1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan di Tunisia Terus Berlanjut

11 Januari 2011

Ketegangan sosial di Tunisia yang relatif stabil meningkat dalam beberapa pekan. Aksi membakar diri seorang pria menjadi pemicu demonstrasi, yang ditekan dengan kekerasan oleh aparat keamanan.

https://p.dw.com/p/zwDQ
Pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah para demonstranFoto: picture-alliance/dpa

Pemerintah Tunisia memerintahkan penutupan sementara semua sekolah dan perguruan tinggi di seluruh negeri, terkait gerakan protes berkepanjangan, mempertanyakan tingginya jumlah pengangguran muda. Kementerian Pendidikan Tunisia menjelaskan, akibat bentrokan yang terjadi di sejumlah fasilitas pendirikan, mulai Selasa (11/01), seluruh sekolah dan perguruan tinggi menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajarnya. Tidak disebutkan hingga kapan penutupan sementara itu berakhir.

Sementara itu bentrokan dan kerusuhan yang dimulai akhir pekan lalu, berlanjut hingga Senin (10/01) di wilayah tengah dan barat Tunisia. Pemerintah menyebut terdapat 14 orang meninggal dunia. Sementara jumlah korban tewas menurut oposisi sedikitnya 20 orang. Organisasi pembela HAM bahkan menyebut terdapat sedikitnya 35 orang tewas dalam kerusuhan berdarah di negara itu.

Dilaporkan,, aparat keamanan menembaki demonstran dengan peluru karet dan gas air mata. Di Kasserine, sekitar 300 km selatan dari ibukota Tunis, saksi mata melaporkan, aparat keamanan juga menembaki para demonstran dengan peluru tajam, yang diduga mengakibatkan korban tewas berikutnya.

Militer juga dikerahkan untuk pertama kalinya akhir pekan lalu untuk membubarkan demonstran. Kementerian dalam negeri Tunisia menyebut bahwa digunakannya senjata dalam membubarkan demonstrasi sebagai 'untuk membela diri'. Dikabarkan, demonstran melempari polisi dengan batu dan barang mudah terbakar.

Bagi politisi oposisi Ahmed Chebbi, kekerasan yang dilakukan pihak keamanan itu merupakan skandal, "Kekerasan brutal aparat keamanan tidak bisa dibenarkan. Demonstrasi digelar damai, para demonstran tidak bersenjata dan hanya menuntut lapangan pekerjaan, kebebasan dan harga diri. Lalu apa yang dilakukan pemerintah? Mereka menembaki para pemuda. Saya menyerukan pada presiden untuk menarik mundur anjing penjaga mereka, memerintahkan agar menghentikan penggunaan senjata, agar Tunisia tidak tenggelam ke dalam jurang ketidakstabilan dan kekerasan."

Presiden Ben Ali dalam pidato yang disiarkan televisi menyatakan bahwa dalam dua tahun ke depan akan disediakan 300 ribu lapangan kerja. Denga begitu, semua lulusan perguruan tinggi yang menganggur lebih dari dua tahun, bisa mendapatkan pekerjaan, begitu diungkapkan presiden.

Menyangkut kerusuhan berdarah yang terjadi, Presiden Ben Ali menyebutnya sebagai "aksi teroris" dan "kelompok bertopeng". Ben Ali juga menyebut keterlibatan "elemen bersifat memusuhi dengan kepentingan asing", yang "memanipulasi generasi muda dengan informasi keliru". Kekuatan inilah yang memanfaatkan generasi muda hingga terjadi "kejadian yang disesalkan". Kejadian yang dimaksud adalah aksi membakar diri seorang penganggur lulusan perguruan tinggi, yang akhirnya bekerja sebagai pedagang sayuran. Peristiwa itu terjadi pertengahan Desember 2010 dan memicu gelombang protes di Tunisia.

Alexander Gögel/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk