1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kisah Horor Mereka yang Selamat dari Perahu Tenggelam

20 Desember 2011

Dari ranjang rumah sakit, para imigran yang selamat menceritakan kengerian mereka yang menggantungkan nyawa pada puing kapal selama tiga hari di laut lepas. Inilah kisah imigran gelap yang selamat dari kecelakaan.

https://p.dw.com/p/13W4F
Mereka selamat setelah tiga hari terapung di laut lepasFoto: picture-alliance/dpa

Seorang pelajar berusia tujuh belas tahun, Samin Gul Afghani tak bisa menahan tangis ketika menggambarkan bagaimana dia melihat paman dan dua adiknya tenggelam digulung gelombang. Afghani adalah satu dari 13 orang yang selamat dan ditemukan pada hari Minggu (18/12) dan melihat puluhan kawan-kawannya sesama imigran tenggelam saat menunggu dengan sia-sia datangnya bantuan.

“Banyak orang tidak bisa berenang dan mereka hanya duduk di puing kayu. Saat gelombang menghantam, mereka pindah ke sisi lainnya“ kata Afghani. "Satu demi satu, mereka tersapu gelombang dan tenggelam. Banyak diantara mereka adalah orang tua dan anak-anak“. Afghani mengatakan, paman dan dua adiknya yang tenggelam juga tidak bisa berenang. “Mereka mati di depan mata, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka" isak Afghani.

“Kami tidak makan, tidak minum. Kami sangat kehausan. Kami pikir kami akan mati” cerita Afghani. “Satu orang Iran mencoba berenang ke lautan lepas untuk meminta pertolongan. Tapi dia tidak pernah kembali”. Afghani mengatakan bahwa pada hari Minggu dia sempat melihat dua kapal penyelamat. Namun ombak besar membuat regu penyelamat tak bisa mendekat.

Sebagian besar berasal dari Afghanistan & Iran

Afghani adalah salah seorang imigran yang selamat dan dirawat di sebuah Rumah Sakit di kota Lumajang, Jawa Timur. Mereka mengatakan sebagian dari 250 orang yang ada di atas perahu itu berasal dari Afghanistan dan Iran.

“Orang-orang yang menyelundupkan kami pertama-tama membawa saya ke Indonesia. Dari sini, saya naik kapal sekitar pukul 03.00 dini hari pada hari Sabtu" kata Syed Gashem, warga Afghanistan yang juga selamat. “Saya berada di dalam salah satu dari empat bus yang berisi orang-orang seperti saya yang ingin mencoba masuk ke Australia” kata dia. “Selama enam jam perjalanan laut, kami mengalami badai yang sangat, sangat hebat, Hal terakhir yang saya ingat adalah perahu itu terbalik.“

Ghasem mengatakan bahwa sekitar 50 orang yang selamat, karena berhasil naik ke atas puing kapal yang terbuat dari kayu, namun banyak diantara mereka yang akhirnya hilang ketika puing itu pecah. “Tiga belas diantara kami berhasil bertahan, dan kami terapung-apung selama tiga hari dan dua malam, sebelum akhirnya diselamatkan oleh sebuah feri,” kata Gashem.

Sejauh ini, 47 orang telah diselamatkan dari perahu yang kelebihan penumpang dan karam itu. Perahu dengan kapasitas seratus orang itu, diduga membawa lebih dari dua ratus penumpang yang merupakan imigran gelap asal Asia Selatan dan Timur Tengah yang hendak menuju Australia. Sebagian besar korban diselamatkan oleh para nelayan, di perairan yang dikenal penuh dengan ikan hiu tersebut.

Menuju Australia

Korban yang selamat mengatakan bahwa tujuan utama mereka adalah pulau Natal Australia yang menjadi tempat penampungan para imigran. Mereka biasanya melewati jalur perairan Indonesia, karena lebih dekat.

Pemerintah Australia telah mengirimkan bantuan berupa tim penyelamat, termasuk kapal dan pesawat pengintai untuk membantu pemerintah Indonesia mencari para korban.

Kepolisian Indonesia kini menyelidiki komplotan yang terlibat penyelundupan imigran gelap ini. Mereka menduga bahwa sindikat ini melibatkan orang Indonesia dan sejumlah warga negara asing. Surat kabar Australia melaporkan bahwa tersangka utama yang diduga terlibat dalam kasus penyelundupan ini terkait dengan gembong Sayed Abbas yang pernah dipenjara.

Andy Budiman

Editor: Agus Setiawan