1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kopenhagen Antara Harapan Dan Pesimisme

7 Desember 2009

Sebelum konferensi ini dimulai, sudah banyak tanggapan mucul. Sebagian kalangan pesimis bisa dicapai kesepakatan. Sebagian lagi melihat ada harapan baru.

https://p.dw.com/p/Ks9B
Promosi perlindungan iklim di stasiun kereta api KopenhagenFoto: AP

Harian Inggris Times menanggapi konferensi puncak iklim di Kopenhagen cukup optimis:

Keberhasilan menuntut ambisi besar. Untuk membatasi kenaikan suhu bumi sampai dua derajat Celcius pada abad ini, semua negara peserta perjanjian iklim harus memenuhi sasaran maksimal mereka. Keberhasilan perlu dana. Cina dan India mungkin perlu sampai 100 miliar dollar per tahun hingga 2030, apabila keduanya bermaksud memenuhi target reduksi emisinya. Di Kopenhagen memang tidak akan dicapai sebuah perjanjian yang mengikat. Yang realistis adalah menentukan jadwal waktu untuk menetapkan perjanjian semacam itu. Kehadiran para kepala negara dan pemerintahan dunia di Kopenhagen adalah pertanda baik.

Harian Perancis Le Figaro berkomentar:

Rencana kedatangan presiden AS Obama ke pertemuan puncak iklim kembali menghidupkan harapan yang beberapa minggu lalu sudah redup. Memang sangat menentukan, bahwa negara-negara industri melibatkan jajaran politik tertingginya. Pemerintah baru Amerika Serikat telah melakukan langkah besar ke depan. Isu perubahan iklim di negara itu bukan tema yang ditabukan lagi. Tetapi kehadiran Obama di Kopenhagen bukan jaminan keberhasilan. Sampai sekarang, Amerika Serikat dan Cina, dua pencemar terbesar dunia, berusaha meredam harapan pada konferensi Kopenhagen.

Harian Polandia Rzeczpospolita menulis:

Amerika Serikat dan Cina menyatakan akan mereduksi emisi gas rumah kaca, tapi tidak sebanyak yang diusulkan Uni Eropa. Garis pemisah lain ada antara negara berkembang dan negara industri kaya. Negara berkembang berpendapat, negara kaya harus mengambil alih beban perubahan iklim. Negara kaya tidak senang dengan tuntutan itu. Beberapa kalangan menyatakan bahwa Kopenhagen pasti gagal. Sekalipun begitu, masih ada kemungkinan untuk sebuah kesepakatan. Sebab menurut jajak pendapat, mayoritas publik di Amerika dan Eropa menganggap perubahan iklim sebagai masalah serius. Para politisi berada di bawah tekanan pemilih, untuk melakukan sesuatu.

Harian Swiss Tages Anzeiger menilai:

Presiden AS akhirnya memutuskan untuk hadir pada fase-fase terakhir konferensi Kopenhagen. Obama tidak datang dengan tangan kosong. Ia menyatakan siap memberi kontribusi yang adil bagi negara berkembang. Paket bantuan yang disiapkan negara-negara industri mencapai nilai 10 miliar dollar AS dan tersedia mulai tahun 2012. Negara-negara Barat memang belum menetapkan berapa dana yang diberikan masing-masing negara. Bagaimanapun, janji AS merupakan tonggak sejarah penting.

Harian Jerman Tagesspiegel berkomentar:

Kopenhagen adalah peluang terakhir untuk merundingkan penanggulangan perubahan iklim. Jika tidak berhasil, maka selambatnya tahun 2020 akan terlambat untuk mengubah kecenderungan pemanasan global. Sistem iklim bekerja lambat, tidak seperti mobil yang bisa berbelok tajam. Mungkin lebih mirip kapal tanker besar, yang perlu waktu lama dan jarak beberapa kilometer untuk berbelok. Jadi negara-negara industri di Kopenhagen harus segera memulai ekonomi yang hampir bebas karbon. Sedangkan negara-negara ambang industri harus mulai melakukan perubahan.

HP/DK/dpa/afp