1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lukisan Stensil Tangan di Sulawesi

Hendra Pasuhuk10 Oktober 2014

Lukisan stensil tangan yang ditemukan di gua Maros, Sulawesi, diperkirakan berumur 40.000 tahun. Majalah "Nature" memberitakan penelitian yang dilakukan tim ahli dari Australia dan Indonesia.

https://p.dw.com/p/1DT3P
Foto: Anthony Dosseto 2013

Selama ini, lukisan stensil tangan dan binatang di dinding-dinding gua yang dianggap paling tua berada di Eropa, yaitu di gua El Castillo di utara Spanyol, yang diperkirakan berusia 37.300 tahun.

Tetapi menurut penelitian terbaru, lukisan stensil tangan di dinding gua Maros di Sulawesi Selatan ternyata masih lebih tua lagi. Penduduk purbakala diduga melukis gambar tangan itu sekitar 40.000 tahun lalu. Demikian hasil penelitian yang dilakukan tim ahli dari Australia dan Indonesia.

Tim ahli yang dipimpin oleh Anthony Dosseto dari University of Wollongong, Australia, meneliti tujuh gua di Sulawesi dengan 12 lukisan, yaitu stensil tangan yang digambar dengan warna merah dan gambar binatang babirusa.

Lukisan-lukisan ini sebenarnya sudah ditemukan lebih dari 50 tahun yang lalu. Tapi belum pernah dilakukan penelitian rinci untuk menentukan umurnya. Para ahli sebelumnya beranggapan, lukisan-lukisan semacam itu yang dibuat di kawasan iklim tropis tidak akan bertahan lebih dari 10.000 tahun.

Pandangan baru evolusi manusia

Tim peneliti dari Australia dan Indonesia lalu melakukan penelitian ulang. Hasil penelitian terbaru di gua Maros Sulawesi ini bisa mengubah pandangan tentang sejarah penyebaran dan peradaban manusia.

Lukisan stensil tangan itu diperkirakan berumur sedikitnya 40.000 tahun, sedangkan lukisan babirusa kemungkinan berumur lebih dari 35.000 tahun. Tim ahli menyebutkan, inilah salah satu lukisan binatang tertua, "kalau bukan yang tertua" di dunia yang pernah ditemukan.

"Dengan ini bisa dibuktikan, bahwa manusia sekitar 40.000 tahun lalu menyebar ke berbagai arah", kata Anthony Dosseto. "Eropa tidak bisa lagi mengklaim bahwa mereka pihak yang pertama yang mampu mengembangkan lukisan abstrak."

Penentuan umur lukisan di gua itu dilakukan dengan metode pengukuran uranium. Penghitungan dilakukan berdasarkan peluruhan unsur-unsur radioaktif. Dengan metode itu bisa ditentukan umur minimal lukisan. Berarti lukisan-lukisan itu mungkin saja lebih tua lagi.

Penemuan penting

Penelitian tentang umur lukisan purbakala di gua-gua dianggap penting, karena lukisan itu menjadi indikator bahwa pelukisnya "punya kemampuan berpikir abstrak", kata Thomas Sutikna, anggota tim peneliti dari University of Wollongong.

Hasil penelitian terbaru ini kembali menegaskan pentingnya peran benua Asia dalam proses evolusi manusia. Sebelumnya tahun 2003 juga pernah dilakukan penemuan spektakuler homo floresiensis (Manusia Flores) yang juga dijuluki Hobbit karena tubuhnya yang kecil.

hp/vlz (afp,rtr)