1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Suu Kyi

3 April 2012

Kemenangan dalam pemilu parlemen adalah hadiah terbesar bagi karir politik Suu Kyi. Tetapi dapatkah kemenangan atas sejumlah kursi di parlemen menjadi benih bagi sesuatu yang lebih signifikan?

https://p.dw.com/p/14WrO
Foto: Reuters

"Kami harap ini menjadi awal dari era baru", kata Aung San Suu Kyi dengan wajah berbinar dalam pidato singkat hari Senin (02/04). Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi memenangkan hampir semua dari 44 kursi yang yang diperebutkan dalam pemilu susulan akhir pekan lalu.

Kemenangan itu boleh jadi akan memperluas kemungkinan bagi NLD untuk unggul dalam pemilu 2015 dan mengambil alih kekuasaan di Myanmar. Untuk sementara hal itu masih menjadi mimpi bagi para pendukung Suu Kyi. Mewujudkan mimpi itu dalam kurun tiga tahun mungkin tidak realistis di negeri yang kuat dipengaruhi oleh militer dengan kekuatan dan pengaruh yang diabadikan dalam konstitusi. Tetap saja, harapan untuk memiliki pemerintahan yang betul-betul bebas belum pernah setinggi ini.

Kali terakhir NLD memenangi pemilu di seluruh negeri, tahun 1990, junta militer yang kemudian berkuasa menganulir hasilnya dan berkuasa 20 tahun lebih. Situasi kini berubah dramatis di Myanmar, dulu bernama Birma. Junta militer tak lagi berkuasa. Dan para pemimpin baru, banyak diantaranya mantan jendral, membuktikan dengan pemilu akhir pekan lalu bahwa mereka mampu mengambil langkah kongkret menuju pemerintahan demokrasi.

Aung San Suu Kyi Nachwahlen in Birma 2012
Aung San Suu Kyi memeriksa jalannya pemilu di sebuah sekolah yang dijadikan TPSFoto: picture-alliance/dpa

Kurangi partisipasi militer

Namun banyak hal tidak berubah. Militer dan para pensiunan jendral yang duduk di pos-pos tertinggi di pemerintahan masih memegang kekuasaan yang nyaris absolut. Suu Kyi dan partainya akan menguasai minoritas kecil dalam parlemen dengan 664 kursi. Posisi itu tidak memadai untuk mengubah konstitusi yang dirancang guna memelihara status quo dengan memberikan 25% kursi parlemen kepada militer.

Mengurangi partisipasi militer dalam pemerintahan "adalah salah satu perubahan terpenting" yang perlu dilakukan, kata Su Su Lwin, kandidat oposisi yang juga memenangkan kursi dalam pemilu hari Minggu (01/04). Dan mungkin salah satu yang paling sulit. "Banyak sekali pekerjaan yang menanti," kata Su Lwin.

Meski begitu, hasil pemilu akhir pekan mengindikasikan bahwa popularitas partai Suu Kyi yang didirikan 1988 tetap kuat. Cukup kuat mungkin, untuk menjamin mayoritas legislatif yang akan dibutuhkannya selama pemilu nasional berikutnya untuk memilih presiden. Namun belum jelas apakah Suu Kyi akan mencalonkan diri. Ia belum mengumumkan niat ke arah itu, tetapi hari Jumat ia mengatakan bahwa hasil pemilu susulan akan "sangat mempengaruhi apa yang terjadi tahun 2015".

Aung San Suu Kyi NLD Myanmar
para pendukung Suu Kyi merayakan hasil pemilu susulanFoto: REUTERS

Tolak pos kabinet

Perlu diingat, sebuah pasal dalam konstitusi Myanmar menghalangi orang menduduki jabatan tertinggi negara jika mereka atau anggota keluarganya berkewarganegaraan asing. Suu Kyi menikah dengan warga Inggris, Michael Aris, yang meninggal tahun 1999. Kedua putra mereka lahir di luar negeri dan tidak tinggal di Myanmar.

Selain itu ada pula kekuatiran menyangkut kesehatan Aung San Suu Kyi. Ia membatalkan pekan terakhir kampanye karena kelelahan. Suu Kyi akan berusia 69 tahun saat pemilu berikutnya dilangsungkan.

Pekan lalu Suu Kyi menepis spekulasi bahwa ia akan menerima pos di kabinet jika ada yang menawarkan. "Saya tak berniat meninggalkan parlemen yang saya masuki dengan susah payah." Spekulasi lain menyebutkan, pemerintah hanya memanfaatkan Suu Kyi untuk membuat negara-negara barat terkesan sehingga mencabut sanksi ekonomi yang sudah bertahun-tahun diterapkan.

Nachwahlen in Birma 2012
Para pendukung NLD berkumpul di luar kantor pusatnya di YangoonFoto: dapd

Pemilu pemanasan

Tetap saja, masuknya Suu Kyi dalam parlemen merupakan kejadian simbolis besar, begitu pula kemenangan partainya.Empat dari kursi yang diambil alih oposisi berkedudukan di ibukota Naypytaw, daerah kekuatan partai pemerintah yang didirikan oleh bekas junta. Ini merupakan isyarat kekalahan yang memalukan bagi pemerintah.

Suu Kyi dan partainya jelas menganggap pemilu hari Minggu lalu sebagai latihan bagi pemilu berikutnya, tiga tahun mendatang. Ia mengatakan hari Senin, oposisi melaporkan sederet keganjilan pada hari pelaksanaan pemilu, kepada Komisi Pemilihan Umum. "Tidak dengan maksud balas dendam atau marah", kata Suu Kyi, "melainkan dengan niat untuk memastikan bahwa kondisinya akan lebih baik di maasa depan."

Renata Permadi/ ap,dpa

Editor: Dyan Kostermans