1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Klinik di Tanggerang Hapus Tato Gratis buat Kaum Muslim

16 Agustus 2017

Sebuah gerakan bernama "Berani Hijrah" menawarkan layanan hapus tato gratis buat kaum muslim yang ingin bertobat. Syaratnya setiap pasien diwajibkan membaca Al-Quran selama proses terapi.

https://p.dw.com/p/2iIjo
Indonesien Tätowierungsentfernung
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim

Setiap goretan tinta yang menghilang dari lengannya, Taufiq Hidayat merasa lebih dekat dengan Tuhan. Pria berusia 30 tahun itu memiliki tato di sekujur lengan, punggung dan kakinya. Sebuah relik masa lalu, "ketika saya masih anggota geng dan jadi preman di pasar." Dia mengaku ingin hijrah ke jalan yang benar. Dan langkah pertama adalah menghilangkan tato di tubuhnya.

Maka Taufiq mengikuti layanan gratis penghapusan tato dengan laser di sebuah klinik di Tanggerang. Layanan tersebut bukan tanpa syarat. Setiap pasien harus bersedia membaca dan menghapal surah Ar-Rahman tentang anugerah Tuhan bagi manusia di Bumi.

"Sekarang saya punya isteri dan anak," kisahnya. "Kadang-kadang anak perempuan saya membeli snack yang berisikan stiker tato. Ketika dia ingin pakai saya katakan 'jangan. Tidak bagus buatmu.' Lalu dia menjawab ayah punya banyak tato. Aku ingin seperti ayah. Pada saat itu saya merasa sedih," ujar Hidayat berkaca-kaca.

Dia termasuk 1.000 pasien yang secara sukarela mendaftar untuk mengikuti layanan hapus tato gratis. Penggagasnya, Ahmad Zaki, memulai program "Berani Hijrah" beberapa tahun silam dengan mengajak anak-anak punk di Jawa.

Gagasan membuka klinik di Tanggerang berawal dari sebuah diskusi dengan Rizki Sari, teman dekatnya. Bersama aktivis lain mereka mengumpulkan sumbangan hingga 100 juta rupiah buat membeli dua laser. Kabar tentang layanan tersebut menyebar cepat, terutama melalui Instagram.

"Orang bertato mungkin berpikir itu adalah seni, budaya atau identitas diri, tapi masyarakat berpikiran lain," kata Zaki. "Biasanya kan gambar setan, atau gambar seksual dan itu tidak baik."

Anggapan miring tersebut ikut dirasakan Sri Novianti, remaja 19 tahun yang memiliki tato gambar tokoh kartun di lengannya. Ketika Sri mulai mengenakan jilbab dan tato di lengannya itu lenyap, "laki-laki tidak lagi melihat saya dengan pandangan menjijikkan. Tiba-tiba saya merasa dihormati. Saya ingin terus memakai hijab karena saya merasa menjadi perempuan yang terhormat."

rzn/yf (Associated Press)