1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mantan Presiden Peru Harapkan Amnesti

Jan D. Walter30 Mei 2013

Kasus "Fujimorismo" membelah Peru menjadi dua kubu. Tahun 2007 Fujimori dijatuhi hukuman penjara karena membiarkan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan.

https://p.dw.com/p/18hAZ
Foto: Reuters

Sejak Senin (27/05/13) terlihat video seorang lelaki tua yang duduk dalam kegelapan di rumah sakit. Ia adalah mantan kepala negara Peru, Alberto Fujimori. Menurut video itu, sejak dipenjarakan tahun 2007, berat badan Fujimori turun 24 kilogram. Ia sering merasa kesakitan, dan hampir tidak berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Pesan video itu jelas: keadaan Fujimori buruk.

Oktober 2012, mantan presiden itu melayangkan surat kepada Presiden Ollanta Humala dan memintanya agar mendukung pengampunan yang diajukan keempat anak Fujimori. Selain itu, agar mengambil keputusan terbuka, langsung dan obyektif mengenai dirinya. Sejak itu, media Peru tak henti-hentinya memberitakan kesehatan Fujimori dan peluangnya untuk mendapatkan pengampunan.

Wahlen in Peru Südamerika
Keiko Fujimori, 2011 di PeruFoto: AP

Video itu hanya salah satu cara yang digunakan putri Fujimori, Keiko dan rekannya di partai Fuerza Popular untuk menekan Presiden Humala, yang harus memutuskan pemberian amnesti. Reaksi rakyat Peru terhadap isu amnesti itu terbelah. Ada yang mendukung sikap Fujimori yang tegas menentang terorisme. Ada yang sebaliknya, mengingatkan bahwa Fujimori tidak kenal ampun.

Dua Kubu Berseberangan

Perpecahan ini membelah Peru menjadi dua kubu, karena bekas presiden yang dikenal dengan "Fujimorismo" memiliki kawan dan lawan di setiap lapisan masyarakat. Masyarakat pedesaan bisa mengidentifikasi diri dengan putra petani kapas Jepang itu, juga kalangan pengusaha menyukai kebijakan ekonomi liberal yang dijalankannya. Ketika reformasi keuangan Fujimori 1991 mengakhiri hiperinflasi yang berlangsung, rakyat menarik napas lega.

Namun dalam upaya menumpas pemberontakan "Sendero Luminoso" (1980-1994), ia membiarkan Kepala Intelijen, Vladimir Montesinos dan militer Peru bertindak sewenang-wenang mengintimidasi, menyiksa, membunuh orang yang diduga mendukung kaum gerilya. Tercatat 70 ribu orang tewas akibatnya.

Untergrundgruppe Leuchtender Pfad
Anggota Sendero Luminoso pose dengan bendera Uni Soviet 1991Foto: picture-alliance / dpa

Pengadilan tinggi Peru menjatuhkan hukuman 25 tahun tahanan penjara, ia didakwa menyalahgunakan jabatan dan bertanggung jawab secara politis atas terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan.

Perkutatan Politik

Ahli sejarah Ciro Alegría menduga ada alasan lain untuk perhatian media, karena meski diampuni Fujimori tidak akan dibebaskan. Nyatanya masih ada sejumlah tuntutan yang harus dihadapinya. Ada dugaan bahwa anak-anaknya juga bukan memikirkan kesejahteraan ayahnya. Hingga kini pun mereka belum menyampaikan permintaan pengampunan secara resmi.

Menurut Alegría, ada alasan politik dibalik kasak-kusuk ini. Putrinya, Keiko Fujimori yang berkiprah di gelanggang politik, dalam ronde pertama pemilu 2011 sempat mengalahkan Presiden Humala. Peluangnya sebagai politisi akan lebih besar bila reputasi 'Fujimorismo' kembali bersih. Secara politis, kini Presiden Humala bagai menghadapi buah si malakama.

Akhir pekan ini pengacara Fujimori direncanakan akan mengajukan permohonan pengampunan. Bisa jadi itulah alasan kenapa video mengenai kesehatannya tersebar di internet. Yakni untuk membangkitkan rasa kasihan rakyat dan mendapatkan amnesti.