1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan di Temanggung Mereda

8 Februari 2011

Situasi di Kota Temanggung Jawa Tengah, hingga Selasa petang (09/02) dilaporkan mereda setelah sempat mencekam akibat kerusuhan massa sepanjang siang.

https://p.dw.com/p/10Cmk
Simbol Islam-KristenFoto: AP Graphic / DW-Fotomontage

Kerusuhan di Temanggung dipicu oleh ketidakpuasan massa atas tuntutan lima tahun penjara kepada terdakwa penistaan agama Antonius Richmond Bawengan di Pengadilan Negeri Temanggung. Massa kemudian menyerbu pengadilan, melempari polisi dengan batu serta merusak kendaraan polisi anti huru hara yang tengah berjaga.

Polisi berhasil membubarkan massa dengan gas air mata dan tembakan peringatan ke udara. Namun massa beratribut kelompok agama ini secara beringas kemudian melampiaskan kemarahan dengan merusak sejumlah gereja dan bangunan sekolah di sekitar pengadilan. Juru bicara Polda Jawa Tengah dari Temanggung Djihartono: "Tidak puas dengan vonis pengadilan, mereka menginginkan hukuman mati atau yang lebih berat lah, dari vonis hakim tadi. Yang dirusak tadi sarana ibadah, ada dua gereja yang dibakar satu dirusak. Kemudian mobil polisi ada dua truk yang dibakar."

Setelah membakar dua gereja milik yayasan Katolik Kanisius Di Jalan Sudirman dan Jalan Suparman Temanggung, massa juga berupaya membakar gereja milik jemaat Pantekosta namun gagal. Seorang jamaat gereja tersebut menuturkan: "Tidak berhasil untuk dibakar karena gerejanya kan hanya dinding dinding dan pintunya kan sudah diperkuat. Jadi mereka turun ke dalam ke arah pastori (kediaman) tepat di belakang gereja kan ada garasi mobil itu yang dibakar tiga mobil milik gereja dan pastorinya yang dibakar."

Kerusuhan di Temanggung ini terjadi hanya berselang dua hari setelah kekerasan terhadap anggota jamaah Ahmadiyah di Pandeglang oleh sekitar seribu orang. Sosiolog UGM Arie Sujito menduga rangkaian kerusuhan belakangan ini seperti disengaja:

"Masyarakat itu tidak punya kultur yang cepat untuk marah, karena pengalaman selama ini mereka juga gak ada soal. Pola - pola yang hampir sama berentetan itu sebetulnya menjadi indikasi. Mengapa hal yang sudah terprediksi itu tidak segera membuat polisi atau tentara untuk mengerem itu. Sebetulnya negara kita punya aparat yang cukup banyak yang pasti mampu untuk membendung itu. Karena saya ini bukan lahir dari sebuah ekspresi yang akarnya dari mentalitas masyarakat tetapi karena problem yang rentan secara structural dan negara tidak hadir untuk mendisiplinkan perilaku elit politik atau elit ekonomi yang memanfatakan situasi."

Juru bicara Polda Jawa Tengah dari Djihartono mengakui kemungkinan itu, mengingat laporan bahwa kelompok massa ini tak cuma berasal dari Temanggung, melainkan digerakan dari sejumlah kota lain di Jawa Tengah. Namun ia menyatakan: "Kami sedang mengidentifikasi, kemungkinan- kemungkinan itu tidak tertutup mengenai siapa dibalik kasus ini. Kasus ini kan sangat sangat sensitif jadi kami melibatkan aparat disamping TNI dan komponen - komponen masyarakat yang ada di Temanggung.”

Zaki Amrullah

Editor : Ayu Purwaningsih