1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

081010 Arabische Liga

8 Oktober 2010

Jumat (08/10) Liga Arab mengadakan sidang istimewa di Sirte, Libia. Tema utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah masa depan perundingan perdamaian Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/PZfB
Sekjen Liga Arab Amre MoussaFoto: dpa

Dalam pertemuan Liga Arab di Libia akhir Maret lalu, Sekretaris Jenderal Liga Arab Amre Moussa menyebutkan, bahwa tidak ada harapan lagi akan keberhasilan proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Dan sudah saatnya, Liga Arab mencarikan alternatif lain. Namun, Moussa tidak memberikan usulan yang lebih rinci.

Enam bulan kemudian, Liga Arab kembali mengadakan pertemuan di Libia, untuk merundingkan proses perdamaian Israel-Palestina. Dan, dalam pertemuan itu, situasinya tidak berbeda dengan sebelumnya. Padahal, Presiden Amerika Serikat Barack Obama berhasil mengundang Perdana Menteri Isarel Benyamin Netanjahu dan Presiden Palestina Mahmud Abbas ke Washington, untuk kembali ke meja perundingan. Pertemuan ini juga dihadiri Presiden Mesir Husni Mubarak dan Raja Arab Saudi Abdullah. Dalam kesempatan itu, Obama, Netanjahu dan Abbas menyatakan dengan yakin, dalam enam bulan ke depan akan disepakati sebuah perjanjian. Tetapi ternyata, itu semua hanya pernyataan semata, tanpa perwujudan.

Tidak lama setelah pertemuan itu, pada tanggal 26 September 2010, masa pemberlakuan moratorium pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi selama sepuluh bulan berakhir. Ketika itu, pemerintah Palestina menegaskan, jika moratorium tersebut tidak diperpanjang, Palestina akan menggagalkan perundingan perdamaian dengan Israel.

Sekjen Liga Arab Moussa sepakat dengan pernyataan Palestina, "Bila pembangunannya tetap dilanjutkan, ini akan mengarah ke sebuah perkembangan yang sangat negatif dan tidak membantu dalam pencapaian sasaran yang diumumkan oleh Presiden Obama. Kita tahu, bahwa perundingan dan pembangunan pemukiman tidak dapat berjalan selaras."

Moussa, diplomat asal Mesir itu memang sejak dulu sudah mempunyai sikap yang lebih kritis dan keras terhadap pemerintah Israel, dibandingkan Presiden Mesir Mubarak. Namun beberapa tahun ini, Moussa mendapat kritikan keras. Tahun 2002 di Beirut, atas desakan Raja Arab Saudi Abdullah, yang saat itu masih bergelar putera mahkota, dan 2007 di Riad, Liga Arab menawarkan Israel perdamaian, dengan persyaratan Israel bersedia menyerahkan kawasan yang diduduki sejak 1967 dan menyetujui pembentukan pemerintah Palestina.

Israel tidak menanggapi usulan tersebut. Sedangkan Liga Arab tetap mempertahankan inisiatifnya. Padahal sejumlah negara anggota lainnya sudah menyarankan untuk mencabut tawaran itu. Selama 65 tahun berdirinya Liga Arab dalam sejarahnya tidak pernah mencampuri urusan pihak lain ataupun mencarikan solusi konflik. Usulan Raja Arab Saudi untuk perdamaian kepada Israel, merupakan percobaan pertama bagi Liga Arab menengahi konflik. Namun, seperti yang dialami sebelumnya oleh perhimpunan lain, percobaan inipun gagal. Nampaknya, tidak ada instrumen yang dapat mengubah sikap kedua pihak yang bertikai untuk mengalah, terutama Israel.

Dalam masalah ini upaya Amerika Serikat maupun Eropa selalu gagal. Mesir saja yang berdamai dengan Israel, gagal dalam upayanya mencarikan jalan keluar bagi Palestina dan Israel. Menteri Luar Negeri Mesir Abu Gheit menuturkan, "Kami di Mesir menerima sikap Palestina, yang menuntut, diupayakan lingkungan dan persyaratan yang sepadan untuk melanjutkan perundingan langsung. Sementara ini persyaratan itu belum terpenuhi.“

Meskipun juru runding AS, George Mitchell, tetap berupaya, dari nada pernyataannya terdengar bahwa sikap optimisnya telah menyusut. "Walaupun terdapat perbedaan pendapat, pemerintah Israel maupuan Palestina meminta, agar tetap diupayakan kelanjutan perundingan.“

Nampaknya, sementara tidak ada jalan yang dapat menyelesaikan masalah ini. Keputusan Perserikatan Bangsa Bangsa juga tidak dapat diandalkan lagi. Lembaga itu telah mengeluarkan ratusan resolusi, namun tidak ada yang ditaati.

Peter Philipp/Andriani Nangoy

Editor: Asril Ridwan