Koresponden DW di Chad Dilepaskan
21 Agustus 2013Pengadilan di N'Djamena pada hari Senin (19/08/2013) memvonis jurnalis Chad, Eric Topona tiga tahun hukuman percobaan, atas tuduhan pencemaran nama baik. Topona telah menghabiskan hampir empat bulan waktunya dalam tahanan ketika mengalami pemeriksaan. Karena itu, Topona langsung dibebaskan.
Topona, yang juga Sekretaris Jenderal Ikatan Jurnalis Chad, lega atas pembebasannya: "Saya merasakan kenikmatan luar biasa ketika menerima kabar pembebasan saya, meskipun dalam masa percobaan, saya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara." Topona mengucapkan rasa terima kasihnya, "Kepada semua orang yang telah mendukung saya, terutama Deutsche Welle dan teman-teman lain di tingkat internasional, terima kasih. Tanpa dukungan ini, saya mungkin telah meninggal dunia dan telah kehilangan moralitas saya."
Tuduhan yang Dikonstruksi
Penahanan Toponas dan wartawan lainnya serta blogger di Chad telah menyulut kritik keras masyarakat internasional. Organisasi Reporter Tanpa Batas (Reporters Without Border) menyebut penangkapan itu sebagai tindakan "sewenang-wenang" dan "kekhawatiran terbesar akan kebebasan pers di Chad“.
Politisi dari partai-partai di Jerman dan Deutsche Welle DW berkampanye meminta pemerintah Chad membebaskan Topona." Kami sangat, sangat lega, "kata kepala program Afrika DW, Claus Stacker. "Nasib yang dialami Topona mengingatkan kita betapa banyak koresponden kami yang sering mempertaruhkan nyawanya, dan bagaimana kita dan pekerjaan kita diamati. "
Dalam peringkat kebebasan pers yang dirilis organisasi Reporter Tanpa Batas, Chad berada di peringkat 121 dari 179 negara. Lewat kudeta, Presiden Chad Idriss Deby berkuasa selama lebih dari 20 tahun. Sejak itu, ia memerintah dengan tangan besi. Akhirnya, pada musim semi lalu, terjadi gelombang penangkapan terhadap kaum oposisi.
Topona awalnya dipanggil sebagai saksi pada bulan Mei lalu, tapi kemudian dianggap "membahayakan tatanan konstitusional" dan ditangkap atas tuduhan telah menyebar "dokumen subversif" di internet.
Untuk itu, ia diancam dengan hukuman penjara seumur hidup. Pengacaranya menggambarkan tuduhan itu sebagai hal yang "dikonstruksi“ dan "direkayasa". Tuduhan itu kemudian melemah ke tuduhan "pencemaran nama baik".
Kondisi penjara mengerikan
Di penjara, Topona menderita. Dalam sel, ia terkena malaria. Bahkan kunjungan diplomatik ke penjara untuk membesuknya ditolak.
Ayah Topona merasa lega ketika ia melihat anaknya pada hari Senin saat persidangan. "Dia baik-baik saja - bahkan secara moral," kata Célestin Topona kepada Deutsche Welle. Sekarang ia berharap bahwa "para pengacara membawa pekerjaan mereka ke tahap akhir" dan mencapai vonis bebas di tingkat banding.
Itulah yang dilakukan Sobdibé Zoua, tim pembela Topona sekarang. Kliennya tidak pernah mengakui tuduhan tersebut dan oleh karena itu Topona harus dibebaskan, demikian ujar Zoua setelah putusan. Dalam sebulan ini ia mengharapkan keputusan di tingkat banding. "Dengan sedikit keberuntungan dan banyak usaha," kata Zoua, untuk mencapai vonis bebas bagi terdakwa.