1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan

11 Juni 2011

Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mengeluarkan laporan terkait jumlah korban sipil yang tewas di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/11Yk0
Konferensi pers UNAMA di ibukota Afghanistan, KabulFoto: DW

Perwakilan UNAMA mengatakan, Mei tahun ini merupakan bulan yang paling parah bagi warga sipil di Afghanistan sejak tahun 2007. Pada bulan lalu, sedikitnya 368 warga sipil tewas dan 593 lainnya mengalami luka-luka, papar wakil UNAMA di Kabul Sabtu lalu (10/6). Angka ini melebihi jumlah di bulan lainnya. Sejak 2007, UNAMA mulai mencatat warga sipil yang tewas dan terluka, tutur kepala bagian hak asasi manusia UNAMA, Georgette Gagnon. Lebih dari tiga perempat jumlah korban sipil dibunuh oleh para pemberontak. 45 warga sipil lainnya tewas akibat serangan NATO atau tentara Afghanistan. Sementara 22 korban lainnya tidak dapat diidentifikasi penyebab kematiannya. UNAMA mengatakan, faktor anti-pemerintah bertanggung-jawab atas kematian warga sipil terkait konflik.

Berdasarkan laporan UNAMA, akibat ledakan bom rakitan sendiri, yang merupakan senjata yang paling sering digunakan pemberontak, 119 warga sipil tewas dan 274 lainnya cedera. UNAMA menjelaskan, umumnya bahan peledak diletakkan di pinggir jalan atau kawasan perbelanjaan yang ramai dikunjungi. Gagnon mengatakan, penggunaan senjata-senjata itu melanggar hukum internasional.

Laporan UNAMA disampaikan Sabtu lalu (11/6) ketika sejumlah serangan menyebabkan kematian 21 orang di Afghanistan. Serangan terberat terjadi di kota Chakres di provinsi Kandahar, barat daya Afghanistan. Enam belas orang, termasuk delapan anak tewas ketika sebuah bom meledak di pinggir jalan mengenai bis yang mereka tumpangi. Kepala kepolisian Abdul Rasik menuduh Taliban bertanggung-jawab atas aksi ini. Menurutnya, sasaran pemberontak sebenarnya adalah pasukan NATO.

Di timur Afghanistan, di provinsi Chost, seorang pelaku bunuh diri menyerang sebuah kantor polisi. Empat orang, diantaranya tiga polisi tewas dan 25 orang lainnya cedera akibat serangan tersebut. Berdasarkan keterangan kepala kepolisian provinsi, komandan pasukan militer, Mohammed Sahir Chan juga tewas dalam serangan itu. Sementara di ibukota provinsi Ghasni seorang pembom bunuh diri menewaskan seorang anak dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka. Polisi melaporkan bahwa pelaku mendorong kereta belanja berisi bahan peledak ke sebuah stan es krim.

AN/VL/dpad/afpd