1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120310 Indien Panna Artenschutz

16 Maret 2010

Kesepakatan Internasional Perlindungan Biodiversitas CITES melarang penjualan kulit, tulang dan jeroan dari binatang liar. Taman nasional di India menjadi tempat pemburuan satwa liar.

https://p.dw.com/p/MUQg
Macan India laku di pasar gelap satwa liarFoto: AP

„Yang itu mungkin macan“, bisik pemandu margasatwa Kaushal dan menunjuk ke tempat yang sedang bergerak di kedalaman hutan di India. Tapi nampaknya bukan raja rimba. Jumlah macan di Taman Nasional Panna di negara bagian Madhya Pradesh, India tinggal tiga ekor. Untuk menggantikan sekitar 40 ekor macan yang hilang di Panna, dari tempat perlindungan satwa liar lain dipindahkan seekor macan jantan dan dua ekor macan betina. Nampaknya macan-macan itu hilang karena diburu secara liar.

Bagi aktifis pelindung binatang terkenal di India, Belinda Wright lenyapnya macan-macan itu merupakan skandal terbesar dalam perlindungan binatang liar di negeri itu. "Tidak ada yang bersedia bertanggung-jawab. Tidak ada pejabat kehutanan yang dihukum. Macan-macan itu menghilang begitu saja dan kami tidak dapat berbuat apa-apa. Ini menunjukkan, selama tidak mendapat dukungan politik, hal-hal seperti ini dapat terjadi setiap saat.“

Belinda Wright dan timnya mendokumentasikan bagaimana seekor macan ditangkap dengan menggunakan perangkap kaki dan ditembak mati dengan panah. Dan itu dilakukan hampir selalu oleh suku pemburu tradisional. Membunuh raja rimba merupakan kebanggaan khusus bagi suku-suku itu. Binatang-binatang itu dibunuh, dikuliti, lalu dijual kepada kawanan penjahat. Kawanan inilah yang akan menyelundupkan kulit, kaki serta jeroannya ke luar negeri. Terutama ke Cina, dimana hasil buruan itu menjadi inceran

Sementara itu, Direktur Taman Nasional Panna, Srinivas Murthy sendirian dalam usaha melingunganya. "Secara keseluruhan sistem di India bertentangan dengan perlindungan binatang. Semuanya hanya pernyataan di bibir saja. Saya geram pada sistem. Namun saya bersedia untuk bertanggung-jawab dan saya mencoba mengubah kemarahan saya ini menjadi energi positif untuk dapat mendukung tim saya. Bukan kita saja yang mempunyai masalah besar. Dari 37 tempat perlindungan satwa liar di India, 16 mengalami situasi yang mirip. Jika pemerintah dan rakyat India tidak melihat situasi ini, maka akan sangat sulit menanggulangi masalah ini.“

Sekitar 100 desa berbatasan dengan Taman Nasional Panna. Kebanyakan warganya tinggal di gubuk yang terbuat dari tanah liat dan beratap jerami, tanpa aliran listrik dan air. Seorang petani menceritakan bagaimana warga setempat diusir dari kawasan taman nasional itu. „Dengan menggunakan kekerasan Departemen Kehutanan India menyita tanah dan merebut hewan ternak kami. Tanpa memberi ganti rugi. Di luar sini saya membangun sendiri rumah baru ini. Kami bekerja di tempat pembangunan atau ladang. Keluarga kami seluruhnya ada 16 orang. Bagaimanapun caranya, kami harus bisa hidup. Mereka mengusir kami dengan begitu saja.“

Petani itu kemudian melanjutkan, di taman nasional itu mereka tidak boleh lagi mencari kayu dan hewan ternak mereka juga tidak boleh mencari rumput. Sedangkan binatang liar taman nasional itu seringkali memburu hewan ternak desa-desa yang berbatasan dengan taman nasional itu.

Pemerintah India berencana untuk mempublikasikan sensus macan baru. Para pakar memperkirakan, dibandingkan dengan 1411 macan berdasarkan penghitungan terakhir, jumlahnya sekarang telah berkurang drastis. Tahun lalu saja India menyatakan kehilangan 86 raja rimba. Kebutuhan energi dan tanah di negara yang sedang berkembang pesat ini tidak seiring dengan kebutuhan akan lingkungan hidup bagi macan-macan itu.

Sandra Petersmann / Andriani Nangoy

Editor: Asril Ridwan