1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kembalinya Quinoa, Gandum Inka yang Menghilang

23 Juni 2010

Sebuah radio komunal di Ekuador membantu petani bercocok tanam produk ekologis dari gandum jenis Quinoa dan memasarkannya secara internasional.

https://p.dw.com/p/O7d7
Quinoa siap dijualFoto: Patricio Luna

Provinsi Chimborazo, merupakan kawasan miskin di Ekuador, negara di kawasan Amerika Tengah. Sebagian besar warga hidup di bawah garis kemiskinan dan berusaha keras mengolah lahan di bawah bayangan gunung berapi Chimborazo untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Atas prakarsa dari sebuah pemancar radio komunal yang bernama ERPE dilancarkan program untuk melepaskan warga dari kemiskinan dan kekurangan pangan. Untuk itu radio tersebut, didukung sebuah yayasan yang dibentuknya, melancarkan program bagi para petani untuk menanam dan menjadikan kembali jenis gandum "Quinoa", sebagai bahan pangan.

Di tahun belakangan semakin banyak warga di kawasan provinsi Chimborazo yang kembali menanam gandum jenis tersebut dengan mencapai hasil yang menggembirakan.Tidak hanya kondisi kesehatan warga yang semakin membaik, karena mengkonsumsi jenis makanan yang sehat, melainkan juga meningkatnya pendapatan masyarakat.

Beitrag Quinoa
Produk QuinoaFoto: Patricio Luna

ERPE, Radio Komunal Peduli Petani Gandum

Quinoa, gandum yang berasal dari Amerika Selatan ini telah menjadi bahan pangan pokok sejak 6 ribu tahun lalu. Jenis gandum ini dikembangkan oleh penguasa Inka pada abad ke 15 ketika melakukan ekspansi kesebagian besar wilayah Amerika Selatan. Bagi warga pada jaman kerajaan Inka, gandum "Quinoa", merupakan sesuatu yang sangat berharga. Dan menyebutnya sebagai memiliki kekuatan magis. Gandum ini juga dikenal dengan sebutan beras Inka atau beras Peru. Tapi ketika penguasa Spanyol menancapkan kekuasaannya di kawasan ini pada abad ke-6, penanaman gandum "Quinoa" dilarang.

40 tahun lalu radio komunal ERPE didirikan kelompok teologi pembebasan dari gereja Katolik di Ekuador. Dalam dasawarsa belakangan radio ini dilengkapi dengan sebuah yayasan dengan tujuan komersil. Dan sejak beberapa tahun lalu, yayasan yang berkedudukan di kota Riobamba ini menyiapkan dan memasarkan produk ekologis gandum Quinoa secara internasional.

Kepada para petani diberikan jaminan harga yang pantas. Ini berarti banyak keluarga petani yang dapat melipatgandakan pendapatannya. Pimpinan Yayasan Radio ERPE Juan Perez mengungkapkan, "Kami menangani keluarga petani, yang pendapatannya sering di bawah 500 Dollar AS setahun. Bila kami melihat sejarah produksi dari para petani kecil, maka selama ini sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan apa-apa dan hanya menanggung kerugian."

Transfer Ilmu Lewat Radio

Lewat siaran gelombang menengah, radio komunal ERPE menyampaikan cara penanamannya kepada para keluarga petani. Sekitar 2500 keluarga petani mengikuti program menanam Quinoa.

Beitrag Quinoa
Petani QuinoaFoto: Patricio Luna

Kawasan pegunungan merupakan lahan yang ideal untuk menanam gandum jenis " Quinoa". Sayangnya tidak terdapat lagi pengetahuan yang lengkap mengenai tanamannya. Dan sekarang warga di kawasan ini kembali didorong untuk memproduksi bahan pangan yang berasal dari jaman kerajaan Indian, Inka. Wakil Badan program pangan PBB di Ibukota Ekuador, Quito, Helmut Rauch mengatakan, "Di Ekuador, bahan pangan tradisional sudah hilang sema sekali. Menjelang serbuan orang-orang Spanyol, di kawasan Amerika Latin, warga hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Apa yang diperlukan untuk keperluan hidup diproduksi sendiri. Alam memberikannya kepada mereka."

Quinoa Terlupakan karena Penaklukan Spanyol

Sementara itu Juan Perez dari Yasasan Radio komunal ERPE menilai dilupakannya

gandum Quinoa, terutama akibat kultur sejarah penaklukkan Spanyol di kawasan Amerika Selatan: "Ketika orang-orang Spanyol datang, mereka melihat penduduk pribumi memakan gandum Guinoa dan Amarath. Kemudian orang-orang Spanyol mengganti tradisi ini, dengan menanam jenis gandum dari Eropa. Kemudian masyarakat berdarah campuran menolak mengkonsumsi gandum Quinoa, dan melecehkannya sebagai makanan orang Indios. Masyarakat kulit putih dan yang berdarah campuran tidak memakan gandum tersebut."

Beitrag Quinoa
Gubuk di Chimborazo, dimana pruduk quinoa semakin dikembangkanFoto: Patricio Luna

Sejak sepuluh tahun lalu Radio komunal ERPE mulai menggalakkan penanaman gandum Quinoa di provinsi Chimborazo. Penyuluhan bagi para petani secara teratur disampaikan lewat siaran radio. Disamping itu juga menyiapkan tenaga bagian teknis dan konsultan agar dapat diperolah hasil panen yang lebih baik. Dengan penyuluhan dan bantuan tehnis yang diberikan, sekarang tercatat sekitar 2500 keluarga di propinsi Chimborazo yang memproduksi sekitar 300 ton gandum Quinoa setahun, dengan memiliki label bio.

Produk tersebut diekspor ke Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. Lorena Ciachy dari Radio komunal ERPE yang menangani ekspor ini mengatakan, "Kami memilki beberapa produk. Antara lain kopi dengan Quinoa, biskuit Quinoa, biji-bijian Quinoa dan spageti Quinoa. Malah spageti Quinoa, kami ekspor ke Jerman."

Ekspor Quinoa Menguntungkan

Yayasan yang didirikan radio komunal ERPE sepenuhnya menangani ekspor. Dengan meningkatnya ekspor, maka petani juga mendapatkan tambahan penghasilan yang memadai. Sekarang untuk sekitar 50 kg Quinoa petani kecil akan mendapatkan uang sebesar 100 Dollar atau sekitar 900 ribu Rupiah. Padahal tahun 2009 lalu harganya masih 60 Dollar. Dan 5 tahun lalu, harganya hanya 25 Dollar untuk setiap 50 kg Quinoa.

Tidak kurang dari 20 ribu warga di provinsi Chimborazo memetik keuntungan dari penemuan kembali jenis gandum yang berasal dari jaman kerajaan Indian Inka ini. Tidak hanya para petani yang memetik keutungan, tapi juga merupakan keberhasilan dalam menemukan kembali identitas budaya sendiri yang membanggakan.

Sekarang petani kecil di Ekuador dengan empat anggota keluarga dapat meningkatkan penghasilannya dari 500 sampai 1200 Dollar AS setahun. Peningkatan pendapatan yang sangat besar. Sementara bagi warga di propinsi Chimborazo juga mengandung makna lain, ini merupakan langkah pertama untuk dapat keluar dari kemiskinan yang melilit kehidupan mereka sejak beberapa generasi.

Patricio Luna / Asril Ridwan

Editor : Ayu Purwaningsih