1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Media Cina Tuding Trump Inginkan Perang

13 Januari 2017

Ancaman calon Menlu AS, Rex Tillerson untuk memblokir akses Beijing ke Laut Cina Selatan dianggap sebagai deklarasi perang oleh media Cina. Kedua pihak, tulis salah satunya, akan menghadapi konfrontasi bersenjata

https://p.dw.com/p/2Vk75
USA Donald Trump Pressekonferenz in New York City
Foto: Getty Images/S. Platt

Media-media Cina memperingatkan bakal Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson agar berhati-hati dalam berucap setelah mengancam akan memblokir akses Beijing ke Laut Cina Selatan. Komentar tersebut diungkapkan Tillerson dalam sidang uji kelayakan dan kepatutan di Senat AS. Menurutnya Laut Cina Selatan "bukan bagian dari teritorial Cina."

Bekas direktur perusahaan minyak ExxonMobil itu juga menyebut tindak tanduk Beijing di Laut Cina Selatan serupa invasi Rusia di Krimea.

USA Befragung Senat - Rex Tillerson, designierter Außenminister
Rex TillersonFoto: Reuters/J. Ernst

Atas pernyataan tersebut media pemerintah, China Daily, mewanti-wanti langkah tersebut "akan mengarahkan hubungan Cina dan AS pada konfrontasi yang berbahaya."Tillerson antara lain mengancam akan menghalangi Cina menggunakan kepulauan Spratly dan Paracel.

Sejak beberapa tahun terakhir Beijing aktif membangun infrastruktur militer, termasuk di antaranya bandar udara dan pangkalan angkatan laut, di sejumlah pulau yang diperebutkan. Namun media Cina menilai kebijakan tersebut adalah deklarasi perang.

"Kecuali Washington berencana melancarkan perang dalam skala besar di Laut Cina Selatan, pendekatan yang mencegah CIna mengakses pulau-pulau ini akan menjadi tindakan yang bodoh," tulis Global Times.

Harian terbitan Partai Komunis itu juga menulis Tillerson harus menyiapkan strategi yang sempurna jika ingin "mengusir negara kekuatan nuklir dari wilayah teritorialnya sendiri."

Pemerintah Beijing sendiri bereaksi tenang atas pernyataan Tillerson. Jurubicara Kementerian Luar Negeri, Lu Kang, secara sopan menganjurkan Washington agar memperhatikan urusan sendiri.

"Situasi di Laut Cina Selatan telah kondunsif dan kami berharap negara-negara non regional menghormati konsensus yang menjadi kepentingan dunia internasional," ujarnya.

Presiden terpilih AS, Donald Trump, membentuk kabinet yang antara lain berisikan tokoh konservatif garis keras seperti Peter Navarro yang pernah mendeklarasikan Beijing sebagai manipulator mata uang.

"Jika tim diplomat yang disusun Trump akan menata hubungan Cina-AS di masa depan, maka kedua pihak sebaiknya mempersiapkan diri untuk konflik militer."

rzn/ap (afp,rtr)