1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kontroversi Iklan Pembantu Rumah Tangga

17 Juli 2014

Singapura memperingatkan agen pembantu rumah tangga agar tidak menampilkan iklan ”tak bermartabat” menyusul keberatan dari kelompok hak asasi manusia bahwa para pekerja domestik diperjualbelikan seperti komoditas.

https://p.dw.com/p/1CeKd
Foto: Konstantin Yuganov - Fotolia.com

Dalam sebuah peringatan yang dikirimkan kepada para agen, Kementerian Tenaga Kerja mengatakan bahwa mereka cemas atas penggambaran yang ”tidak sensitif dan pantas” atas para pekerja domestik dalam berbagai iklan, yang antara lain dipajang di berbagai pusat perbelanjaan.

“Iklan-iklan yang menekankan biaya murah, harga promosi, dan/atau diskon secara tidak sengaja memberi kesan bahwa pekerja domestik asing dipasarkan sebagai barang dagangan,” kata kementerian itu dalam surat peringatan.

Kementerian Tenaga Kerja Singapura memperingatkan bahwa mereka punya kekuasaan untuk menangguhkan atau mencabut izin para pelanggar.

Para agen pembantu rumah tangga harus “menahan diri dari segala bentuk iklan publik yang menggambarkan para pekerja rumah tangga asing dengan cara yang tidak bermartabat,“ kata kementerian tersebut.

Iklan yang menyamakan para pembantu rumah tangga “sebagai barang yang bisa dibeli dan diganti saat diketahui tidak memuaskan” tidak bisa diterima, tambah kementerian tenaga kerja.

Mereka mendesak para agen tenaga kerja tidak membuat para pembantu domestik itu duduk di luar etalase toko untuk diperiksa oleh para calon majikan, karena itu memperkuat kesan bahwa mereka ”adalah komoditi yang ‘diuji' atau diperdagangkan”.

Gara-gara laporan media

Peringatan ini disampaikan pemerintah Singapura menyusul laporan media massa dan keberatan para aktivis buruh migran tentang para pekerja domestik yang diminta mempraktekkan cara membersihkan dan merawat rumah di berbagai kantor agen tenaga kerja yang berada di pusat-pusat perbelanjaan.

Stasiun TV yang berbasis di Qatar, Al Jazeera Juni lalu melaporkan bahwa mereka mendapati para pembantu rumah tangga di sebuah pusat perbelanjaan pinggiran kota saling mendorong kursi roda satu sama lain berpura-pura sedang mengurus orang tua.

Sementara pekerja domestik lainnya memeluk boneka atau menyeterika di tempat yang dibikin seolah-olah ruang keluarga. Kementerian Tenaga Kerja mengatakan dalam pernyataan 4 Juli bahwa penyelidikan yang mereka lakukan tidak menemukan adanya perlakuan yang “tidak pantas“ atas para pekerja domestik asing.

Lebih dari 210.000 perempuan dari Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Bagladesh, Thailand, Myanmar dan India berkerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura yang makmur.

ab/cp (afp, ap, rtr)