1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Letusan Ketiga Merapi Kembali Buat Panik

1 November 2010

Gunung Merapi kembali meletus Senin kemarin (01/11) dan mengeluarkan kepulan debu vulkanik. Meningkatnya aktivitas sebabkan pengungsi bertambah, melebihi fasilitas yang disediakan pemerintah.

https://p.dw.com/p/Pvu3
Foto: AP

Letusan Gunung Merapi sejak sepekan lalu, Selasa 26 Oktober, mengakibatkan jumlah pengungsi terus bertambah. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Propinsi Jawatengah Jarot Nugroho, hingga kini sedikitnya 50 ribu pengungsi memenuhi 58 titik pengungsian di tiga wilayah di Jawatengah, yakni di Kabupaten Klaten, Boyolali dan Magelang. Sedangkan di wilayah Yogyakarta, pengungsi mencapai 20 ribu jiwa lebih.

Kondisi ini menyebabkan sarana dan prasarana untuk pengungsi menjadi terbatas. Seperti kebutuhan susu bayi, masker, selimut, alas tidur, MCK dan penanganan penyakit. Hingga Senin ini saja tercatat 37 pengungsi dirawat di dua Rumah Sakit akibat infeksi saluran pernafasan akut, diare dan penyakit gatal-gatal.

Jarot Nugroho memprediksi, jumlah pengungsi akan terus bertambah, ”Kemungkinan iya. Karena ada informasi ini yang dari Kawasan Rawan Bencana II yang semula tidak direkomendasikan untuk mengungsi sekarang ikut mengungsi karena ketakutan. Jam 10.05 menit terjadi letusan lagi, sehingga mereka berduyun-duyun masuk ke tempat pengungsian mencari tempat-tempat yang aman. Sebagai contoh tempat yang tidak direncanakan untuk pengungsian akhirnya menjadi tempat pengungsian. Ini yang menjadi hiruk pikuk. Tapi mudah-mudahan ini berangsur-angsur bisa diatasi, bisa ditangani.”


Jarot mengakui, hingga kini pihaknya masih mengalami kendala penanganan pengungsi karena sulitnya koordinasi dan tidaksiapan tiap kabupaten dalam penanganan tanggap darurat.

Indonesien Vulkanausbruch Merapi
Foto: AP

Selain masalah pengungsi, letusan Gunung merapi juga membawa dampak negatif bagi Taman Nasional Gunung Merapi Merbabu yang luasnya mencapai 6.400 hektar. Kepala Dinas Kehutanan Jateng Sri Puryono mengatakan, sedikitnya 400 hektar areal hutan dan vegetasi di taman nasional itu rusak. Dilaporkan pula tewasnya sejumlah satwa seperti monyet ekor panjang, dan rusaknya sarang burung Elang jawa. Padahal diakui Puryono, 500 hektar areal hutan yang rusak akibat letusan Merapi 2006 lalu belum direhabilitasi.

”Tahun 2010 ini kita akan melakukan rehabilitasi kawasan konservasi di Taman Nasional Merapi. Bencana alam Merapi meletus tahun 2006 itu baru akan kita taman sekarang ini seluas 444 hektar, karena ini belum ditanam sudah kesiram lagi dengan awan panas itu maka itu ditunda. Kerugian ekonomis ini belum kita hitung. Secara ekologis tentunya tumbuh-tumbuhan itu mati, tentunya itu nanti juga akan berdampak terhadap hidroorologis di kawasan Taman Nasional Merapi. Data sedang kami himpun."

Sri Puryono menambahkan, proses rehabilitasi untuk mengembalikan hutan dan vegetasi di kawasan Merapi butuh waktu sampai 10 tahun. Apalagi, tanaman di kedua pegunungan itu tumbuhnya lambat.

Debu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi juga mengakibatkan gangguan lalu lintas udara. Untuk keselamatan jalur penerbangan dan penumpang, otoritas bandara di Solo dan Yogya menerapkan sistem buka tutup. Sejumlah penerbangan di Bandara Adi Soemarmo Solo dialihkan ke Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, dan sebaliknya.

Noni Arni
Editor: Renata Permadi