1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mahatir Keluar Dari UMNO

19 Mei 2008

Malaysia mengalami guncangan politik berikutnya. Bekas orang kuat Mahathir Mohamad memutuskan keluar dari UMNOuntuk memaksa perdana menteri Abdullah Badawi mundur.

https://p.dw.com/p/E2Zu
Mahathir MohamadFoto: AP

Di hadapan sekitar 1000 pendukungnya di negara bagian Kedah, orang kuat yang berkuasa selama 22 tahun itu mengumumkan keputusannya yang mengejutkan itu. "Hari ini saya keluar dari UMNO".

Sanusi Junid, bekas sekretaris jenderal UMNO yang turut mengundurkan diri bersama Mahatir Mohamad menjelaskan, langkah ini diambil Mahatir Mohammad karena Perdana Menteri dan Ketua UMNO Abdullah Badawi bersikukuh tak mau mundur. Karena itu, kata sanusi Junid yang merupakan sekutu dekat Mahatir Mohammad:

"Kami harus mengirim pesan yang lebih tegas lagi. Bahwa jika permasalahan ini tidak dipecahkan sekarang, UMNO tidak akan punya peluang memenangkan Pemilu mendatang. Kami harus berbuat sesuatu. Kalau tidak, kami akan jadi bagian dari kegagalan di masa depan yang sudah tampak jelas. Dan kami tidak bisa membiarkan terjadinya kehancuran partai."

Menurut Sanusi, dengan keluar dari UMNO, kelompoknya tidak akan ikut bertanggung jawab terhadap seluruh kebijakan pemerintah.

Sebetulnya PM Abdullah Badawi merupakan anak emas Mahatir. Ia naik ke kursi kekuasaan menggantikan Mahatir, justru atas penunjukan Mahjatir sendiri. Namun persekutuan keduanya berantakan. Bermula dari langkah Badawi yang membatalkan sejumlah proyek besar peninggalan Mahatir. Seterusnya, Badawi memperlihatkan langkah politik yang tidak lagi searah dengan pendahulu dan mentornya itu.

Mahatir Muhamad mendapat angin setelah UMNO mengalami kemerosotan besar dalam Pemilu dua bulan lalu. Mahatir pun mempergencar tekanan dan seruannya agar Badawi mundur.

Sanusi Junid, pembantu dekat Mahatir Mohammad menyebut, lazimnya dengan perkembangan politik seperti itu pemimpin partai mundur. Itu terjadi pada pendiri UMNO sendiri, Datuk Onn Djaffar, yang mundur tahun 1951. Penggantinya, Tunku Abdul Razzak, yang memimpin perjuangan kemerdekaan, juga mundur, buntut kerusuhan rasial yang berujung pada kekalahan Pemilu di dua negara bagian. Namun, kata Sanusi Junid:

"Tapi yang sekarang ini, Abdullah Badawi membawa UMNO pada perolehan suara Pemilu yang paling buruk dalam sejarah, namun tak mau mundur. Ia bersikukuh untuk terus berkuasa, demi keuntungan orang-orang, anak-anaknya serta keluarganya sendiri. Jelas kami tak mau jadi bagian dari semua itu."


Namun Abdullah Badawi tetap tak mau mundur juga. Ia hanya menyebut keluarnya Mahatir merupakan kehilangan besar bagi partai yang dipimpinnya. Namun katanya, justru ketika partai sedang memiliki asalah, dibutuhkan dukungan para anggota untuk memulihkannya.

Belum jelas, berapa banyak pejabat serta tokoh UMNO lain yang akan mengikuti jejak Mahatir. Sejauh ini baru sedikit yang benar-benar keluar dari partai, mengikuti seruan Mahatir, untuk memaksa Badawi turun.

Baik Badawi maupun Mahatir sebenarnya bukan tokoh yang menginspirasikan perubahan demokratis bagi Malaysia. Betapapun, menurut Steven Gan, pemimpin media independen Malaysiakini, keguncangan politik seperti ini seharusnya berdampak baik.

"Memang banyak yang menilainya sebagai sesuatu yang menggoyahkan stabilitas. Namun sebetulnya hal seperti ini harus dilalui setiap negara. Terutama bagi Malaysia yang belum sepenuhnya lepas dari kediktatoran dan politik tangan besi selama 20an tahun. Akan ada pergumulan politik, bahkan krisis. Namun sepanjang ditangani secara sehat, perkembangan politik seperti ini bagus untuk demokrasi di Malaysia.