1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lindungi Lumba-lumba, Taiwan Bangun Cagar Alam

22 April 2014

Taiwan menyiapkan pusat perlindungan marina pertamanya, dalam upaya untuk melindungi lumba-lumba punggung bungkuk, yang populasinya makin berkurang.

https://p.dw.com/p/1Bm4G
Foto: WWF-Canon / François Xavier PELLETIER

Kelompok pemerhati lingkungan Taiwan memperkirakan, jumlah lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik, yang juga dikenal sebagai lumba-lumba putih, telah menurun drastis hingga setengahnya saja, sehingga hanya menjadi sekitar 60 ekor, dalam dekade terakhir. Hal itu disebabkan oleh faktor polusi, perkembangan industri, dan perusakan habitat.

"Padahal populasi lumba-lumba Indo-Pasifik merupakan kunci dalam mengukur kesehatan lingkungan maritim," kata Tsai Chia-yang, kepala Perlindungan Lingkungan Chuanghua.

76 ribu hektar cagar alam

Dewan Pertanian Taiwan menyatakan akan membangun cagar alam maritim itu di lepas pantai barat negara tersebut. Luasnya sekitar 76.300 hektar. "Kami senang dapat mengumumkan untuk mendirikannya, jelang hari bumi tahun ini," ujar Kuan Li - hao, seorang pejabat biro kehutanan setempat.

Pejabat setempat berjanji, dengan dibukanya pusat perlindungan maritim itu, aktivitas nelayan dalam memancing ikan yang biasa mereka lakukan tak akan terganggu. Namun diingatkan, keberhasilan perlindungan kawasan suaka maritim tersebut juga tergantung pada kerjasama anatar pemerintah dengan nelayan setempat.

Sanksi berat bagi pelanggar

Namun pemerintah memperketat pedoman bagi berbagai kalangan yang beraktivitas di wilayah tersebut. Mulai sekarang , setiap proyek pembangunan di daerah tersebut akan membutuhkan persetujuan pemerintah.

Berdasarkan langkah-langkah baru tersebut, maka akan ada hukuman berat bagi nelayan yang menangkap spesies yang terancam punah. Pemburu lumba-lumba bungkuk bisa menghadapi ancaman hukuman dua tahun penjara dan denda sekitar 220-250 juta rupiah. Penangkapan ikan dengan kapal pengeruk juga dilarang. Siapa pun yang tertangkap serius merusak habitat bisa menghadapi ancaman hukuman lima tahun penjara.

"Penangkapan ikan secara gelap telah secara serius merusak lingkungan ekologi pesisir, mengancam lumba-lumba yang terancam punah," kata Kuan Li-hao, pejabat biro kehutanan Taiwan.

Selain di kawasan tersebut, lumba-lumba punggung bungkuk atau lumba-lumba 'humpback' Indo-Pasifik juga dapat ditemukan di sepanjang pantai Afrika dan di perairan yang membentang dari India ke Australia.

Pada tahun 2011, Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou memutuskan mengakhiri rencana kontroversial untuk membangun kilang minyak dan lebih dari 20 pabrik petrokimia di Taiwan barat. Keputusan itu diambil sebagai reaksi terhadap serangkaian protes atas terancamnya spesies lumba-lumba. Dia mengatakan, adanya kebutuhan untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan perlindungan lingkungan.