1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Komunitas Rusia di Jerman Hadapi Pelecehan dan Permusuhan

9 Maret 2022

Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina, komunitas masyarakat Rusia di Jerman telah melaporkan agresi terhadap mereka antara lain di sekolah, di transportasi umum, dan dalam kehidupan sehari-hari.

https://p.dw.com/p/48CS4
Friedrich khawatir tentang meningkatnya jumlah serangan yang dilaporkan terhadap imigran Rusia di Jerman
Friedrich khawatir tentang meningkatnya jumlah serangan yang dilaporkan terhadap imigran Rusia di JermanFoto: privat

Roman Friedrich adalah seorang pekerja sosial di distrik Chorweiler, Köln. Dia mengorganisir bantuan untuk pengungsi Ukraina yang tiba di sana, tetapi pada saat yang sama, dia memiliki kepedulian terhadap komunitas masyarakat Rusia di Jerman yang disalahkan atas invasi yang dilakukan Vladimir Putin.

"Yang paling mengejutkan saya adalah ketika seorang guru di sekolah dasar meminta seorang anak Rusia untuk berdiri di depan seluruh kelas dan dengan jelas mengambil sikap dan menjauhkan diri dari kebijakan Putin," kata Friedrich.

Friedrich, yang lahir di Omsk, Rusia, dan neneknya yang berasal dari Ukraina, telah menerima banyak telepon dalam beberapa hari terakhir dengan kisah permusuhan yang serupa. Seorang anak laki-laki Rusia di sebuah sekolah menengah di Köln dirundung dan dipukuli oleh teman-teman sekelasnya. Selai itu, seorang perempuan Polandia yang dikira sebagai orang Rusia, dilecehkan di toko perangkat keras. Setiap hari, orang-orang (Rusia) mengatakan mereka diganggu di tempat kerja, di angkutan umum, di halaman sekolah.

"Ini belum menjadi tren yang meluas," kata Friedrich, tetapi jumlah kasusnya meningkat. Leboh lanjut, media propaganda Rusia menangkap laporan semacam itu dan menggunakannya untuk narasi mereka sendiri.

Sebuah stigma baru

Diperkirakan 6 juta orang berbahasa Rusia tinggal di Jerman. Mayoritas dari mereka adalah warga negara Jerman: etnis Jerman yang berasal dari bekas Uni Soviet — sebagian besar dari Rusia, Ukraina, dan Kazakhstan. Mereka adalah keturunan pemukim dari Eropa Tengah berbahasa Jerman, yang pindah ke berbagai wilayah Kekaisaran Rusia sejak paruh kedua abad ke-18. Bermukim kembali ke Jerman Barat dimulai pada tahun 1950-an, tetapi dua juta di antaranya datang ke Jerman pada tahun 1990-an.

Mereka cenderung memegang nilai-nilai keluarga yang konservatif. Dalam beberapa tahun terakhir, "Jerman Rusia" menarik perhatian media ketika terungkap bahwa sejumlah besar dari mereka mendukung populis nasionalis sayap kanan dari partai Alternatif untuk Jerman (AfD).

Sebelum perang dimulai, banyak orang Rusia dianggap sebagai simpatisan AfD, kata Friedrich. Namun sekarang, mereka terlihat sebagai simpatisan Putin. "Akibatnya adalah mereka merasa menjadi korban dan semakin mengisolasi diri mereka sendiri," ujarnya.

Friedrich fasih berbicara bahasa Rusia dan Ukraina. Saat DW mewawancarainya, dia baru saja berbicara dengan pemilik sebuah toko swalayan yang meminta nasihatnya. Menyusul serangan terhadap toko Rusia-Polandia di kota Oberhausen, di mana jendela-jendela dihancurkan dan semuanya dicoret dengan grafiti dengan kata-kata fitnah, banyak pemilik toko ragu-ragu apakah mereka sebaiknya mengeluarkan produk Rusia mereka dari rak atau tidak.

Menanggapi pertanyaan dari DW, Mix, ritel dengan sekitar 330 toko di seluruh Eropa, mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menawarkan bahan makanan yang dibuat di Rusia.

"Pangsit pelmeni kami diproduksi di Nürnberg, tworog berasal dari Polandia, susu kental manis sgushenka diproduksi di Belanda, produk susu ryazhenka berasal dari Lituania, sosis 'Rusia' diproduksi di Bayern, bir berasal dari tempat pembuatan bir Carlsberg Denmark atau dari Anheuser-Busch, dan kue serta manisan kami diproduksi di Ukraina."

Friedrich telah meminta politisi Jerman untuk melindungi komunitas Rusia saat suasana kian memanas. "Ketika ada hasutan kekerasan, kejaksaan perlu mengambil tindakan cepat. Tidak mungkin semua orang Rusia bertanggung jawab atas tindakan Moskow. Aturan hukum harus diterapkan, masyarakat harus proaktif dan tegas melawan perkembangan seperti itu."

Menargetkan anak-anak

Ada juga Narina Karitzky. Ia mendirikan sekolah bahasa Rusia di kota Bonn pada tahun 2011. Pada awalnya, itu adalah proyek kecil untuk mengajar pelajar Rusia. Saat ini, ia melayani 500 keluarga dan anak-anak mereka, dan 25 guru di sana juga mengajar seni, balet, dan bahkan robotika.

"Suatu hari rekan saya mendapat telepon dari seorang laki-laki yang tinggal di suatu tempat dekat sekolah, yang mengatakan bahwa kami memalukan bagi seluruh jalan. 'Kalian para pembunuh,' teriaknya di telepon," katanya.

Karitzky juga telah mendengar banyak cerita tentang anak-anak dan remaja yang dilecehkan di jalan. Orang dewasa meneriaki anak-anak di bus karena mereka berbicara dalam bahasa Rusia. Guru-guru yang menuntut murid-muridnya membuat pendirian yang jelas terhadap Putin. Dan banyak orang tua bertanya apakah mereka masih bisa mengirim anak-anak mereka ke sekolah Rusia sama sekali. "Mereka takut terjadi sesuatu pada anak-anak mereka," katanya.

Narina Karitzky mendirikan sekolah bahasa Rusia di kota Bonn pada tahun 2011
Narina Karitzky mendirikan sekolah bahasa Rusia di kota Bonn pada tahun 2011Foto: Oliver Pieper/DW

Banyak muridnya bukan dari Rusia, tetapi dari negara-negara bekas Uni Soviet lainnya yang berbahasa Rusia. Ketika perang dimulai, Karitzky, yang berkebangsaan Rusia tetapi juga keturunan Armenia, menerima email dari seorang ibu Ukraina.

"Dia menulis kepada saya bahwa mereka sangat senang memiliki anak-anak mereka yang terdaftar di sini, tetapi dia bertanya: 'Apa pendapat Anda tentang invasi? Apakah Anda mendukung atau menentangnya?'" ungkap Karitzky. "Baginya, penting bagaimana perasaan kami tentang hal itu. Sebagai penutur bahasa Rusia, Anda merasa malu, bahkan jika Anda tidak dapat menahannya."

Karitzky mengutuk invasi tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional. Dia bahkan menulis surat kepada wali kota Bonn.

Lebh lanjut, Karitzky terkejut ketika mengetahui bahwa pertunjukan murid-muridnya yang dijadwalkan pada bulan Mei di sebuah museum lokal telah dibatalkan. "Kami menarik tawaran itu karena alasan politik" demikian pesan pembatalan pertunjukan tersebut.

"Itu sangat menyakitkan," kata Karitzky.

Museum, yang telah bekerja sama dengan sekolah Karitzky selama bertahun-tahun, telah mengubah pendiriannya dan mengajukan permintaan maaf. Ini adalah contoh yang sangat baik tentang apa yang salah antara orang Jerman, Rusia, dan orang-orang dari persemakmuran negara-negara merdeka (CIS).

"Orang-orang harus membedakan antara perang agresi di satu sisi dan keluarga yang hidup damai di Jerman, yang tidak ada hubungannya sama sekali," kata Karitzky. "Perang ini dilakukan atas nama rakyat, tetapi kami mengatakan dengan sangat jelas: Ini adalah perang Putin. Apa yang terjadi saat ini bukanlah Rusia." (rap/vlz)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Oliver Pieper
Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.