1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korban Merapi Bertambah

27 Oktober 2010

Korban meninggal akibat awan panas Gunung Merapi mencapai 29 orang. Tim Disaster Victim Identification Polda DI Yogyakarta bersama dengan tim forensik RS DR Sardjito terus mengidentifikasi jenazah yang ditemukan.

https://p.dw.com/p/PppT
Warga yang mengungsiFoto: AP

Satu jenazah yang diduga sebagai juru kunci Merapi, Mbah Maridjan, juga belum selesai diidentifikasi. Tim masih perlu melakukan tes DNA. Sampel DNA keluarga, yakni dari istri dan anak Mbah Maridjan, telah diambil. Jenazah yang diduga Mbah Maridjan itu ditemukan di kamar mandi dalam posisi bersujud.

Sementara jenazah wartawan Vivanews.com , Yuniawan Nugroho, telah diambil oleh pihak keluarga. Ia meninggal dunia ketika ingin membujuk Mbah Maridjan untuk mengungsi. Menurut rencana, berdasarkan informasi dari keluarga, pemakanan mantan wartawan Suara Pembaruan yang lahir di Blora 1 Juni 1968 itu akan berlangsung hari Kamis pagi (28/10) di Ambarawa.

Pasca letusan, aktivitas Gunung Merapi cenderung menurun. Namun Merapi masih berstatus "awas“. Oleh sebab itu warga dihimbau untuk tidak mendekat. Petugas Badan Penyelidikan dan Pengembangan Kegunung-apian (BPPTK) Yogyakarta menghimbau, agar warga tetap di pengungsian karena tidak diketahui apa yang akan terjadi pasca erupsi, Selasa (26/10). Sebelumnya, ada sebagian warga yang memilih pulang ke rumahnya pasca erupsi. Padahal menurut BPPTK banjir lahar dingin pun bisa terjadi jika curah hujan tinggi.

Di lokasi pengungsian, diharapkan agar stok logistik berupa bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya bagi pengungsi korban Merapi segera bertambah untuk mengantisipasi ancaman kelaparan. Sementara itu, sebagian pengungsi, khususnya lanjut usia di barak Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, mengeluhkan mulai terkena gangguan pernafasan ISPA dan iritasi mata.

Noni Sunarni/hrjogja/kompas/liputan6/vivanews/sp

Editor : Ayu Purwaningsih