1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Komisi Pemilu Rusia Tolak Pencalonan Tokoh Oposisi Navalny

26 Desember 2017

Komisi Pemilihan Umum Rusia secara resmi melarang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut pemilu presiden 2018. Navalny bereaksi dan menyerukan pemboikotan pemilu.

https://p.dw.com/p/2px2g
Russland Alexei Nawalny, Oppositionspolitiker
Foto: picture-alliance/Tass/Sergei Fadeichev

Komisi Pemilu Pusat Rusia hari Seinin (25/12) memutuskan dengan suara bulat, bahwa aktivis anti-korupsi Alexei Navalny tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri.

Alexei Navalny (41 tahun) secara implisit dilarang menjalankan jabatan pemerintahan karena dituduh terlibat kasus manipulasi, yang oleh banyak pengamat dipandang sebagai kasus politis. Dia bisa saja ikut jika mendapat dispensasi khusus atau gugatan terhadapnya dibatalkan.

Presiden Rusia Vladimir Putin yang siap maju lagi dalam pemilu presiden tahun depan diperkirakan akan memenangkan pemilu yang direncanakan akan digelar 18 Maret 2018. Elektabilitas Putin saat ini mencapai 80 persen.

Tokoh oposisi Alexei Navalny menghadap Komisi Pemilu Rusia, 25/12/17
Tokoh oposisi Alexei Navalny menghadap Komisi Pemilu Rusia, 25/12/17Foto: picture-alliance/dpa/Sputnik/V. Melnikov

Sepanjang tahun, Navalny telah melakukan kampanye ke akar rumput sampai ke daerah-daerah terpencil. Dia dianggap sebagai penantang Putin yang paling serius selama bertahun-tahun kekuasaannya.

Proses pengadilan dengan alasan politis

Dalam pesan video yang dirilis beberapa menit setelah Komisi Pemilihan menjatuhkan keputusan tersebut, Navalny meminta pendukungnya untuk memboikot pemilu presiden.

"Prosedur yang akan dilakukan nanti bukanlah pemilihan umum," katanya. "Hanya Putin dan kandidat yang ditetapkannya yang ambil bagian di dalamnya."

"Ikut pemungutan suara pada masa-masa ini adalah memilih kebohongan dan korupsi."

Navalny mengatakan kepada Komisi Pemilu bahwa keputusan mereka untuk melarangnya akan menjadi langkah "bukan melawan saya, tapi melawan 16.000 orang yang telah mencalonkan saya, melawan 200.000 sukarelawan yang telah mendukung saya."

Putin memang diyakini bisa memenangkan pemilu dengan mudah. Namun Kremlin tetap khawatir dan ingin agar penampilan dan kemenangan Putin kali ini benar-benar kuat. Seruan boikot Alexei Navalny bisa melukai harapan Kremlin untuk meningkatkan jumlah pemilih.

Pendatang baru di ajang pemilu presiden: Xenia Sobchak
Pendatang baru di ajang pemilu presiden: Xenia SobchakFoto: picture-alliance/dpa/Sputnik/A. Filippov

Oposisi terpecah-pecah

Calon lain yang juga sedang naik daun adalah Xenia Sobchak,seorang  pembawa acara TV berusia 36 tahun. Dia menyatakan akan menolak berkolusi dengan Kremlin, tapi tidak mau bekerjasama dengan Alexei Navalny.

Xenia Sobchak mengritik seruan boikot Navalny dan mengatakan bahwa "pemilu adalah satu-satunya cara untuk mengubah sesuatu". Dia menambahkan, boikot tidak efisien dan malah berbahaya. Sobchak mengusulkan agar Navalny bergabung dengan tim kampanyenya jika dia ingin terdaftar untuk ikut pemilu.

Calon-calon lain yang akan maju dalam pemilu presiden menentang Putin adalah wajah-wajah lama:,Veteran pemilu masa lalu Grigory Yavlinsky dan politisi ultranasionalis Vladimir Zhirinovski. Partai Komunis mencalonkan wajah baru, Pavel Grudinin, direktur peternakan stroberi besar di luar Moskow sebagai kandidat penantang Putin.

hp/as (ap, rtr, afp)