1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Kopenhagen Berakhir Tanpa Hasil

19 Desember 2009

Lebih dari 110 kepala negara dan pemerintahan tidak berhasil mencapai hasil kongkrit. Menurut Obama konferensi mencapai kesepakatan berarti. Namun negara-negara Eropa tidak berikan sambutan bagi kata-kata Obama.

https://p.dw.com/p/L8sM
Sebuah instalasi pembangkit tenaga listrik tampak di belakang gedung tempat KTT Iklim diadakanFoto: AP

Sabtu pukul tiga dini hari waktu Eropa, (19/12) pemerintah negara kepulauan Tuvalu memboikot konferensi iklim di Kopenhagen, Ian Fry, delegasi dari negara di Samudera Pasifik yang terancam karena semakin tingginya permukaan air laut itu, menolak kompromi yang dirumuskan 25 negara.

Ia tidak sendirian, sejumlah negara di bagian selatan Bumi juga memboikot. Pemimpin delegasi Venezuela Claudia Salerno Caldera, menekankan tuntutan negaranya, karena tidak diijinkan ikut dalam pembicaraan tertutup yang dipimpin AS. Padahal mereka sudah bersabar dan diplomatis. Bolivia, Nicaragua dan Kuba juga menolak kompromi itu.

Tidak Ada Hasil Nyata

Kopenhagen Klimagipfel Proteste
Demonstran yang mendukung tuntutan negara pulau kecil di Samudera Pacific Tuvalu (9/12)Foto: AP

Setelah pertemuan 10 hari, konferensi di Denmark berakhir tanpa hasil nyata. Sebagian besar delegasi yang hadir menolak kompromi sepanjang tiga halaman, yang dirumuskan hanya oleh 25 negara secara tertutup menjelang berakhirnya konferensi. Naskah kompromi itu hanya menjamin bantuan keuangan untuk negara-negara berkembang. Mulai tahun 2020 negara berkembang akan mendapat dana 100 milyar Dollar per tahun untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Sedangkan dalam hal target pengurangan emisi gas rumah kaca tidak ada kemajuan apapun. Para kepala negara dan pemerintahan tidak mampu menyetujui target kongkrit yang mengikat untuk tahun 2020. Bahkan tujuan jangka panjang hingga tahun 2050 yang selama ini telah diterima, akhirnya menghilang dari kerangka pembicaraan.

Gagal Dalam Dua Hal

BdT Protest Klimawandel China Peking Klimagipfel Kopenhagen
Sekitar 20 penabuh genderang tradisional Cina ikut dalam acara yang diadakan Greenpeace, dengan mengenakan baju bertuliskan "tck, tck, tck" (time to act on climate change) di Beijing (12/12)Foto: AP

Bagi organisasi non pemerintah yang hadir, kegagalan ini adalah bencana besar. Kumi Naidoo dari Greenpeace Afrika Selatan mengatakan, "Itu adalah penghianatan bagi yang miskin. Penghianatan terutama terhadap negara-negara yang lemah, terhadap negara-negara pulau yang kecil, juga terhadap generasi berikutnya yang hidup di planet ini.“

Pada dasarnya konferensi gagal dalam dua hal. Pertama, negara-negara yang hadir tidak dapat menyepakati pengurangan jumlah emisi CO2. Kedua, Cina menolak jika emisi gas rumah kacanya dikontrol oleh badan independen. Presiden AS Barack Obama berkali-kali bertemu dengan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao. Tidak ada hasilnya.

Kecaman terhadap Obama

Kopenhagen Klimagipfel Proteste Abschluss Obama
Demonstran mengacungkan gambar Obama sebagai tanda protes di Kopenhagen(19/12)Foto: AP

Obama juga tidak memberikan penawaran lebih baik, daripada inisiatif iklim AS yang tidak banyak menjanjikan dan sudah dikenal sebelumnya. Tetapi Obama tetap berusaha menyebar optimisme. Ia berkata, “Saya percaya, yang kita capai di Kopenhagen bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah awal dari era baru tindakan bersama.“

Obama mendapat kecaman, karena memberikan pernyataan ini secara langsung. Padahal delegasi yang hadir belum memperoleh kesempatan untuk memberikan persetujuan. Jurubicara kelompok negara berkembang G77 dan Cina, Lumumba Stanislas Dia-Ping dari Sudan melontarkan kritik langsung terhadap presiden AS itu. Menurutnya Obama melanjutkan tradisi di era Bush.

Dampak Pemanasan Global

Klimakonferenz in Kopenhagen
Seorang anggota delegasi menatap globus raksasa yang menunjukkan pemanasan laut-laut di BumiFoto: AP

Dalam konferensi iklim berikutnya di Mexiko tahun depan akan kembali didiskusikan langkah untuk meredam pemanasan Bumi. Dengan hasil yang tercapai di Kopenhagen, hingga akhir abad ini, suhu Bumi akan meningkat 3°C.

Para pakar di Dewan Iklim PBB IPCC memperingatkan, jika itu terjadi, sebagian besar Afrika dan Amerika Latin tidak dapat dihuni lagi. Es di Tanah Hijau akan lumer, dan permukaan air laut naik sekitar tujuh meter. Negara-negara pulau seperti Maladewa dan Tuvalu akan tergenang air laut, demikian halnya daerah pantai Bangladesh.

Politisi Jerman Kecewa dengan Hasil Kopenhagen

Norbert Röttgen
Menteri Lingkungan Jerman Norbert Röttgen kecewa dengan hasil yang dicapai di KopenhagenFoto: PA/dpa

Menteri Lingkungan Jerman Norbert Röttgen mengung-kapkan kekecewaannya atas hasil konferensi. Selama konferensi para wakil negara bersusah-payah demi ter-capainya kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Namun mereka berkemelut dengan suasana yang provokatif, tidak bertanggung-jawab hingga kekurang-ajaran. Dan menurutnya tidak ada alternatif lain di tingkat PBB untuk menyelesaikan masalah iklim global.

Ketua partai sosial demokrat SPD, Sigmar Gabriel, menuturkan, para pemimpin negara dan pemerintah yang hadir di Kopenhagen tidak menyadari akan tanggung-jawab mereka. Bagi Gabriel sangat memalukan, bagaimana para pemimpin itu mempertaruhkan masa depan generasi mendatang.

Berbeda dengan Sekjen PBB, Ban Ki Moon. Ia memuji keberhasilan KKT Iklim di Kopenhagen. Memang, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak, demikian Ban. Ia menambahkan, bahwa tugas selanjutnya adalah merundingkan sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum di tahun 2010.

Johannes Beck / Marjory Linardy

Editor: Agus Setiawan