1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masalah Pengangguran Remaja Eropa

Dyan Kostermans5 Juni 2008

Dalam dunia kerja warga muda di Eropa rentan dan kurang terlindungi. Tingkat pengangguran rata-rata kaum muda Eropa mencapai 17,2 persen, khususnya bagi warga Eropa yang berusia antara 15 hingga 24 tahun.

https://p.dw.com/p/DA3p
Warga muda di EropaFoto: European Community, 2004

Jika masalah kriminalitas remaja banyak dibahas di kalangan politik, media dan juga masyarakat, masalah pengangguran remaja seolah-olah tidak mendapat perhatian. Padahal dampak yang timbul akibat pengangguran dan buruknya kondisi kerja warga muda Eropa sangat besar terhadap tingkat demografi penduduk. Hal yang menjadi perhatian besar Hans Böckler Stiftung, Friedrich Ebert Stiftung dan Serikat pekerja Jerman DGB dalam diskusi Dimensi Sosial Eropa.

Perkembangan pesat yang terjadi di Eropa tidak menjangkau warga muda Eropa yang sedang mengalami pengangguran. Bagi warga Eropa yang berusia antara 15 hingga 24 tahun tingkat pengangguran lebih dari 17 persen, sedangkan bagi mereka yang memiliki pekerjaan kondisinya tidak bagus. Status mereka bukan pekerja tetap melainkan dengan kontrak kerja untuk jangka waktu terbatas, sebagai pekerja paruh waktu atau mereka bekerja secara informal. Yakni pekerjaan yang tidak tercakup dalam undang-undang kerja dan sosial, sehingga tidak memiliki aturan pembayaran pajak, jam kerja dan jaminan sosial. Misalnya pekerjaan seperti pembantu rumah tangga, penjual di jalan hingga perusahaan kecil yang hanya memiliki beberapa pegawai. Khususnya di sektor pelayanan jasa yang kebanyakan pekerjanya para remaja Eropa. Demikian penjelasan Juliane Bir dari Serikat Pekerja Eropa, dalam kesempatan diskusi Dimensi Sosial Eropa di Berlin. Dikatakannya lebih lanjut situasi kerja warga muda Eropa yang tidak memberikan jaminan jangka panjang ataupun perlindungan sosial sangat mempengaruhi situasi kehidupan sosial mereka.

„Warga muda di Eropa secara finansial tergantung dari tunjangan negara atau orang tuanya. Mereka terpaksa tinggal lebih lama di rumah orang tua, karena tidak mampu membayar tempat tinggal sendiri. Ini tentu saja menjadi penghambat kesempatan mereka untuk membentuk keluarga, memiliki anak. Semua ini jelas membawa konsekuensi bagi perkembangan demografi.“

Demikian Juliane Bir, dari serikat pekerja Eropa. Di akhir penjelasannya perempuan Perancis itu mengatakan

„Dalam usia saya sekarang 31 tahun, sudah 10 kontrak kerja yang saya tanda-tangani.“

Hal yang dialami Bir hanya satu contoh dari gambaran situasi di Eropa bagi para warga mudanya yang memiliki pekerjaan. Selain itu masalah pengangguran menjadi masalah yang cukup besar terutama di sejumlah negara di kawasan Eropa Selatan dan Tenggara. Di Italia, Yunani dan Polandia tingkat pengangguran di atas 20 persen. Tapi juga di Perancis, Belgia, Swedia tingkat pengangguran warga mudanya lebih dari 18 persen. Situasi pendidikan sangat berpengaruh terhadap situasi pengangguran ini, salah satu contoh disampaikan wakil ketua komisi remaja serikat pekerja Eropa dari Slowakia, Erika Brselová

“Dengan masuknya Slowakia ke dalam Uni Eropa kami harus melakukan proses transformasi dan perubahan .Tahun 1998 hingga 2006 kami melakukan reformasi besar-besaran dalam sistim pajak, sistim pensiun dan reformasi di bidang kesehatan. Kami dapat melihat hasil reformasi ini setelah beberapa tahun melakukan reformasi tersebut. Karena pajak, pensiun dan kesehatan adalah hal yang penting di semua negara. Apakah itu di Slowakia, Jerman atau Perancis atau di mana pun.“

Spatenstich für KIA Autofabrik in der Slowakei
Peletakan batu pertama sebagai lambang dimulainya rancangan mobil baru KIA di SlowakiaFoto: AP

Slowakia memiliki tingkat pengangguran tertinggi di Eropa, yakni 37 persen, sementara tingkat pengangguran kaum muda mencapai 20,1 persen. Meskipun demikian negara yang memasuki Uni Eropa tahun 2004 ini terus terus melakukan perbaikan. Slowakia menjadi semakin menarik bagi investor asing, disampaikan Erika Brselova lebih lanjut

„Kami tidak hanya memiliki investor Dari Jerman, Perancis, Belanda, tapi juga Korea Selatan dan Jepang. Misalnya perusahaan Perancis atau Jerman VW, negara negara ini terbiasa dengan negosiasi dengan wakil-wakil serikat pekerja, sementara perusahaan Korea Selatan KIA tidak tahu cara melakukan dialog sosial dengan wakil-wakil serikat pekerja. Dan situasi sosial bagi pekerja di perusahaan ini masih buruk.“

Terutama di sektor industri Slowakia berkembang menjadi negara produksi mobil terbesar di Eropa tengah. Dulu negara ini adalah negara agraria dijelaskan Brselová

„Semuanya dikaitkan dengan sektor agraria, termasuk sekolah dan sistim pendidikan, karena dibutuhkan tenaga terdidik di bidang yang berhubungan dengan sektor tersebut. Sekarang dengan berkembangnya sektor industri mobil dan sektor-sektor yang terkait dengan itu, kami tidak memiliki tenaga kerja terlatih. Karena kami memiliki tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan di bidang lain. Saat ini tidak ada relasi antara strategi pemerintah di bidang pendidikan dengan industri mobil misalnya.Yang kami butuhkan adalah tenaga kerja di bidang teknik elektro, mekanik. Tidak ada strategi yang mengiringi berkembangnya industri mobil dengan sistim pendidikan. Masalah lainnya, orang-orang yang sudah memiliki pendidikan di bidang tersebut, meninggalkan Slowakia dan pergi ke negara lain untuk mencari pendapatan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya sangat penting menciptakan situasi lingkungan kerja dan jaminan sosial yang baik di perusahaan agar para pekerja tertarik untuk bekerja di suatu perusahaan tersebut.“

Itulah sebabnya Slowakia juga membuka kesempatan bagi pekerja dari Ukraina atau Polandia untuk menutupi kekurangan tenaga yang diperlukan sektor industrinya. Meskipun lulusan perguruan tinggi muda makin banyak di Slowakia, tapi bidang pendidikannya tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan sektor industri negara itu.

Tingkat pengangguran tinggi di kalangan penduduk muda juga terjadi di Spanyol. Situasi ini sungguh menyedihkan, demikian disampaikan ketua kehormatan serikat pekerja Eropa Candido Méndez. Pria yang juga sekretaris jenderal sebuah serikat pekerja Spanyol itu mengatakan negara itu saat ini memiliki tingkat lulusan perguruan tinggi yang demikian tinggi, tapi bagi para warga muda dengan kualifikasi tinggi ini tidak tersedia lapangan kerja yang cukup. Demikian dikatakan Mendéz mengakhiri diskusi tentang dimensi Sosial Eropa di Berlin.