1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

201011 Klaus der Geiger

31 Oktober 2011

Klaus der Geiger atau Klaus si pemain biola, lebih 40 tahun lamanya ia menyuarakan kritik melalui lagu-lagunya. Penyanyi Köln berambut riap dan kerap ini baru-baru menerima anugerah pencapaian seumur hidup.

https://p.dw.com/p/132Aj
Klaus der GeigerFoto: tff-rudolstadt

Aksi demo merupakan salah satu panggungnya yang terpenting. Di mana saja di Jerman, bila ada demo anti nuklir, anti rasisme atau anti pemangkasan layanan sosial, Klaus der Geiger akan ada di baris pertama memainkan biolanya. Lagu-lagu Klaus der Geiger bertema sosial-politik, dengan kritis menyentil tangan kaum berkuasa, berpihak pada kelompok yang tersisihkan dari masyarakat.

Bila sedang tidak ada demo, ia menyanyikan lagu-lagu protesnya di tengah zona kaki lima, dengan lantang dan jujur mengenai apa yang mengganggunya. "Menyanyi begini pengaruhnya jauh lebih besar daripada di dalam demo, karena kamu menyampaikan langsung dan berada di tempat, siap untuk berdiskusi secara setara: antara pendengar dan penyampai pesan."

Didepak karena Kritis

Bernyanyi di jalan merupakan kenikmatan bagi Klaus. Alat geseknya menari cepat diatas snar biola, menghasilkan nada-nada kasar, parau, halus atau gembira. Orang menjulukinya Paganini Jalanan, mengacu pada pemain biola Italia kawakan dari abad ke 19, Niccolo Paganini. Sementara dengan suara keras, Klaus bernyanyi, berkomentar, berpolemik, berteriak marah dan tertawa-tawa. Ia menggugah pejalan kaki untuk mendengarkannya.

Pemain musik jalanan ini mulai belajar memainkan biola ketika masih berusia delapan tahun, ketika itu ia masih menggunakan nama aslinya, Klaus von Wrochem. Klaus lahir tahun 1940 sebagai putra dari sebuah keluarga kelas menengah atas di kawasan Erzgebirge. Usai sekolah ia masuk sekolah tinggi musik Köln, mempelajari musik klasik dan avantgarde. Namun sebuah pamflet kritis yang dibuatnya menyebabkan ia didepak dari universitas.

Klaus kemudian berangkat ke Amerika serikat dan mendarat di tengah gerakan Hippie tahun 60-an. Sekembalinya ke Jerman ia membentuk sebuah komunitas di Köln, berhenti bermain musik klasik dan mulai tampil sebagai Klaus der Geiger. Secara konsekwen ia menolak semua tawaran untuk terlibat dalam dunia bisnis konser.

Flash-Galerie TFF Rudolstadt Festival
Klaus der Geiger dalam sebuah konser di TFF Rudolstadt Festival, festival musik dunia di kota RudolfstadtFoto: Suzanne Cords

Menjadi Pemusik Jalanan Tidaklah Mudah

Ia menikmati kebebasannya, namun bagi pemusik jalanan mencari uang tidaklah mudah. "Kamu tentu saja harus menawarkan sesuatu, itu jelas. Kalau tidak kamu akan ditinggal persis seperti seorang pengemis. Dan bagi harga diri kita, ini merupakan horor besar, karena bagi seorang pemusik jalanan menjaga harga diri itu sangat penting. Pasalnya, penghasilannya sedikit sekali, sering diperlakukan sebagai warga kelas dua dan selain itu bila memiliki kesadaran budaya tertentu, bisa menjadi begitu tertekan sehingga sulit untuk tetap tampil sebagai musisi jalanan."

Klaus der Geiger telah bertahan sebagai musisi jalanan lebih dari 40 tahun. Di Jerman hampir tidak ada kawasan kaki lima yang belum menjadi panggung sang pemain biola ini.

Kegiatan politiknya telah menyebabkan Klaus der Geiger menghadapi proses hukum yang tak terhitung lagi. Bahkan ia beberapa kali mendekam dipenjara. Ketika menyanyi di jalan, dan petugas Kamtib menghadapkannya dengan peraturan baru atau menyuruhnya pindah, amarahnya pasti meledak.

Penghargaan

Namun ternyata di kota, di mana ia kerap berurusan dengan petugas hukum itu, yakni Rudolstadt, Klaus der Geiger mendapatkan penghargaan secara resmi. Di Festival Musik Dunia di Rudolstadt ia menerima RUTH-Preis, anugerah untuk pencapaiannya seumur hidup.

Klaus der Geiger kini berusia 71 tahun. Pada umur di saat kebanyakan orang sudah pensiun, ia tetap berjuang dengan musiknya untuk keadilan dan tidak mau berhenti. Penghasilannya tidak hanya dari bernyanyi di jalanan, ia kini tamu yang sangat digemari di berbagai konser. Selain itu ia memimpim Orchestra Kultur Salon Köln, di mana ia bereksperimen dengan musik avantgarde. Klaus der Geiger tidak menjadi kaya, tapi ia bahagia.

Suzanne Cords/Edith Koesoemawiria Editor: Hendra Pasuhuk