1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mahathir Dilantik Jadi PM Baru Malaysia

10 Mei 2018

Mahathir Mohamad akhirnya dilantik sebagai perdana menteri Malaysia setelah hasil mengejutkan dalam pemilihan umum legislatif. PM Najib Razak dan kerajaan sempat dituding ingin mengulur waktu dengan menunda pelantikan

https://p.dw.com/p/2xTqi
Mahathir Mohamad bersama isterinya, Siti Hasmah Mohamad Ali
Mahathir Mohamad bersama isterinya, Siti Hasmah Mohamad AliFoto: AFP/Getty Images

Hingga menit terakhir PM Najib Razak dikabarkan masih berupaya mengulur waktu menempa koalisi dengan partai kecil oposisi. Namun ketika usahanya itu menemui jalan buntu, kerajaan akhirnya melantik Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri baru.

Mahathir yang berusia 92 tahun kini tercatat menjadi kepala negara paling tua di dunia. Ia sendiri tidak berniat berkuasa dalam waktu lama. Paling lambat dalam waktu dua tahun Mahathir berjanji akan turun tahta dan menyerahkan tongkat pemerintahan ke bekas musuh bebuyutannya, Anwar Ibrahim. Sementara itu isteri Anwar dan juga Ketua Umum Parti Keadilan Rakyat (PKR), Dr. Wan Azizah, diplot bakal menjadi wakil perdana menteri.

Kemenangan Pakatan Harapan dalam pemilu legislatif mengakhiri 60 tahun kekuasaan Barisan Nasional di Malaysia. Koalisi yang terdiri dari PKR, Parti Tindakan Demokratik, Parti Islam Se-Malaysia dan sejumlah partai kecil lainnya itu menguasai mayoritas sederhana di parlemen dengan perolehan 113 dari 222 kursi.

Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintahan baru Malaysia adalah membebaskan Anwar Ibrahim yang masih dipenjara dengan dakwaan Sodomi. Setelahnya pemerintah bakal membidik skandal 1MDB yang ikut menyeret nama Najib Razak. "Kami tidak menginginkan balas dendam," kata Mahathir seusai penghitungan suara. "Yang kami inginkan adalah penegakan hukum," tuturnya merujuk pada kasus korupsi senilai 4,5 miliar Dollar AS tersebut.

Baca:Usai Najib, Mahathir Hadapi Perlawanan Kerajaan

Baca:Oposisi Akhiri Kekuasaan Barisan Nasional di Malaysia

Sejak kasus itu merayap ke permukaan, Mahathir serta merta menarik dukungan dari bekas anak didiknya itu dan menyudahi hubungan mesra yang ikut mencuatkan Najib menjadi perdana menteri 2008 silam. Ia bahkan menuding Najib sebagai seorang "pencuri" selama masa kampanye.

Adalah sebuah ironi bahwa kelompok oposisi membutuhkan figur lama buat membangun pemerintahan baru Malaysia. Mahathir memimpin Barisan Nasional selama 20 tahun antara 1981 hingga 2003. Selama masa kekuasaannya, pemerintah Malaysia menggunakan cara-cara otoriter buat membrangus kritik, antara lain lewat Undang-undang Internal Security Act dan sensor media.

Anwar Ibrahim termasuk korban kebijakan otoriter Mahathir. Ia dipecat sebagai wakil perdana menteri dan dipenjara dengan dakwaan sodomi setelah menyuarakan reformasi politik dan ekonomi. "Saya banyak melakukan kesalahan, tapi menyingkirkan Anwar bukan salah satunya," kata Mahathir dalam bukunya, A Doctor in the House, 2011 silam.

Kini sang doktor harus menelan kalimatnya sendiri demi mewujudkan pembaharuan di Malaysia.

rzn/ (thestraitstimes, bernama, thestar, ap, scmp)