1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Presiden di Rusia, Putin Hampir Pasti Menang

18 Maret 2018

Pemilu presiden Rusia berlangsung. Vladimir Putin diprediksikan menang dengan selisih jauh. Tapi pemungutan suara ini diwarnai atas laporan tentang penyimpangan dan pelanggaran pemilu yang meluas.

https://p.dw.com/p/2uXdq
Präsidentenwahl in Russland Wladimir Putin
Foto: picture-alliance/Yuri Kadobnov/POOL AFP/AP/dpa

Warga Rusia pada hari Minggu (18/03) memberikan suara dalam pemilu presiden 2018. Presiden Vladimir Putin diproyeksikan akan mengalahkan tujuh kandidat lainnya dalam pertarungan untuk mengamankan masa jabatan keempat kalinya di Kremlin.

Jajak pendapat memperkirakan mantan mata-mata KGB  itu bakal mengumpulkan sekitar 70 persen suara. Jumlah pemilih diperkirakan antara 63 dan 67 persen, demikian menurut  lembaga-lembaga pemantau pemilu. Kalangan analis meyakini bahwa tingkat partisipasi merupakan faktor utama bagi Putin, yang ingin mendapatkan mandat yang jelas.

Penyimpangan 'mengkhawatirkan'

Golos, sebuah kelompok pemantau pemilu, mengatakan bahwa mereka menerima puluhan keluhan, melaporkan penyimpangan dan pelanggaran pemilu di seluruh negeri. Isu tersebut mencakup beberapa kotak suara yang tersembunyi dari pengamatan kamera observasi dan perubahan terakhir pada daftar pemilih.

Golos, yang menerbitkan daftar kasus penipuan secara online, pada sore hari beberapa jam sebelum kotak suara ditutup telah menghitung 1.764 dugaan penyimpangan, termasuk tentang nasib para pengamat pemilu yang dicegah melakukan pekerjaan mereka. Sementara tokoh oposisi Alexei Navalny, lawan paling keras dari Putin yang telah dilarang mencalonkan diri dalam pemilu karena alasan hukum, mengatakan telah mengirim 33.000 relawan untuk memantau pemilihan tersebut. Situs Navalny melaporkan ratusan dugaan kasus kecurangan,  terutama di Moskow dan wilayah sekitar Saint Petersburg dan Bashkortostan di Ural.

Golos pada hari Sabtu (17/03) mengisahkan bahwa pihaknya telah mencatat kenaikan keluhan "yang mengkhawatirkan" mengenai majikan yang memaksa atau menekan pekerja mereka untuk memilih Putin sebagai upaya nyata oleh pihak berwenang untuk meningkatkan jumlah pemilih dan memberikan mandat yang jelas kepada Putin.

Koresponden DW Rusia, Miodrag Soric, diminta menyingkir dari sebuah tempat pemungutan suara di Kazan saat ia mencoba melaporkan pemilihan tersebut.

Namun, di tempat pemungutan suara yang lain, hanya lima menit durasi yang diberikan baginya untuk izin syuting.

Di pantai Pasifik Rusia, di wilayah Khabarovsk, pejabat setempat membawa telur, kacang polong kalengan dan potongan ikan beku untuk dijual dengan harga diskon antara 10 sampai 30 persen kepada pemilih di tempat pemungutan suara.

"Dengan melakukan ini, kami berharap dapat menarik pemilih ke tempat pemungutan suara dan kami pikir kami dapat meningkatkan jumlah pemilih," kata Nikolai Kretsu, ketua komite pasar konsumen di pemerintahan lokal. "Tujuan kedua adalah memperkuat kesetiaan terhadap pihak berwenang."

Baca juga:

Trump: Putin Lebih Baik Ketimbang Obama

Putin Menggertak, Rakyat Turki Resah

Membawa orang ke TPS

Putin, yang berkampanye di bawah slogan "presiden yang kuat, seorang Rusia yang kuat," pada hari Jumat (16/03) meminta warga Rusia untuk "menggunakan hak mereka untuk memilih masa depan bagi Rusia hebat  yang kita semua cintai."

Pada saat bersamaan, dia memperingatkan bahwa gagal dalam memberikan suara akan berarti bahwa "pilihan yang menentukan ini akan dibuat tanpa memperhitungkan pendapat Anda ."

Menjelang pemilu, Putin berjanji untuk menaikkan upah, menyuntikkan lebih banyak dana ke layanan kesehatan dan pendidikan serta ingin memodernisasi infrastruktur bobrok.

Pada pemilu presiden Rusia sebelumnya tahun 2012, terjadi aksi protes di seluruh negeri terhadap kembalinya Putin sebagai kepala negara. Pemungutan suara itu dirusak oleh tuduhan kecurangan. Gerakan oposisi di negara tersebut juga kuat.

Kali ini, pemimpin Rusia  itu menikmati lonjakan popularitas, terutama berkat tindakan Moskow di Ukraina dan Suriah. Kritikusnya yang paling vokal, pemimpin oposisi Alexei Navalny, dilarang berpartisipasi dalam pemilu karena kena tuduhan kasus kriminal yang banyak diyakini bahwa tuduhan itu bermotif politik.

Tak satu pun dari tujuh kandidat yang bersaing melawan Putin, termasuk jutawan komunis Pavel Grudinin dan mantan pembawa acara reality TV Ksenia Sobchak, diperkirakan akan menimbulkan ancaman dalam persaingan pemilu.

Pemilu ini  bertepatan dengan peringatan aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina dari tahun 2014. Pemungutan suara  berakhir pada pukul 18.00 waktu Kaliningrad, Rusia.

ap/vlz (ls,nm/jlw/AP, AFP, Reuters)