1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Majikan Erwiana Bantah Semua Tuduhan

10 Juni 2014

Seorang perempuan Hong Kong yang dituduh menyiksa pembantu perempuannya yang berasal dari Indonesia dan kasusnya memicu kemarahan dunia, hari Selasa (10/6) membantah semua dakwaan atas dirinya.

https://p.dw.com/p/1CFGh
Foto: Getty Images/Afp/Philippe Lopez

Law Wan-tung, ibu berumur 44 tahun, ditangkap Januari lalu dengan tuduhan menganiaya Erwiana Sulistyaningsih, seorang pembantu rumah tangga perempuannya yang berasal dari Indonesia.

Dia menghadapi tuduhan termasuk dengan sengaja menganiaya tubuh, intimidasi kriminal dan tidak membayar upah – yang totalnya berjumlah 20 dakwaan, dan beberapa diantaranya terkait dengan pembantu rumah tangga yang sebelumnya juga pernah bekerja dengan dia.

Jaksa penuntut mengatakan perempuan asal Hong Kong itu menggunakan barang rumah tangga seperti kain pel, penggaris dan gantungan baju sebagai “senjata“ menyiksa pembatunya.

Erwiana, yang mengaku mengalami penyiksaan selama berbulan-bulan, meninggalkan Hong Kong Januari lalu dan dirawat di sebuah rumah sakit Indonesia dalam keadaan kritis.

Erwiana Sulistyaningsih
Erwiana Sulistyaningsih disiksa oleh majikannya hingga kritis ketika dibawa pulang ke Indonesia.Foto: Reuters

Di hadapan persidangan yang penuh sesak, Law tetap membisu dan terus menunduk saat tampil singkat di kursi terdakwa, saat pengacaranya mengajukan pembelaan bahwa dia tidak bersalah atas semua dakwaan. Persidangan kasus ini akan dilanjutkan pada 10 Juli.

Petugas kepolisian Chung Chi-ming mengatakan di luar pengadilan bahwa lebih dari puluhan saksi mata akan dipanggil, termasuk Erwiana Sulistyaningsih, dan dua pembantu rumah tangga lainnya yang diduga mengalami penyiksaan, serta para dokter dan perwakilan agen pengiriman tenaga kerja.

Semi perbudakan modern

Kasus ini menyoroti keprihatinan atas perlakuan terhadap para pembantu rumah tangga di kota bagian selatan Cina, yang memicu protes marah serta seruan perlunya aturan mengenai perlindungan yang lebih baik bagi para pekerja rumah tangga.

Kota bisnis terkenal Asia itu menampung hampir 300.000 pembantu rumah tangga, yang sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina.

Amnesty International tahun lalu mengecam kondisi yang mereka sebut “semi perbudakan” yang dihadapi oleh sejumlah pekerja rumah tangga dan menuduh pihak berwenang mengambil tindakan lambat yang “tidak bisa dimaklumi”.

Majalah Time April lalu memasukkan nama Erwina Sulistyaningsih sebagai satu dari seratus orang paling berpengaruh dunia, dan memuji keberaniannya untuk berbicara melawan bekas majikannya.

ab/rn (rtr,afp,ap)