1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mantan PM Thailand Tolak Dakwaan Pembunuhan

13 Desember 2012

Mantan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva Kamis (13/12) menolak dakwaan pembunuhan yang terjadi atas pendukung oposisi baju merah pada bulan April hingga Mei 2010.

https://p.dw.com/p/171jg
Former Thai prime minister Abhisit Vejjajiva (C) arrives at the Department of Special Investigation (DSI) in Bangkok December 13, 2012. Vejjajiva and his deputy, Suthep Thaugsuban, reported to Thailand's DSI to formally hear charges against them, after the DSI charged the two with allowing troops to use live ammunition against civilians during a May 2010 military crackdown on anti-government protesters which left more than 90 people dead. REUTERS/Chaiwat Subprasom (THAILAND - Tags: POLITICS CRIME LAW)
Abhisit Vejjajiva Premierminister Bangkok ThailandFoto: Reuters

Mantan Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva hari Kamis (13/12) menyangkal tuduhan telah memerintahkan penggunaan peluru tajam untuk membubarkan demonstran pada tahun 2010. "Saya akan melawannya secara hukum dan menerima keputusan yang dijatuhkan”, ungkap Abhisit.

Dalam rangkaian aksi protes kaum oposisi baju merah pada April-Mai 2010, seluruhnya 92 orang tewas, termasuk demonstran, polisi dan tentara.

"Saya akan melawannya secara hukum dan menerima keputusan yang dijatuhkan”, ungkap Abhisit. Hal itu diutarakan setelah mendengarkan daftar tuntutan yang diajukan badan investigasi khusus Thailand, DSI.

Di laporannya tertera bahwa ia dan wakil PM saat itu, Suthep Thaungsuban, bertanggung jawab atas pembunuhan karena telah mengotorisir tindakan keras militer terhadap demonstran anti pemerintah. Hal itu antara lain menyebabkan kematian Phan Khamlong, seorang supir taksi.

Protesters and supporters of ousted Prime Minister Thaksin Shinawatra shout and cheer after their leader announced to continue the anti-government demonstration Monday, March 29, 2010 in Bangkok, Thailand. The talks to try to defuse political crisis between Prime Minister Abhisit Vejjajiva and his political opponents failed to reach the agreement and protesters will continue their demonstration until government call for new election. (AP Photo/Wason Wanicakorn)
Pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra yang mengenakan baju merah, dalam demonstrasi tanggal 29.03.2010Foto: AP

Tidak Niat Lukai Demonstran

September lalu, sebuah pengadilan Thailand menyimpulkan bahwa Phan tewas ditangan pasukan keamanan, tapi luput menyebutkan nama komandan maupun tentara yang bertanggung jawab.

Usai interogasi DSI yang berlangsung selama empat jam, Abhisit Vejjajiva mengaku yakin bahwa tidak ada niat untuk melukai para demonstran. Kini DSI akan mengajukan kasus itu ke kejaksaan agar mantan Perdana Menteri beserta wakilnya diadili.

Abhisit Vejjajiva, pemimpin Partai Demokrat yang kini menjadi oposisi mengatakan bahwa tuduhan ini diluncurkan untuk menekan dia dan Suthep untuk menyetujui amnesty umum bagi para politisi yang terlibat dalam konflik pasca kudeta 2006 terhadap mantan PM Thaksin Shinawatra.

"Apa yang kita lihat di sini bermotif politik”, komentar Vejjajiva mengenai kasusnya. Sebuah amnesti umum akan memungkinkan Thaksin Shinawatra untuk kembali ke Thailand tanpa menuntaskan hukuman dua tahun penjara yang dijatuhkan padanya. Saat ini adik kandung Thaksin, Yingluck Shinawatra memimpin partai Pheu Thai dan menjabat Perdana Menteri Thailand.

Penggunaan Kekerasan

A Royal Thai army handout photo shows Thai Prime Minister Abhisit Vejjajiva speak (backdropped by a picture showing Democracy Monument) during a nationwide TV address at the 11th Infantry Regiment in Bangkok, Thailand, 21 May 2010. The Thai government is committed to continue with a reconciliation plan plus rehabilitation of the country, Abhisit said. After Thai troops backed by armoured personnel carriers smashed through the barriers of anti-government protest site in the heart of Bangkok on 19 May. Violence-weary residents of Bangkok worked to clean and rebuild their city after a week of mayhem left 52 people dead and 407 injured, according to government figures. EPA/ROYAL THAI ARMY / HANDOUT EDITORIAL USE ONLY / NO SALES EPA/ROYAL THAI ARMY / HANDOUT EDITORIAL USE ONLY / NO SALES +++(c) dpa - Bildfunk+++
Abhisit Vejjajiva menyampaikan pidato televisi ketika menjabat perdana menteri (21/05/2010)Foto: picture-alliance/dpa

Thailand berulang kali menggunakan kekerasan untuk menghadapi demonstan, misalnya di tahun 1973, 1976 dan 1992, hingga kini belum ada pemimpin negara yang digiring ke pengadilan akibat kematian yang diakibatkan.

Aktivis organisasi pemantau hak asasi Human Rights Watch, Sunai Pasuk menilai kasus ini memberikan isyarat yang simpang siur. “Di satu pihak, ini kasus preseden dimana seorang pemimpin dipaksa bertanggung jawab atas keputusannya, di pihak lain, politisasi kasus ini mengkhawatirkan.

EK/ML (afp, dpa)