1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Liga Arab Dukung Zona Larangan Terbang

13 Maret 2011

Dengan suara bulat Liga Arab setujui zona larangan terbang untuk cegah penguasa Libya lanjutkan serangan udaranya terhadap kelompok perlawanan. Pimpinan perlawanan di Benghazi desak pengakuan dan dukungan negara Arab.

https://p.dw.com/p/R8sM
Menlu Oman, Yusuf bin Alawi Abdullah (kanan) dan Sekjen Liga Arab Amr MoussaFoto: picture-alliance/dpa

Setelah tertunda beberapa saat, para menteri luar negeri negara Arab melakukan pembicaraan di Kairo, Mesir. Tema yang dirembukkan hanya satu, yakni situasi di Libya dan bagaimana agar pertumpahan darah di negeri itu dapat dihentikan. Setelah awalnya ditolak Yaman, Suriah dan Aljazair, semua negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab akhirnya menyetujui diterapkannya zona larangan terbang di Libya.

Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa mendesak Dewan keamanan PBB untuk merumuskan keputusan terkait. kepada majalah informasi "Der Sipegel", Musa sebelumnya mengungkapkan persetujuannya atas semacam embargo udara itu. Operasi ini dilihat sebagai aksi kemanusian melawan rezim Muamar Gaddafi. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Salman Shaikh, direktur Lembaga Penelitian di ibukota Qatar, Doha.

Libyen Aufständische bei Ras Lanuf
Kelompok perlawanan di Ras Lanouf, LibyaFoto: dapd

Negara Arab harus dukung zona larangan terbang

Kepada pemancar TV Al Jazeera ia mengutarakan: „Saya pikir, kami bergerak menuju sebuah resolusi serius DK yang berisikan zona larangan terbang, Namun, ini tidak hanya merupakan tanggung jawab Amerika Serikat, tetapi juga NATO. Dan saya kira, negara-negara Arab juga harus ikut serta, meskipun bila itu hanya berbentuk peran bantuan."

Masyarakat internasional harus memberikan wewenang kepada NATO untuk melaksanakan zona larangan terbang melawan Gaddafi. Demikian menurut pakar politik Salman Shaikh: „Saya pikir, sekarang tiba waktunya untuk menunjukkan garis merah dan mengatakan kepada Gaddafi, ia tidak boleh lagi mengerahkan pesawatnya untuk mengebom warga sipil yang tak berdosa. Jika tidak begitu, saya khawatir, kami akan terus mengalami serangan dan pertumpahan darah."

Menteri Luar Negeri Oman, Youssef bin Alawi bin Abdullah, mendesak negara-negara Arab untuk mengintervensi di Libya. Pada awal pertemuan ia mengatakan, krisis itu mengancam stabilitas di negara-negara Arab. Dewan Transisi Nasional di Benghazi yang mewakili gerakan oposisi Libya, meminta Liga Arab untuk mengakuinya sebagai wakil Libya yang sah. Dalam sebuah surat kepada Sekjen Liga Arab, pemimpin pemberontak Libya mengulang permintaannya akan intervensi dari luar. Kemudian para menlu Liga Arab memutuskan untuk menjalin kontak dengan Dewan Transisi Nasional di Benghazi.

Libyen Aufständische Demonstration für Flugverbotszone in Bengasi
Demonstrasi di Benghazi bagi zona larangan terbang di LibyaFoto: dapd

Benghazi dkhawatirkan akan direbut pasukan Gaddafi

Sementara itu dikhawatirkan, pasukan Gaddafi akan menyerang kota Benghazi. Pasalnya, pasukan rezim Libya tampaknya semakin mendekati wilayah timur dan merebut satu persatu kota yang sebelumnya sudah dikuasai pihak perlawanan. Warga sipil bersenjata berupaya menangkis kekuatan supremasi militer rezim Gaddafi dengan berbekal keberanian dan keputusasaan.

Putra Gaddafi Saif al Islam beberapa hari lalu mengumumkan dilancarkannya serangan besar-besaran terhadap pemberontak. Ia juga mengancam masyarakat internasional untuk tidak ikut campur: „Bila mereka ingin mendukung milisi, silakan. Tetapi saya mengatakan kepada anda sekarang bahwa mereka akan kalah dan kami akan menang."

Bettina Marx/Christa Saloh

Editor: Dyan Kostermans