasar kerja Jerman, dan bisa digunakan di sini.”

Hak Atas Pengakuan

Dari sekitar 3 juta warga migran yang ada di Jerman, sekitar 2 juta orang memiliki kualifikasi kerja dari luar negeri. Banyak dari mereka selama puluhan tahun harus menerima kenyataan bahwa setelah tiba di Jerman, mereka dikategorikan sebagai tenaga kerja tidak terdidik. Akibatnya mereka hampir tidak punya peluang di pasar tenaga kerja. Sekarang, warga migran punya hak untuk mendaftarkan kualifikasinya, agar dikaji dan disesuaikan dengan kualifikasi Jerman.

Untuk lembaga Jerman yang melakukan pemeriksaan kualifikasi asing, ini adalah tugas berat, kata Ulrich Schönleitner dari Kementerian Ekonomi Jerman. Sangat sulit membandingkan sebuah kualifikasi asing dengan kualifikasi yang ada di Jerman. ”Kami punya standar yang sangat tinggi dan kami tidak ingin mencairkan standar itu. Karenanya kami harus menentukan dengan tepat, dimana letak kompetensinya. Dan kalau ada kekurangan, seperti yang sering terjadi, maka harus segera dilakukan perbaikan.”

Pelatihan di lembaga pendidikan BWK, Berlin
Pelatihan di lembaga pendidikan BWK, BerlinFoto: Getty Images

Penyesuaian Kualifikasi Asing

Di bidang pendidikan profesi ada sekitar 3000 permohonan pengakuan kualifikasi asing yang diajukan ke Kamar Dagang dan Industri Jerman. Sekitar 700 pekerja asing sudah mendapat pengakuan ijazah pendidikannya. Profesi dan kualifikasi apa saja yang ada di negara lain dan bagaimana penyesuaiannya dengan sistem pendidikan di Jerman, semua informasi tentang itu dikumpulkan dalam sebuah portal internet yang dinamakan ”BQ-Portal”. Ini adalah proyek bersama yang dikerjakan oleh sektor ekonomi dan sektor ilmiah Jerman dengan bantuan dari Kementerian Ekonomi.

Pimpinan proyek Dirk Werner dari "Institut der deutschen Wirtschaft“ (IW) mengatakan, ini benar-benar merupakan tantangan besar. Seorang juru masak dari Polandia masih bisa diklasifikasi dengan mudah. Tapi kalau ada seorang ”juru masak karamel” asal Uganda, masalahnya jadi lebih sulit. Di banyak negara, sistem pendidikan profesi tidak diatur secara ketat seperti di Jerman. ”Di beberapa negara di Afrika ada aturan pendidikan profesi, tapi itu hanya merupakan semacam acuan saja. Jadi disana tuntutannya lain. Begitu juga standar dan kualitasnya. Jadi kalau ada sertifikat dari sana, sangat sulit untuk menentukan, bagaimana kualifikasinya, karena kita tidak bisa memberi penilaian begitu saja.” Selalu harus diperhatikan dari negara mana sertifikat dikeluarkan dan profesi apa yang ada di negara itu. Dalam hal ini, jawabannya bisa berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.

Memanfaatkan Sumber Daya Manusia

Di BQ-Portal sekarang sudah ada informasi dan profil tentang 20 negara. Tapi permohonan pengakuan kualifikasi datang dari 85 negara. Menurut perkiraan yang hati-hati, ada sekitar 200.000 pekerja migran di Jerman yang bekerja jauh di bawah kualifikasinya. Menurut Nihat Sorgec, direktur lembaga pendidikan BWK di Berlin, kebanyakan migran sudah pasrah menerima kondisi itu dan tidak punya terlalu banyak motivasi lagi untuk mengubah situasinya. ”Dalam beberapa tahun terakhir muncul semacam pesimisme, karena ada perasaan bahwa mereka ditolak. Disini tidak ada budaya menyambut pendatang, jadi ini punya dampak pada mental para pendatang.” Karena itu, para pendatang harus diberi semangat lagi. Harus dilakukan sesuatu, agar mereka merasa bahwa kedatangan mereka memang disambut, demikian penilaian Nihat Sorgec.

Adanya hak untuk meminta pengakuan ijazah, tidak cukup untuk menarik warga migran. Aturan yang baru perlu dilengkapi dan diterapkan di segala tingkat administrasi dan hal ini tidak mudah dilakukan, kata Ralf Meier dari Kementerian Pendidikan. Terutama para pegawai negeri di kantor-kantor Jerman perlu mengubah sikap mereka ketika menghadapi para migran. ”Mereka harus mengembangkan budaya menyambut pendatang, jadi mereka benar-benar menerapkan semangat politik yang ada di belakang aturan baru ini. Inilah tantangan besar saat ini.”

Pekerja migran di perkebunan
Pekerja migran di perkebunanFoto: nick barounis/Fotolia

Di Kamar Dagang dan Industri Jerman, praktek ini sudah berjalan cukup baik, demikian Ralf Meier. ”Karena mereka sangat dekat dengan perusahaan dan mereka benar-benar merasakan kebutuhan perusahaan.” Tapi untuk pengakuan kualifikasi dalam profesi yang diatur secara ketat, misalnya untuk dokter dan jururawat, yang berwenang adalah Dinas Kesehatan Negara Bagian, jadi dinas yang memang bertugas menguji kualifikasinya. ”Dalam hal ini, mereka tidak menerima tekanan dari perusahaan yang mengatakan, kami membutuhkan tenaga kerja ini,” kata Ralf Meier.

Mempermudah Prosedur

Hambatan lain adalah biaya yang tinggi dalam prosedur pengakuan ijazah dan sertifikat. Biasanya biayanya mencapai sekitar 600 Euro. Tapi dalam analisa kualifikasi yang lebih kompleks, biayanya bisa sampai 2000 Euro, kata pimpinan proyek BQ, Dirk Werner. Ini tergantung dari berapa banyak dokumen yang sudah ada dan berapa dokumen yang masih harus diminta dari negara asal. ”Yang sulit adalah kasus, dimana ijazah yang asli sudah tidak ada lagi. Atau tidak ada informasi di negara asal tentang jalur pendidikan yang ditempuh.” Memang ada beberapa kasus seperti itu. Penyelidikan juga makin sulit dilakukan, kalau masa pendidikan makin jauh di masa lalu. ”Pada sebagian kasus, lembaga pendidikannya sudah tidak ada, atau kementerian pendidikan di negara lain tidak terlalu bermotivasi untuk bekerjsama. Kasus seperti ini juga ada. Jadi kami tidak mendapat informasi,” demikian Werner.

Para migran yang ingin mendapat pengakuan atas kualifikasi pendidikannya, tidak selalu harus menanggung biaya itu sendirian. Tergantung dari tenaga kerja apa yang sedang dibutuhkan di Jerman, ada bantuan negara untuk biaya prosedur pengakuan ijazah. Kantor Tenaga Kerja bisa mengganti sebagian atau malah seluruh biaya itu.