1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelaparan dan Harga Pangan Tinggi di Kenya

6 Oktober 2011

Kelaparan di Tanduk Afrika belum sepenuhnya teratasi. Tetapi di daerah, di mana penyediaan produk pertanian seharusnya berjalan dengan baik, warga juga menderita. Misalnya di Kenya. Harga bahan pangan sangat tinggi.

https://p.dw.com/p/12n8K
A man weeds a rice paddy to prepare it for planting in Ahero, Kenya on Friday, Nov. 13, 2009. Farmers in Ahero got a good harvest last season, after the government revived a rice program that collapsed more than a decade ago. Heads of state and government from around the world gather in Rome on Monday at an FAO summit to explore new strategies. The summit's top goal is to rally the world behind a change in aid policy, and to secure a pledge to spend more money to develop agriculture in poor countries. Kenya's program could serve as a model for a radical change in aid policy _ getting people to feed themselves. (AP Photo/ Khalil Senosi)
Seorang petani di Ahero, KenyaFoto: AP

Florence Makungu tidak selalu mempunyai uang cukup. Tetapi kadang ia mendapat uang dari pekerjaannya sebagai pencuci. Sekarang, sejak lama ia kembali dapat memasak seporsi bubur jagung bagi anak-anaknya. Florence tinggal di salah satu permukiman warga miskin di ibukota Kenya, Nairobi. Sejak beberapa pekan lalu, hidup di daerah itu menjadi lebih berat daripada sebelumnya. Karena harga-harga bahan pangan menjulang tinggi.

Florence bercerita, "Tepung jagung jadi tidak terbayar, anak-anak sering tidak kenyang. Orang-orang lain di permukiman ini juga kesulitan. Di sini sebagian besar tidak punya pekerjaan tetap.“ Mereka yang tidak punya uang lebih dari satu Dollar perhari tidak mampu membeli makanan, yang paling murah sekalipun. Sejumlah aksi protes terhadap naiknya harga pangan tidak dapat mengubah itu semua.

Pemerintah Sebabkan Situasi Tambah Parah

Lebensmittelverteilung des Welternährungsprogramms in Kenia / Kenya food distribution World Food Programme; Copyright WFP/Marcus Prior
Tempat pembagian bahan pangan milik Program Pangan Dunia (WFP) di KenyaFoto: WFP/Marcus Prior

Bubuk jagung seharga 30 Shilling atau sekitar 3.000 Rupiah, demikian tuntutan demonstran. Sekarang, harganya lebih dari dua kali lipat. Pakar ekonomi paling terkenal Kenya, James Shikwati mengatakan, peningkatan harga antara lain disebabkan spekulasi di pasar dunia. "Permintaan akan bahan bakar bio menyebabkan infestor meningkatkan harga produk pertanian. Jadi tingginya harga padi-padian disebabkan di luar negeri. Itu tidak hanya terbatas di Kenya.“

Tetapi pemerintah negara di Afrika timur itu juga ikut menyebabkan situasi tambah parah. Awal tahun ini, di sejumlah daerah jumlah panen mencapai rekor. Tetapi sejumlah besar dari panen itu diekspor ke luar negeri, sehingga sekarang bahan pangan harus diimor dengan harga mahal dari luar negeri. Selain itu, hasil panen jagung busuk karena penyimpanan yang salah. Sekarang warga Kenia timur laut menderita kelaparan setelah kekeringan terjadi beberapa kali. Masyarakat internasional kini harus memberikan bantuan bahan pangan, seperti sudah sering terjadi.

Rencana Hanya untuk Jangka Pendek

Some 10 tonnes of relief food from the World Food Programme (WFP) is unloaded after landing in Mogadishu airport, Wednesday July 27, 2011. More than 11 million people are estimated to need help in East Africa's worst drought in 60 years, in Kenya, Ethiopia, Somalia, Eritrea and South Sudan. (Foto:Feisal Omar, Pool/AP/dapd)
Bantuan dari WFP untuk SomaliaFoto: dapd

Sebuah negara, yang sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan sendiri menyebabkan ketergantungan karena politik yang hanya membuat rencana dan perhitungan untuk jangka pendek. Shikwati menjelaskan, "Di Kenya naiknya harga disebabkan perencanaan yang buruk oleh pemerintah. Di samping itu, petani tidak mendapat dukungan cukup. Petani kecil, yang jumlahnya kira-kira 65% dari seluruh penduduk yang bertani, diabaikan sepenuhnya, baik secara politis maupun dari sudut penanaman modal.“

Di toko-toko di Nairobi, tepung jagung sudah dikurangi sejak beberapa pekan lalu. Setiap orang hanya boleh membeli sebungkus, tetapi sebagian besar warga memang hanya dapat membeli sebungkus. Tepung jagung yang menjadi makanan orang miskin, sekarang sudah menjadi barang mewah bagi mereka. Untuk beberapa hari mendatang keluarga Florence Makungu punya cukup makanan. Tetapi apa yang akan terjadi kemudian ia tidak tahu. Jika tidak ada makanan, tiga anaknya hanya bisa minum teh.

Anje Diekhans / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk