1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keluarga Gaddafi Lari ke Aljazair

30 Agustus 2011

Aljazair membenarkan kabar bahwa anggota keluarga Gaddafi, termasuk isteri dan ketiga anaknya, tiba di wilayahnya, Senin (29/08). Hal itu membuat marah kelompok perlawanan di Libya. Pertempuran kini berkecamuk di Sirte.

https://p.dw.com/p/12Pli
Safia GaddafiFoto: dpa

Dewan Transisi Nasional bentukan kelompok pemberontak menuntut ekstradisi anggota keluarga Gaddafi yang melarikan diri ke Aljazair.  Kelompok perlawanan Libya menilai, tindakan Aljazair membuka pintu bagi keluaga Gaddafi sebagai “aksi agresi”.

Juru bicara Dewan Transisi Nasional Mahmoud Shammam memperingatkan siapa saja yang bersedia menampung Gaddafi dan putranya dan bahwa mereka akan tetap memburu Gaddafi dan keluarganya. Lebih lanjut Shammam mengatakan bahwa pemberontak berjanji akan menyidangkan Gaddafi dan putranya dengan adil dan hubungan diplomatik antara Aljazair dan Dewan Transisi Nasional tidak akan terpengaruh.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Dewan Transisi Nasional Mustafa Abdel Jalil mengimbau pemerintah Aljazair untuk bekerjasama dan menyerahkan Muammar Gaddafi dan putranya yang buron. Kepada stasiun televisi Al Jazeera Jalil mengatakan bahwa Dewan Transisi Nasional terus akan mengejar Gaddafi dan putranya.

Sementara itu di New York, duta besar Aljazair di PBB Mourad Benmehidi mengatakan bahwa pemerintahnya menerima anggota keluarga Gaddafi dengan alasan kemanusiaan. Dikatakannya, “Mereka diizinkan masuk ke wilayah Aljazair dengan alasan kemanusiaan. Mereka ada perempuan dan anak-anak serta dua putra yang setahu saya tidak memiliki jabatan politik dan mereka tidak tercantum dalam daftar apa pun di masyarakat internasional.”

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Aljazair membenarkan kabar bahwa isteri Gaddafi, Safia, putrinya Aisha dan kedua putra Gaddafi, Hannibal dan Mohammed, masuk ke wilayah Aljazair, Senin pagi waktu setempat (29/08). Kementerian Luar Negeri Aljazair menambahkan bahwa Sekjen PBB Ban Ki-moon, Dewan Keamanan dan orang kedua Dewan Transisi Nasional, Mahmud Jibril,  sudah diberitahu mengenai hal tersebut.

Sementara itu NATO terus membombardir sejumlah sasaran di dekat Sirte dengan pesawat tempur. Kelompok perlawanan juga terus bergerak ke arah Sirte dari timur dan barat. Pasukan pemberontak sudah mendesak melewati Bin Jawad dan menguasai Nawfaliya, hari Senin (29/08). Ribuan anggota pemberontak sudah berada sekitar seratus kilometer dari Sirte dan bersiap menyerbu kota itu.

Pertempuran di Sirte diduga menjadi perang besar terakhir perebutan kekuasaan di pesisir Libya. Kota itu dianggap sebagai kubu pertahanan terakhir Gaddafi. Setelah Sirte, pemberontak menyatakan akan memusatkan perhatian ke kota Sabha, Libya Selatan. Pemberontak mengaku telah berusaha membujuk warga Sabha untuk menyerah, tapi pasukan pro Gaddafi dilaporkan mendesak penduduk untuk melawan.

Selain itu, kembali beredar kabar kematian Khamis, salah seorang putra Gaddafi. Kepada kantor berita AFP, seorang pemimpin Dewan Transisi Nasional Mohammed al Allagy mengatakan bahwa Khamis, komandan brigade 32 pasukan pro Gaddafi, tewas dalam bentrokan di dekat Tarhuna dan Ben Walid, 80 km dari Tripoli. Hingga kini belum ada konfirmasi tentang itu. Jika benar, maka itu akan menjadi pukulan berat bagi pasukan pro Gaddafi.

Luky Setyarini/afp/rtr/dpa

Editor Hendra Pasuhuk