1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kondisi Buruk Buruh Anak Di Sektor Tembakau

25 Mei 2016

Ribuan anak di Indonesia bekerja dalam kondisi membahayakan kesehatan di lahan-lahan pertanian tembakau. Human Rights Watch (HRW) mengeritik perusahaan rokok multinasional yang tidak peduli nasib buruh anak.

https://p.dw.com/p/1IuAx
Djarum - Hauptsponsor der Indonesia Open
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad

Banyak perusahaan rokok Indonesia dan multinasional yang membeli tembakau di Indonesia, namun mereka tidak peduli dengan kondisi buruh anak di lahan pertanian tembakau. Buruh anak, sebagian baru berusia 8 tahun, sering bekerja dalam kondisi yang membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka, demikian tulis Human Rights Watch (HRW) yang berpusat di New York.

Laporan terbaru HRW tentang kondisi buruh anak Indonesia di sektor tembakau itu dirilis hari Rabu ( 25/05).

Misalnya Siti Maryam, 13 tahun, mengatakan dia sering menderita sakit kepala dan mual setelah memanen daun tembakau dengan tangan telanjang. Dia sudah bekerja selama empat tahun di perkebunan keluarganya di Indonesia.

Maryam adalah satu dari ribuan anak, yang menurut HRW bekerja dalam kondisi berbahaya di lahan pertanian sebuah perusahaan rokok raksasa di Probolinggo.

"Saya sering rasa pusing, sakit kepala dan merasa mual seperti mau muntah," kata Maryam kepada kantor berita Reuters. Ini adalah gejala keracunan nikotin yang oleh para ahli disebut "penyakit tembakau hijau".

Indonesia adalah salah satu pasar produk tembakau yang tumbuh paling cepat di dunia, dengan sekitar US $ 16 miliar rokok yang terjual tahun lalu, meningkat 13 persen dibandingkan penjualan dari 2014. Itulah data-data dari lembaga riset pasar Euromonitor International.

Kurangnya informasi tentang bahaya dari tembakau membuat banyak orang tua tidak menyadari risiko yang dihadapi anak-anak mereka, kata Margaret Wurth, penelitiHuman Rights Watch.

Beberapa perusahaan besarkjuga tidak punya prosedur untuk menyeleksi daun tembakau yang berbahaya bagi kesehatan anak.

Verladung von Tabak in Indonesien
Pembeli tembakau hanya peduli dengan kualitasnya, tidak peduli kondisi buruhnyaFoto: dpa - Report

"Artinya, perusahaan-perusahaan ini mungkin berkontribusi terhadap eksploitasi anak dan menarik keuntungan dari situasiyberbahaya yang mengancam buruh anak," tandas Margaret Wurth.

HRW mewawancarai 227 buruh tembakau, di antaranya 132 anak-anak berusia antara 8 sampai 17 tahun. Mereka bekerja di pertanian tembakau di empat provinsi Indonesia.

"Akar masalahnya adalah kemiskinan di desa-desa kecil," kata Soeseno, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) kepada Reuters.

Sudah menjadi budaya di banyak tempat, bahwa orang tua meminta anak-anak membantu pekerjaan mereka, kata Soeseno. Pelanggan juga biasanya tidak peduli dengan isu buruh anak.

WHO Bericht Raucher Indonesien
Indonesia adalah salah satu pasar tembakau terbesar duniaFoto: Getty Images/AFP/O. Siagian

"Kalau saya menjual tembakau, yang penting kualitasnya", kata Suradi, seorang pedagang tembakau di Probolinggo. Tidak ada yang bertanya tentang kondisi buruh anak, kata dia.

Human Rights Watch mengatakan sudah menghubungi beberapa perusahaan tembakau terbesar yang beroperasi di Indonesia, antara lain Philip Morris International Inc, Djarum Group dan PT Gudang Garam Tbk.

Philip Morris menyambut laporan itu. Pejabat perusahaan Miguel Coleta menerangkan kepada Reuters, mereka membeli 70 persen tembakaunya langsung dari petani, tidak dari perantara,empat tahun lalu baru 10 persen..

Tapi Coleta mengakui, perubahan memang hanya bisa berjalan lambat laun. "Kita berbicara tentang pasar besar, dengan jutaan konsumen," kata dia. "Ini bukan sesuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu semalam."

Perusahaan Indonesia Djarum dan Gudang Garam tidak menanggapi permintaan kantor berita Reuters untuk mengomentari isu ini.

hp (rtr, afp)