1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

221110 Kaukasus Zentralasien Terrorismus

2 Desember 2010

Terorisme, dan perdagangan obat bius, menjadi sorotan utama dalam pertemuan tahunan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa, OSCE, di ibukota Kazakhstan, hari Rabu (01/12)

https://p.dw.com/p/QNa2
Doku Umarov, pemimpin Emirat KaukasusFoto: picture alliance / dpa

Mahkamah Agung Rusia sejauh ini menggolongkan 19 organisasi dalam kategori teroris. Organisasi yang dilarang itu menyandang nama seperti Perang Suci, Gerakan Taliban, Komunitas untuk Kelahiran Kembali Warisan Islam, Jihad Islam, Ikhwanul Muslimin, Emirat Kakukasus, Gerakan Islam Uzbekistan atau Partai Pembebasan Islam.

Banyak dari organisasi itu berakar kuat di kawasan Kaukasus. Para pejuangnya ada di pegunungan yang tak terjangkau di Chechnya, Ingushetia, Karbadino-Balkar dan Dagestan, republik-republik yang termasuk wilayah Rusia. Dari sana mereka menyebarkan teror berdarah atas nama kebebasan dan iman.

Kekerasan sering diarahkan pada polisi, tentara dan agen rahasia Rusia, yang tugasnya menumpas teroris tanpa ampun. Alexander Bastrykin, kepala badan penyidik tertinggi Rusia berterus terang dalam wawancara dengan stasiun radio Echo Moskvy, bulan Oktober. "Di Kaukasus Utara, juga di Dagestan, praktis sedang berlangsung perang. Pasukan kita di Kaukasus Utara kehilangan personil sampai enam orang, setiap harinya."

Kebanyakan akibat serangan bunuh diri dan ledakan bom, yang belakangan makin banyak menewaskan korban sipil.

Teroris yang paling diburu Rusia, Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus, menyatakan serangan-serangan itu adalah hukuman adil dari Tuhan. Setelah serangan terhadap kereta bawah tanah Moskow, bulan Maret, dimana 40 orang tewas. Ia mengatakan dalam sebuah pesan video, "Kalian orang Rusia menyaksikan perang hanya di layar televisi dan hidup tenang. Kalian tidak bereaksi atas kejahatan para bandit di bawah pimpinan Putin, di sini. Saya berjanji, perang akan hadir di jalan-jalan kalian. Kalian akan mengalaminya sendiri."

Apapun akan dilakukan demi terwujudnya tujuan menjadikan Kaukasus negara Islam yang merdeka, kata Umarov.

Retorikanya tak berbeda dengan yang disebarkan Mullah Abdullah di Asia Tengah, Tajikistan, Usbekistan, perbatasan ke Afganistan. Di sini, pertarungan memperebutkan kekuasaan dan pengaruh juga dipermanis sebagai perang jihad melawan Barat dan kaum kafir. Jurnalis Tajikistan Salohidin Ergashev menerangkan, "Kementrian Tajikistan berpendapat, para pejuang menggunakan retorika Islam dan oposisi hanya sebagai selubung. Pada kenyataannya, mereka ingin mendjaikan Tajikistan Timur sebagai kawasan perang saudara, daerah latihan untuk pasukan teror, di mana para penentang pemerintah dan tentara bayaran berhimpun."

Kepentingannya untuk mengontrol jalur penyelundupan obat bius dan senjata gelap. Para kelompok teror bekerjasama erat dalam bisnis menguntungkan ini. Tentara bayaran Afghanistan dan Pakistan bergabung dengan teroris Chechnya dan fundamentalis Uzbekistan.

Bisnis teror berjalan baik. Di samping itu, mengalir sumbangan dari seluruh dunia. Kelompok-kelompok teror juga tak menguatirkan masalah anggota baru. Kaum muda yang tak puas tersedia cukup banyak di negara-negara yang dimiskinkan.

Tak heran jika terorisme dan perdagangan obat bius menjadi sorotan utama dalam pertemuan tahunan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa, OSCE, di ibukota Kazakhstan, hari Rabu (01/12).

Christina Nagel/Renata Permadi

Editor: Vidi Legowo-Zipperer