1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mari Berkebun, Menjaga Harmoni dengan Alam

26 Maret 2011

Sekelompok warga di Jakarta berupaya untuk mengenalkan kembali arti berkebun.

https://p.dw.com/p/10i0Y
Asyiknya berkebun, apalagi hasilnya dapat dikonsumsiFoto: DW

Cangkul-cangkul yang dalam, menanam Jagung di tengah kota. Di Jakarta, masih cukup banyak lahan kosong yang dibiarkan gersang tanpa tumbuh-tumbuhan. Ini karena kesibukan warga Jakarta hingga tak mempedulikan lahan tersebut untuk ditanami pohon. Lahan kosong tanpa tumbuhan, tak lagi bermanfaat untuk mengimbangi udara sekitar Jakarta yang penuh dengan debu dan polusi asap kendaraan. Kenyataan ini, membuat sekelompok warga di Jakarta berupaya untuk mengenalkan kembali arti berkebun. Tak hanya untuk menghijaukan Jakarta, tapi menanam pohon di lahan kosong dengan cara berkebun, bisa menuai hasil buah-buahan dan sayur-sayuran untuk dikonsumsi langsung.

Symbolbild Heckenschere
Berkebun bersamaFoto: picture alliance / Beyond

Memanfaatkan Lahan Kosong

Di suatu sore, belasan anak muda Jakarta secara bersama menyaksikan seekor ulat yang sedang makan daun kangkung. Mereka takjub sekaligus geram dengan ulah ulat itu.Di tengah himpitan hutan beton Pusat Jakarta yang sesak dengan asap polusi dan debu jalanan, mereka merayakan panen kebun perdana. Pohon-pohon kangkung yang ditanam sejak dua bulan lalu di lahan kosong siap dipetik. Inilah jeri payah sekelompok anak muda Jakarta yang tergabung dalam Komunitas Jakarta Berkebun dalam memanfaatkan lahan kosong. Ketuanya, Milly Ratudian Purbassari bercerita: "Anak-anak muda di sini, latar belakang pendidikannya bukan dari jurusan pertanian. Jadi lebih baik dicoba-coba dulu, sebelum komunitas ini mengajak semua warga Jakarta. Khawatir nanti gagal. Jadi kita coba dulu. Tapi kenyataannya sekarang pohon yang kita tanam sebelumnya, sudah subur dan siap dipetik. Jadi ini panen perdana. Kita belajar ternyata panen kangkung itu, dicabut saja tanamannya."

Selaras Antara Manusia dan Alam

Komunitas Jakarta Berkebun resmi diluncurkan pertengahan Februari. Komunitas ini terbuka bagi semua warga Jakarta untuk mencintai keselarasan antara manusia dengan alam. Wali Kebun, Amad mengatakan, ajakan pada warga Jakarta untuk bergabung di Komunitas Jakarta Berkebun mengandalkan situs jejaring sosial:

"Awal kumpulnya komunitas, itu lewat twitter. Kami saling mengajak untuk melakukan urban farming. Saat itu, saya tertarik untuk rapat. Latar belakang komunitas ini, agar lahan kosong yang ada di Jakarta, termasuk di Spring Hill ini, bisa dimanfaatkan untuk penghijauan. Sebelumnya, lahan seluas satu hektar ini hanya digunakan untuk pembuangan puing bangunan. Akhirnya, kita gunakan untuk berkebun. Terus kita juga bisa bisa saling belajar untuk berkebun."

Beranggota Lebih dari 1000 Orang

Baru berjalan sekitar dua bulan, Komunitas Berkebun sudah diikuti lebih dari 1200 anggota. Mereka yang tergabung di Komunitas ini, kebanyakan anak-anak muda dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda. Mulai dari ahli komputer, guru, bagian pemasaran, sampai arsitek.

Ein Schubkarre im Internationalen Garten Bonn
Mari berkebunFoto: Beate Wand

Seorang diantara mereka, Rein Mahatma, 27 tahun, giat menggemburkan tanah. Semula lelaki berambut kriting ini tak suka berkebun: "Saya awalnya tak suka berkebun. Capek. Karena kesibukan kerja dan kuliah. Jadi biasanya sabtu minggu untuk mengerjakan tugas. Yang menarik dari teman-teman yang bergabung di sini adalah mereka orang-orang yang amatir soal berkebun. Tapi percaya pada semangat. Yaitu, ada lahan kosong bila dimanfaatkan maka akan menguntungkan orang-orang di sekitarnya. Ini sesuai dengan moto hidup saya. Orang-orang amatir yang punya semangat untuk mewujudkan visi."

Berbeda dengan anggota Jakarta Berkebun, Avia Fairly. Guru Pendidikan Anak Usia Dini, ini ingin sekali mengaplikasikan dan berbagi ilmu yang sudah didapat selama kuliah: "Sebelum gabung, teman-teman yang ada di sini mencoba berkebun dengan sistem stek. Terus aku gabung, mulai pakai sistem biji-bijian. Terus kita tanam, sesuai ilmu yang udah saya dapat selama kuliah. Saya berbagi ilmu di sini. Pertama, digemburin dulu tanahnya, seminggu sebelum penanaman dilakukan. Digemburkan tanahnya dengan pupuk kandang. Karena kebun ini ingin menghasilkan sayuran organik. Seminggu, kemudian kita tanam dengan sistem biji."

Dapat Teman Baru

Berkebun di lahan kosong dan gersang secara bersama-sama, juga dirasakan Indah Wardhani. Ia bisa mendapat teman baru. Selain itu, ilmu yang didapat di Komunitas ini, akan dibawa ke rumah: "Kebetulan rumah saya baru dibangun. Ayah saya juga sudah menyiapkan lahan untuk berkebun. Setelah tahu bisa menanam kangkung di lahan seperti ini, tak ada salahnya menanam di rumah. Selain itu juga tanaman cabe. Karena sudah dikasih tips untuk menanamnya."

Pabrik Oksigen bagi Kehidupan

Menanam pohon berarti menciptakan pabrik oksigen untuk kehidupan. Komunitas Jakarta Berkebun berupaya untuk menciptakan penyerapan polusi udara di tengah kota dengan cara menanam pohon produktif seperti kangkung, cabai, bawang dan singkong. Hasilnya pun bisa dikonsumsi. Kata Wali Kebun, Ahmad, sejumlah kota di Indonesia segera membuat kebun di tengah gedung-gedung pencakar langit: "Setelah di Jakarta ini, dua minggu lalu di Kota Bandung sudah membuat tim berkebun. Dan sudah ada lahannya. Kemudian, ada Yogyakarta, Surabaya, Medan sebagai berikut. Tapi dimulai dari Jakarta."

Muhammad Irham

Editor : Ayu Purwaningsih