1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

071010 Liu Xiaobo

8 Oktober 2010

Tekanan yang tidak henti-henti terhadapnnya, panggilan menghadap polisi, semua itu sudah menjadi rutinitas bagi Liu Xiaobo, juga bagi istrinya Liu Xia.

https://p.dw.com/p/PYD7
Liu XiaoboFoto: AP

Liu Xia tidak diizinkan untuk menerima tamu di rumahnya. Ia adalah istri Liu Xiaobo, pembangkang Cina yang dituduh mencoba menggulingkan kekuasaan dan divonis hukuman penjara 11 tahun. Sejak penangkapan suaminya 2009, polisi menempatkan seorang penjaga di depan rumahnya.

Liu Xia menceritakan, "Satu-satunya yang dapat saya lakukan adalah mengunjunginya, membawanya buku dan menulis untuknya. Sejak tahun ini pemerintah mengizinkannya membaca dan menulis. Dan juga membolehkannya keluar menikmati matahari dua kali sehari. Itu satu kali siang hari dan satu kali lagi sore. Masing-masing satu jam.“

Liu Xia
Liu Xia, istri Liu XiaoboFoto: Mathias Bölinger

Di tahun 80an, Liu Xia berkenalan dengan Liu Xiaobo ketika mengikuti sebuah pertemuan peminat sastra di Beijing. Keduanya mempunyai kegemaran bersama, yakni sajak. Beberapa tahun kemudian, ketika sebuah rangkaian demonstrasi yang dipimpin mahasiswa yang berlangsung di lapangan Tiananmen di Beijing, 1989, menuntut ditegakkannya demokrasi, Liu Xiaobo yang saat itu sudah bekerja sebagai dosen, solider dengan mahasiswanya dan ikut mogok makan. Setelah aksi demonstrasi itu ditumpas oleh pemerintah Cina, Liu Xiaobo ditahan. Sebanyak dua kali ia dipenjara di tahun 90an.

Tekanan yang tidak henti-henti, panggilan menghadap polisi, semua itu sudah menjadi rutinitas, juga bagi istrinya Liu Xia. Ia hidup ketakutan dan pupus harapan. "Waktu Xiaobo masih tinggal di rumah, hidup saya sungguh asing. Saya banyak membaca. Berbagai buku yang saya baca. Kawan saya hanya mungkin lima orang. Mereka kawan lama. Saat itu saya tidak dapat menggunakan telefon genggam atau komputer. Perasaan saya, semua yang terjadi di luar sana, tidak ada hubungannya dengan saya. Saya menjalani hidup orang lain.“

Jarang sekali nasib seorang anggota keluarga pembangkang disorot seperti nasib istri Liu Xiaobo. Sebenarnya Liu Xia tidak ingin menjadi pusat perhatian media. Namun ia adalah perantara penting ke dunia luar bagi suaminya. Desember 2008 bersama rekan-rekannya, Liu Xiaobo menerbitkan Petisi Charta 08, menuntut kebebasan berpendapat dan hak warga. Sedikitnya 10.000 warga Cina menandatangani petisi tersebut di internet. Saat itu, Liu Xia sudah mengira, bahwa rezim pemerintah tidak akan berdiam saja.

"Orang lain akan langsung menyerah. Tetapi, Liu Xiaobo mempunyai kemauan yang luar biasa keras. Jika dia meyakini sesuatu, maka ia akan berusaha untuk mewujudkannya. Padahal, ia tahu bahwa hal itu tidak akan terrealisasikan. Ia begitu keras kepala."

Tidak lama kemudian kekuatiran Lia Xia terbukti benar. Dalam hanya beberapa pekan, polisi berjaga di depan pintu rumahnya. Tahun 2009 suaminya dijatuhi hukuman tahanan penjara 11 tahun. Dan satu kali dalam satu bulan Liu Xia dibolehkan mengunjungi suaminya di Jinzhou yang terletak 500 kilometer dari Beijing.

Mathias Bölinger/Andriani Nangoy

Editor: Asril Ridwan