1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan

24 November 2010

Korea Utara menembakkan puluhan peluru artileri ke pulau Yeonpyeong, milik Korea Selatan, Selasa (23/11), menewaskan sedikitnya dua marinir Korea Selata

https://p.dw.com/p/QHIA
Warga di Seoul membaca edisi pers khusus tentang serangan Korea Utara ke Korea SelatanFoto: AP

Serangan artileri Korea Utara terhadap Korea Selatan Selasa lalu menjadi sorotan media cetak Eropa. Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis

„Jika Korea Utara melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan ekonomi dan politknya ini dapat pula berarti adanya alasan politik dalam negeri untuk provokasi tersebut. Negara komunis itu saat ini berada pada masa transisi yang kritis. Dalam situasi seperti ini bagi calon penguasa baru Kim Jong Un, melakukan serangan mendadak atau sikap sangat agresif terhadap Korea Selatan adalah hal yang membantu untuk memperoleh rasa hormat dari para jenderal. Apabila serangan terhadap Korea Selatan adalah janji awal dari calon pemimpin tersebut, ini tidak membuka harapan baik untuk masa-masa mendatang setelah pergantian pimpinan di Korea Utara.“

Harian Inggris The Times berkomentar

„Ini negara poros kejahatan yang menunjukkan pemimpinnya imun terhadap ancaman maupun terhadap tindakan lemah lembut. Harus ada perubahan dalam strategi internasional. Untuk mempersiapkan strategi baru, hal yang esensial adalah meredam terlebih dahulu agresi Korea Utara. Kekuatan militer Pyongyang sesungguhnya harus benar-benar diteliti. Penduduk sipil di Korea Selatan harus dipersiapkan, Amerika Serikat harus melakukan kerja public relations yang efektif. Sementara Cina dan Jepang harus dilibatkan erat dalam strategi multilateral.“

Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan juga menjadi sorotan harian Spanyol ABC

"Rezim di Korea Utara seharusnya lama diragukan reputasinya oleh masyarakat internasional. Tidak dapat diterima begitu saja bahwa setiap kasus kecil di negara tiran yang terkucil itu menyebabkan ditembakannya bom ke teritorial negara tetangganya atau menenggelamkan kapal asing. Para diktator di Korea Utara masih dapat eksis hanya berdasarkan kenyataan bahwa Cina masih mendukung mereka. Selama ini Beijing tidak menunjukkan pengaruhnya, untuk mengupayakan berakhirnya dinasti yang brutal ini, yang menganggap rakyatnya sendiri seperti budak dan terisolir dari dunia luar. Cina sebaiknya melepaskan dukungannya terhadap rezim di Korea Utara dan dengan demikikan memainkan bukti bahwa Beijing menyandang tanggungjawabnya di panggung politik dunia.“

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Setiawan