1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masuk Daftar Spyware Pegasus, Presiden Prancis Ganti Ponsel

23 Juli 2021

Sebuah surat kabar Prancis melaporkan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron berpotensi menjadi sasaran spyware Pegasus atas nama Maroko. Rabat membantah tuduhan itu dan mengajukan gugatan pencemaran nama baik.

https://p.dw.com/p/3xu02
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Presiden Prancis Emmanuel MacronFoto: Sebadelha Julie/Abaca/picture alliance

Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengganti ponsel beserta nomornya setelah sebuah laporan media Prancis mengatakan dia berpotensi menjadi sasaran spyware Pegasus buatan Israel, kata seorang pejabat kepresidenan, Kamis (22/07).

"Dia mendapatkan beberapa nomor telepon. Ini tidak berarti dia telah dimata-matai. Ini hanya keamanan tambahan," kata seorang pejabat Prancis kepada kantor berita Reuters.

Dilaporkan Macron mengadakan pertemuan keamanan siber darurat pada hari Kamis (22/07), dan membahas perihal isu tersebut. Pemerintah Prancis sedang mencari cara untuk meningkatkan infrastruktur keamanan sibernya dan melindungi gedung-gedung publik, seperti rumah sakit.

Apa itu spyware Pegasus dan mengapa Macron berpotensi menjadi sasaran?

Spyware Pegasus dibuat oleh perusahaan Israel NSO Group. Spyware tersebut kemudian dijual kepada instansi-instansi pemerintah di seluruh dunia untuk tujuan memerangi kejahatan dan terorisme.

Spyware ini dapat diinstal di ponsel Apple dan Android secara diam-diam, memungkinkan operator untuk mengekstrak pesan, foto dan email, merekam panggilan. Program ini juga diaktifkan untuk membajak mikrofon dan kamera ponsel.

Forbidden Stories, organisasi nirlaba yang berbasis di Prancis dan organisasi hak asasi manusia Amnesty International telah mengidentifikasi 50.000 nomor telepon yang digunakan untuk mengawasi target potensial.

Basis data yang bocor dibagikan dengan Le Monde, The Guardian, Washington Post, Die Zeit, Suddeutsche Zeitung dan 10 organisasi berita global lainnya sebagai bagian dari penyelidikan yang dikenal sebagai Proyek Pegasus.

Surat kabar Le Monde melaporkan pada Selasa (20/07) bahwa beberapa nomor di antaranya adalah milik Macron dan pejabat tinggi Prancis lainnya. Laporan itu mengatakan Maroko yang melakukan pengawasan potensial.

Maroko mengajukan gugatan pencemaran nama baik

Maroko membantah tuduhan tersebut dan telah mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap Forbidden Stories dan Amnesty International.

"Negara Maroko... ingin semua kemungkinan tuduhan palsu dari kedua organisasi ini terungkap, yang membuat klaim tanpa bukti konkret atau demonstratif apa pun," kata pengacara yang mewakili Maroko dalam kasus ini, Olivier Baratelli, Kamis (22/07).

Sidang pertama untuk kasus tersebut di akan digelar di pengadilan Paris pada 8 Oktober mendatang.

Baratelli mengatakan pemerintah Maroko "tidak bermaksud membiarkan banyak kebohongan dan berita palsu yang menyebar beberapa hari terakhir ini dibiarkan begitu saja."

NSO juga membantah bahwa Macron adalah target.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut laporan mata-mata Pegasus "sama sekali tidak dapat diterima," sementara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan "penting" bahwa perangkat lunak tersebut tidak jatuh ke tangan yang salah.

rap/hp (AFP, AP, Reuters)