1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Malaysia Bidik Kerjasama Pertahanan dengan Cina

1 November 2016

Dengan kunjungannya ke Cina, PM Najib Razak menggariskan reorientasi politik luar negeri Malaysia yang semakin menjauh dari Amerika Serikat. Kedua negara akan menandatangani kesepakatan pertahanan dan perdagangan.

https://p.dw.com/p/2RyNy
Malaysia - Premierminister Najib Razak
PM Malaysia Najib RazakFoto: Getty Images/AFP/A. Yusni

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengawali kunjungannya ke Cina dengan menegosiasikan perjanjian pertahanan yang "signifikan." Kesepakatan tersebut diyakini bakal memicu perubahan peta konflik di Laut Cina Selatan menyusul ketegangan hubungan Kuala Lumpur dan Washington seputar skandal korupsi yang melibatkan Razak.

Kunjungan Razak menandai menyusutnya pengaruh Amerika Serikat di kawasan. Sebelumnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga telah merapat ke Cina dan mendeklarasikan "perceraian" dengan Washington.

Kepada kantor berita Xinhua Razak mengatakan, kedua negara akan merampungkan draft perjanjian keamanan selama kunjungannya di Cina. Ia juga mengklaim Malaysia dan Cina akan menyepakati 10 perjanjian kerjasama di berbagai bidang, termasuk perdagangan. Kedua negara "berkomitmen menjalin kerjasama di berbagai bidang baru," ujar Razak.

Sejak lama Cina berusaha mengikat negara-negara yang berkonflik di Laut Cina Selatan lewat hubungan bilateral. Hal tersebut ditentang oleh Amerika Serikat dan ASEAN. Namun kunjungan najib mempercepat pergeseran peta politik di Asia Pasifik.

Infografik Chinas Zugverbindungspläne in Südost-Asien Englisch
Rencana pembangunan rel kereta cepat milik Cina di Asia Tenggara

"Ini menjadi norma baru di kawasan," kata analis politik Asia Tenggara Bridget Welsh. "Sekarang Cina yang mengimplementasikan kekuatannya sementara pengaruh Amerika Serikat mensyusut," ujarnya sembari menambahkan bahwa Poros Asia yang diusung Washington "telah mati."

Hubungan Najib dan pemerintah di Washington merenggang sejak munculnya dugaan korupsi dan delik pencucian uang lewat dana investasi pemerintah 1MDB. AS kemudian menyita aset yang dibeli keluarga Najib senilai lebih dari satu milyar Dollar AS. Uang tersebut diduga hasil korupsi dana 1MDB. Namun Najib dan 1MDB menepis dakwaan tersebut dan menuduh skandal tersebut dibuat oleh kekuatan asing.

"Kunjungannya tidak cuma menunjukkan reorientasi geostrategis Malaysia terhadap Cina sebagai 'bankir regional,' tapi juga menggarisbawahi realita betapa Najib sangat membutuhkan sumber keuangan baru," kata Welsh. Perusahaan Cina belakangan menggenjot investasi di Malaysia. Terakhir negeri jiran itu menandatangani kontrak pembangunan rel kereta api cepat senilai lebih dari 15 milyar Dollar AS dengan Cina.

Menurutnya yang perlu dipertanyakan apakah Malaysia harus memberikan kompensasi lain, semisal mendukung Cina dalam isu strategis seperti konflik di Laut Cina Selatan.

rzn/as (afp,ap)