1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Selatan Pilih Presiden Perempuan Pertama

20 Desember 2012

Hasil pemilu Korea Selatan membawa terpilihnya seorang presiden perempuan pertama. Kandidat dari kubu konservatif Park Geun Hye (60) berhasil mengungguli saingannya Moon Jae In dari kubu liberal.

https://p.dw.com/p/175QS
South Korea's conservative President-elect Park Geun-hye speaks during a news conference at the main office of ruling Saenuri Party in Seoul December 20, 2012. Park won South Korea's presidential election on Wednesday and will become the country's first female leader, saying she would work to heal a divided society. The words in the background read as "President Park Geun-hye". REUTERS/Woohae Cho (SOUTH KOREA - Tags: POLITICS ELECTIONS)
Presiden Korea Selatan Park Geun-hyeFoto: Reuters

Di Korea Selatan untuk pertama kalinya seorang perempuan terpilih untuk memegang jabatan tertinggi pemerintahan. Setelah penghitungan lebih dari 90 persen suara, tokoh dari kubu konservatif Park Geun Hye Rabu (19/12) berhasil memperoleh 51,6 persen suara. Saingannya dari kubu liberal Moon Jae In hanya berhasil meraih 48 persen suara.

"Ini kemenangan yang datang dari hati warga yang mengharap hidupnya kembali perekonomia,“ demikian disampaikan Park dalam pesta kemenangan partainya di udara terbuka di pusat ibukota Seoul. „Saya akan menjadi seorang presdien, yang memenuhi janji di segala aspek yang telah saya berikan kepada warga,“ janji perempuan berusia 60 tahun tersebut.

Präsidentschaftswahl Südkorea 2012
Park Geun-hye terpilih jadi presiden perempuan pertama di Korea SelatanFoto: dapd

 

Park adalah anak perempuan dari diktator Korea Selatan Park Chung-Hee, pria yang dicintai warga karena kemajuan ekonomi yang dicapainya. Namun, ia juga dibenci oleh warga karena gaya pemerintahannya yang otokratis selama 18 tahun. Ia dibunuh oleh pimpinan dinas rahasianya sendiri tahun 1979.

Park yang berusia 60 tahun itu menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan terciptanya banyak lapangan kerja baru kepada warga Korea Selatan yang memilihnya.

Sementara Moon, dalam kampanyenya juga berfokus pada masalah ekonomi. "Pemilihan ini menyangkut kehidupan kita, demokrasi ekonomi, kesejahteraan dan perdamaian di semenanjung Korea," kata Moon.

Kedua kandidat berjanji akan memperbaiki hubungan dengan negara tetangga Korea Utara. Moon mengatakan, pemerintah Seoul sebaiknya meneruskan bantuan keuangan kepada Korut tanpa persyaratan. Moon adalah putera seorang pengungsi asal Korea Utara dan mantan pengacara HAM. Ia pernah dipenjara karena memprotes rezim Park Chung-Hee. 

Park juga menjanjikan dialog dengan Korea Utara yang terisolasi. Pimpinan negara tetangga tersebut baru beberapa hari yang lalu mengguncang kawasan itu karena mulai meluncurkan roket.

Budaya Korea Selatan masih didominasi kaum pria. Terpilihnya seorang presiden perempuan akan dianggap sebagai langkah besar di negara yang saat ini berdasarkan daftar World Economic Forum hanya menduduki peringkat 108 dari 135 negara dalam masalah persamaan gender.

VLZ/HP/DK (AFP, dpa, Reuters)