1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Iklim PBB di Bonn dengan Ketua Baru

30 Juli 2010

Senin, 2 Agustus dimulai putaran berikutnya pembicaraan mengenai iklim di Bonn. Itu adalah putaran pertama perundingan sekretariat PBB urusan perubahan iklim (UNFCCC) dengan ketua barunya Christiana Figueres.

https://p.dw.com/p/OYfM
Christiana Figueres, ketua baru sekretariat PBB urusan perubahan iklim (UNFCCC)Foto: picture-alliance/dpa

Pada dasarnya, sekretariat urusan iklim PBB memiliki tidak kurang dari 194 negara yang menjadi pemberi kerja. Sebanyak itulah negara dan partai yang menandatangani kesepakatan iklim PBB. Tetapi, walaupun pekerjaan sebagai penengah internasional, pemberi peringatan dan koordinator dalam perjanjian mengenai iklim internasional adalah tugas yang sangat besar, tetap banyak orang yang berminat untuk memangku jabatan ini.

1 Juli lalu ketua sekretariat, Yvo de Boer menyatakan pengunduran diri, setelah KTT di Kopenhagen Desember lalu tidak berhasil. Pemilihan akhirnya jatuh pada Christiana Figueres dari Costa Rica, yang sejak 1995 ikut dalam perundingan iklim dan sekarang menjadi ketua sekretariat iklim PBB.

Waktu Mendesak

GMF Global Media Forum 2010 Yvo de Boer
GMF2010OpeningCeremony Opening ceremony Yvo de Boer (Executive Secretary, UNFCCC) © DW/K. DanetzkiFoto: DW

Mereka hanya memiliki empat pekan, untuk mempersiapkan diri menghadapi putaran perundingan yang akan datang. Kedua tim kerja ad hoc bertemu tanggal 2-6 Agustus di Bonn, untuk mendiskusikan masa depan kesepakatan iklim PBB, dan mengusahakan hasil sebaik mungkin dari KTT Desember mendatang di kota Cancun, Meksiko dengan mengajukan sebuah rancangan.

Banyak pertanyaan yang belum terjawab sejak KTT gagal Desember lalu. Walaupun KTT Kopenhagen secara umum dianggap gagal, tetapi dari KTT itu banyak yang dapat dipelajari. Demikian dikatakan ketua yang baru, Christiana Figueres, "Bagi saya, salah satu pelajaran baru dari Kopenhagen adalah, banyak partai tidak merasa terwakili dalam perundingan. Mereka merasa dilangkahi, padahal transparansi dan keikutsertaan adalah dua prinsip, yang termasuk dalam hakekat PBB. Tanpa kedua prinsip ini, PBB tidak berfungsi.“

Pembatasan Perubahan Iklim

UN Klimagipfel in Kopenhagen
Salah satu demonstrasi yang berlangsung selama KTT Iklim di Kopenhagen, Desember 2009Foto: AP

Mengumpulkan kepingan-kepingan harapan dan membentuk kepercayaan semua pihak akan menjadi pekerjaan dasar perundingan di Bonn. Waktu sudah mendesak. Jurang antara pengetahuan dan politik emisi sesuai realita, terutama dari negara-negara industri semakin besar. Jika perubahan iklim global akan dibatasi, masyarakat internasional harus membuat peraturan yang cakupannya luas serta mengikat.

Tugas tim ad-hoc kedua, yaitu tim kerja Protokol Kyoto, lebih mendesak lagi. Figueres mengatakan, “Pemerintah negara-negara sekarang harus berdiskusi dengan jujur tentang kelanjutan Protokol Kyoto. Oleh sebab itu pemerintah juga telah meminta analisa dari sekretariat PBB, di mana kami mencatat semua cara legal, untuk menghindari kekosongan setelah Protokol Kyoto selesai, antara akhir 2012 dan awal 2013.“

Protokol Kyoto menetapkan kewajiban menyangkut emisi gas rumah kaca bagi negara-negara industri maju hingga akhir 2012. Waktu tidak banyak lagi untuk menetapkan masa depan kesepakatan yang mengikat. Oleh sebab itu Christiana Figueres berharap pertemuan kerja di Bonn mulai Senin mendatang akan berhasil. Desember nanti, di Cancun, Meksiko keputusan politik yang kongkrit tentang struktur kesepakatan iklim global di masa depan harus tercapai. Sebelum itu, Oktober mendatang akan diadakan perundingan lagi di Cina.

Helle Jeppesen / Marjory Linardy

Editor: Luky Setyarini