1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Malaysia Gempur Pasukan Sulu

Edith Koesoemawiria/afp/dpa/rtr5 Maret 2013

Malaysia kerahkan jet tempur dan pasukan darat untuk melumpuhkan pasukan Sulu.

https://p.dw.com/p/17qbA
Foto: MOHD RASFAN/AFP/Getty Images

Militer Malaysia melancarkan serangan udara hari Selasa (05/03) terhadap sekitar 200 warga Filipina yang berada di desa Tanduo, Sabah. Sementara di ibukota Filipina, Manila, Sultan Sulu Jamalul Kiram III mengatakan, pasukannya akan berjuang hingga titik darah terakhir guna melindungi aspirasi Sulu. Menurut dia, Sabah termasuk wilayah adat kesultanannya. Wakil dan pasukan Sulu berada di lokasi untuk menegosiasi kembali kontrak penyewaan tanah itu.

Tak Ada Pilihan Lain

Malaysia mengerahkan sedikitnya lima pesawat jet untuk menggempur pasukan Sulu di Tanduo, yang disusul dengan serangan pasukan darat yang bergerak melintasi kawasan perkebunan sawit. PM Malaysia, Najib Razak mengaku tidak memiliki pilihan kecuali menyerang, setelah imbauannya agar menyerah, ditolak pasukan Sulu.

Jamalul Kiram III
Sultan Sulu, Jamalul Kiram IIIFoto: picture alliance / dpa

Dilaporkan dalam berbagai kontak senjata yang terjadi sejak kedatangan pasukan Sulu dari Filipina, 27 orang tewas. 12 diantaranya tewas dalam bentrokan Jumat pekan lalu. Baku tembak Sabtu (02/3) di Semporna juga menewaskan 6 polisi dan 6 tentara Sulu. Seorang pejuang Sulu lainnya, tewas dikeroyok rakyat Semporna.

Sembilan jam usai aksi militer Malaysia, Kepala Polisi Nasional Ismail Omar menyatakan, belum menemukan mayat pasukan Sulu. Ia khawatir sebagian anggota pasukan itu lolos, namun berharap dapat membekuknya. Ditegaskannya, di pihak Malaysia tidak jatuh korban.

TKI Juga Diungsikan

Saksi mata mengatakan, di kawasan desa Tanduo yang dibombardir Selasa pagi (05/03) terlihat helikopter dan truk militer yang membawa belasan tentara dan sejumlah ambulans. Pengungsian dari Sabah berlangsung sejak beberapa hari, di antaranya sekitar 160 tenaga kerja Indonesia.

Pasukan Sulu yang dipimpin adik Sultan, Raja Muda Agbimuddin Kiram, tiba di Sabah 12 Februari dengan kekuatan sekitar 120 orang. Dalam ketegangan yang meruncing, dilaporkan jumlah pasukan itupun menguat dengan tambahan pasokan tentara dari Filipina.

Malaysia Lahad Datu Feuergefecht
Pendukung Sulu di FilipinaFoto: Reuters

Presiden Filipina Benigno Aquino menyalahkan kelompok Sulu dalam insiden ini. Jurubicaranya, Ricky Carandang mengatakan, pemerintah Filipina sudah berusaha agar bentrokan fisik terhindari, namun pendukung Kiram memilih jalur lain. Para pendukung Sultan Sulu menyatakan, pasukan tambahan akan dikerahkan.

Intervensi Internasional

Pilihan jalan kesultanan Sulu bukannya tidak mendapat simpati di dalam negeri. Di Manila, sejumlah aktivis melakukan protes di depan kedutaan Malaysia di Filipina, menuntut dihentikannya pembantaian warga Filipina dan pasukan Sulu. Sejumlah demonstran mengusung poster bertuliskan “Bela Wilayah Nasional Kita”, ada juga yang membakar foto PM Razak yang tengah berjabatan tangan dengan Presiden Aquino. Penjagaan di Kedutaan Malaysia di Manila diperketat dan kegiatan terpaksa dihentikan akibat protes ini.

Malaysia Borneo Polizei Armee Gefechte
Warga desa gotong korban di Semporna, SabahFoto: Reuters

Di Kuala Lumpur, kelompok oposisi Malaysia mengritik pemerintahnya karena perbatasannya kebobolan dan karena tidak memberi informasi jelas mengenai situasi di lokasi.

Sementara istri Sultan Sulu Fatima Kiram mengatakan, seluruh pendukung Sulu di Sabah masih dalam kondisi aman meski dibombardir. Ia menegaskan, wilayah Sabah merupakan hak adat Sulu dan juga meminta intervensi internasional guna mencegah eskalasi kekerasan.

Sultan Sulu tidak memiliki jabatan politik di Filipina, tapi secara adat masih berpengaruh dan memiliki wilayah yang tersebar di sejumlah pulau di Filipina Selatan.