1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

151209 Umsturz Rumänien

22 Desember 2009

Rezim komunis Ceausescu di Rumania sangatlah brutal dan tidak ada pihak oposisi. Runtuhnya rezim diktator ini juga berjalan penuh darah dan kekerasan.

https://p.dw.com/p/LAds
Warga Rumania merayakan tergulingnya presiden pro-komunis Ceausescu.Foto: picture alliance / dpa

Tanggal 21 Desember 1989 di Bukarest. Nicolae Ceausescu berpidato untuk terakhir kalinya. Rakyat Rumania menyuitinya dan Ceausescu mencoba menenangkan massa tetapi tidak berhasil. Rezim Ceausescu hancur di hari berikutnya. Dan ini juga merupakan awal dari berbagai peristiwa yang sampai sekarang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya.

Setelah 22 Desember 1989, diktatur sudah runtuh tetapi selama berhari-hari masih ada pertikaian antara tentara dan para pejuang elit dari dinas rahasia Securitate yang setia kepada Ceausescu. Mereka sering disebut sebagai teroris. Keadaannya kacau. Tentara menembak rakyat sipil dan saling membunuh. Sekitar seribu orang tewas dalam peristiwa ini. Banyak warga Rumania menganggap aksi kerusuhan ini adalah rekayasa untuk mengesahkan kekuasaan presiden selanjutnya, Ion Iliescu. Sampai sekarang kejadian ini masih menggerakkan hati masyarakat Rumania, karena kebanyakan orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan tidak diidentifikasi atau tidak dihukum. Ini dibantah Iliescu, menurutnya ini hanyalah sebuah omong kosong dan ketidaknormalan sengketa politik.

Ion Iliescu awalnya adalah anak kesayangan Ceausescu. Lalu ia tidak disukai lagi dan setelah 1989 ia tiga kali terpilih menjadi presiden di era baru Rumania. Selain mengatakan, bahwa dirinya adalah korban dari kekacauan berkarakter teroris itu, Iliescu juga membela proses pengadilan Nicolae dan Elena Ceausescu yang dijalankan secara rahasia di sebuah tribunal militer. Tanggal 25 Desember 1989, setelah sidang selama dua jam, pasangan diktatur ini dijatuhi hukuman mati dan langsung dieksekusi. Tindakan ini merupakan lelucon yuridis. Namun menurut Iliescu, pemerintahannya bertindak sesuai dengan undang-undang yang dibuat Ceausescu.

Sebagian masyarakat Rumania memuja Iliescu, sebagian lain membencinya dan melihat Iliescu sebagai orang yang mengkudeta pemerintahan Ceausescu. Tetapi setelah itu, di masa pasca komunis, tetap saja menerapkan aturan yang sama dan memakai dinas rahasia Securitate. Radu Filipescu, yang mendekam di penjara selama tiga tahun karena menyebarkan selebaran anti diktator Ceausescu, tidak marah kalau mengingat masa lalu.

"Terlalu tinggi harapannya, kalau kita langsung menginginkan demokrasi yang seimbang. Tidak ada mitra politik dan partai yang kuat untuk ini. Semua partai diawasi dan diinfiltrasi. Karena itu komunisme terus berlanjut. Tetapi setelah 20 tahun, terlepas dari segala rintangan, Rumania telah meraih sasaran-sasaran terpentingnya. Yaitu menjadi anggota NATO dan Uni Eropa. Keadaan ekonomi kita tidak terlalu bagus tetapi kita bisa puas dengan apa yang kita miliki di Rumania.”

Tetapi korban persitiwa akhir Desember 1989 tidak bisa puas. Salah satunya Anghel Cioran, seorang ahli fisika berusia 82 tahun. Anak satu-satunya tewas ditembak prajurit militer di hari Natal 1989. Anghel Cioran dan istrinya tidak akan pernah tahu keadaan sebenarnya saat itu. Kejadian ini hanya dimasukkan ke dalam arsip dan prajuritnya tidak pernah dihukum. Pasangan Cioran masih sedih sampai sekarang. Namun mereka tidak ingin balas dendam. Yang mereka inginkan hanyalah pengakuan Ion Iliescu, bahwa dirinya telah berbuat kesalahan.

Keno Verseck / Anggatira Rinaldi
Editor: Asril Ridwan