1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Majalah Kritis di China Batal Terbit

29 Desember 2010

Majalah "Party" yang kritis pertama beredar Juli 2010. Edisi kedua yang sedianya terbit bulan Agustus tak kunjung beredar. Selasa (28/12), pemiliknya mengaku telah membatalkannya. Tapi kini meluas dugaan pembrangusan.

https://p.dw.com/p/zqtw
Penerbitan majalah Sastra dan Budaya China "Party" dipeti-eskanFoto: DW

Pernyataan resmi yang menyalahkan pemerintah maupun badan sensor di China, sama sekali tidak ada. Dalam blog-nya hari Selasa (28/12), Han Han menyebut, keputusan untuk tidak menerbitkan majalah "Party" terkait masalah dengan penerbit dan percetakan. Tanpa alasan jelas, perusahaan itu tiba-tiba membatalkan „deal“ yang telah dibuat.

Vincent Brossel dari organisasi pemantau media, Wartawan Tanpa Batas Negara mengatakan, "bisa jadi ada alasan birokratis atau politis. Saya kira pemerintah China tidak ingin blogger yang paling terkenal dan berpengaruh di China ini memimpin sebuah majalah. Apalagi melalui blognya, ia dikenal sebagai orang yang berusaha mendobrak aturan dan batasan yang selama ini dipatuhi masyarakat. Bagi pemerintah China, sebuah majalah bisa menjadi tantangan besar karena terbit setiap minggu. Oleh sebab itu tampaknya ada tekanan politik untuk membekukan majalah itu sebelum menjadi populer."

„Party“ adalah masalah Sastra dan Budaya yang mengulas masalah sosial di China secara kritis. Menurut Han Han beberapa hari setelah terbitan perdananya, sekitar 1,5 juta majalah habis terjual. Setelah sukses, lalu gulung tikar?

Media China biasanya diawasi ketat oleh badan sensor pemerintahnya, yang dapat dengan mudah mendenda penerbit dan pemilik, atau bahkan menutup sebuah media bila dianggap terlalu jauh menyoroti isu politik yang sensitif. Hal ini pula menyebabkan sejumlah pemantau politik curiga dan bertanya-tanya mengenai alasan dipeti-eskannya majalah itu.

China Blogger Han Han
Han Han, blogger paling populer di duniaFoto: picture alliance/dpa

Han Han, yang juga dikenal sebagai pembalap unggul dan penyanyi, sangat populer di dunia maya. Namanya melejit ketika ia menerbitkan novelnya, “Gerbang Ganda Tiga” yang mengkritik sistim pendidikan di China. Blognya yang sarat dengan esai dan tulisan kritis mengumpulkan 440 juta klik.

Majalah Time memasukkan namanya dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia. Namun menurut Brossel, pemerintah China tak perlu cemas. Ia tekankan, "Han Han bukan seorang disiden. Ia lebih bagaikan ikon yang menggambarkan sebuah China baru, yang betul-betul sukses – muda, kaya dan berusaha memperbaiki situasi. Tentu saja, ia tidak suka dengan bagaimana pemerintahnya memperlakukan para blogger dan banyak orang di China. Jadi ia ingin berperan untuk mendorong adanya perubahan. Tapi ia bukan seorang disiden. Tak seperti aktivis-aktivis lainnya, ia tidak akan menantang, atau menentang pemerintah.”

Menurut Brossel, kritik Han Han hanya bertujuan agar pemerintah memperbaiki sejumlah kebijakan. Tapi ia tidak tengah mengorganisasi masyarakat dengan membangun sebuah politik yang alternatif.

Badan-badan sensor selama ini memang tampak sibuk mengamati dan menutup situs-situs yang dianggapnya anti pemerintah China. Meski begitu, tak mungkin menutup semua akses ke internet dan generasi muda sangat kreatif dalam mengatasi sensor yang dijalankan pemerintah.

Apakah Han Han nantinya bisa bertahan sebagai blogger yang bebas, merupakan salah satu tolok ukur yang akan menentukan pandangan mengenai kebebasan berekspresi di China.

afp/ape/DW/ Edith Koesoemawiria
Editor: Marjory Linardy