1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan Komisi Perlindungan Iklim UE

26 Mei 2010

Perundingan iklim global yang tersendat-sendat mengakibatkan penundaan peningkatan target perlindungan iklim Uni Eropa. Demikian disampaikan Komisaris Iklim Uni Eropa, Connie Hedegaard dalam laporannya di Brussel.

https://p.dw.com/p/NY4k
Komisaris Iklim UE, Connie HedegaardFoto: AP

Komisaris Iklim Uni Eropa, Connie Hedegaard sebenarnya ingin Uni Eropa mengesahkan penurunan emisi CO2 sebesar 30 persen hingga tahun 2020. Sebelumnya, Uni Eropa merencanakan penurunan emisi sejumlah 20 persen dibandingkan dengan level tahun 1990. Namun, keinginannya itu tampaknya tidak akan segera terkabul. Demikian diutarakan Hedegaard di Brussel hari Rabu (26/05): "Situasi ekonomi Eropa sangat sulit, dan prioritas utama di ibukota-ibukota saat ini tentunya adalah bagaimana menangani krisis ekonomi."

Tetapi peningkatan target perlindungan iklim bagi negara-negara UE tidak akan jauh lebih mahal. Dana yang diperhitungkan komisi berkisar sekitar 81 miliar Euro. Ini berarti sebelas miliar lebih banyak daripada yang diperlukan pada target 20 persen sebelumnya. Karena saat ini produksi industri menurun, maka emisi CO2 juga lebih sedikit. Ketua Komisi Lingkungan di Parlemen Eropa, Jo Leinen: "Ini akan jauh lebih murah ketimbang saat kita menetapkan target 20 persen. Ironisnya, krisis ekonomi membantu karena produksi jauh lebih sedikit dan dengan demikian jumlah emisi menurun."

Namun, ini tentunya juga membawa dampak negatif bagi kegiatan industri di Eropa. Penerimaan lebih sedikit, bila produksi menurun. Investasi untuk teknologi hemat CO2 kurang diperhatikan. Kekhawatiran terhadap saingan-saingan dari Cina dan Amerika bertambah besar. Kedua wilayah ini bagaimana pun juga harus bergerak dalam upaya penurunan emisi, sebelum UE melangkah lebih jauh, ujar Komisaris Iklim UE Hedegaard: " UE bertekad untuk meningkatkan pengurangan dari sekitar 20 persen hingga tahun 2020 menjadi 30 persen, bila negara-negara ekonomi raksasa lainnya bersedia memikul bagiannya dalam upaya pengurangan global emisi CO2."

Salah seorang dari sekian pihak yang mengharapkan Uni Eropa memainkan peran yang penting dalam perlindungan iklim adalah Fei Tevi, Sekjen Dewan Gereja Pasifik: "Bagi kami ini menyangkut keselamatan hidup, jadi kami mengharapkan dari negara-negara lain, dari Uni Eropa bahwa mereka memenuhi janjinya. Bila serius ingin membantu dalam perubahan iklim, terutama bagi wilayah-wilayah yang terkena, maka bantulah."

Demikian diutarakan Fei Tevi dari kepulauan Fiji di Samudera Pasifik yang terutama termasuk ke dalam wilayah terancam. Organisasi non-pemerintah Jerman "Brot für die Welt" juga ingin secepatnya melihat sinyal yang jelas dari Uni Eropa. Konsultan iklim Thomas Hirsch mengetahui keadaan di wilayah miskin di dunia. Ia juga tahu pasti kemampuan finansial Eropa. Menurutnya, negara-negara industri ujung-ujungnya akan membayar mahal. Karena orang tahu bahwa satu Euro yang diinvestasi bagi upaya prefentif bernilai sekitar empat hingga tujuh Euro bagi penanganan kerugian-kerugian yang akan timbul. Dengan kata lain, semakin dini bertindak, semakin menguntungkan.

Sementara itu, Menteri Perekonomian Jerman, Rainer Brüderle menyambut baik kenyataan bahwa Komisi UE tidak mengeluarkan rekomendasi untuk sebisanya dalam waktu dekat ini meningkatkan target sebesar 30 persen. Tetapi pada dasarnya, pemimpin ke-27 negara anggota UE lah yang kembali akan memutuskan mengenai target perlindungan iklim pada pertemuan puncak tanggal 17 Juni mendatang.

Susanne Henn/Christa Saloh

Editor: Vidi Legowo-Zipperer