1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Waschbare imprägnierte Moskitonetze

Fabian Schmidt23 April 2013

Kelambu yang mengandung zat insektisida di dalam seratnya diyakini sebagai solusi ampuh melawan wabah malaria. Teknologi yang sering dipakai produsen pakaian olahraga ini kini digunakan untuk melawan wabah malaria

https://p.dw.com/p/18KgZ
Foto: picture-alliance/dpa

Sekitar satu juga orang meregang nyawa setiap tahun akibat Malaria, 90 persen di antaranya berasal dari Afrika. Informasi tersebut besumber dari laporan tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Padahal solusinya tidak sulit, kelambu yang diberi lapisan insektisida terbukti ampuh meredam wabah malaria.

Tidak cukup memilikinya saja, kelambu harus rajin digunakan setiap hari dan bisa dicuci berulangkali tanpa kehilangan lapisan insektisida. Terutama buat anak-anak yang sering menjadi korban Malaria. Dua pertiga korban penyakit ini berusia kurang dari lima tahun.

"Sebabnya kelambu hingga hari ini masih menjadi komponen terpenting mencegah Malaria," kata Jürgen May, Professor bidang medis di Institut Bernhard Nocht untuk Penyakit Tropis. Karena nyamuk Anopheles yang menyebarkan parasit Malaria sering aktif malam hari.

Kelambu Wajib Setiap Malam

Menggunakan kelambu di daerah tropis sama pentingnya seperti menyikat gigi. "Orang harus menggunakan kelambu dengan benar, dan menyemprotnya secara berkala dengan insektisida, selain itu kelambu juga tidak boleh berlubang setelah pemakaian lama, kata May.

Tapi disitulah terletak kelemahan terbesar kelambu yang biasa dijumpai di perumahan penduduk. Seiring waktu, kelambu akan kotor dan berlubang. Kelambu yang terbuat dari serat lembut biasanya mudah dicuci, tapi mudah robek. Sebaliknya kelambu dari serat kasar biasanya lebih kokoh, tapi sulit dibersihkan. Selain itu, biasanya orang harus melulu menyemprotkan zat insektisida di atas permukaan kelambu. Lapisan ini akan hilang setiap kali kelambu dicuci.

Solusinya adalah menciptakan kelambu yang lebih baik. "Kami ingin mengembangkan jaring yang lembut dan tahan lama. Terutama zat insektisida sudah harus tertanam di dalam serat jaring," kata Frederic Baur, ilmuwan agraria di Bayer CropScience di Lyon, Perancis. "Tantangannya adalah mencapai kedua sasaran itu untuk memastikan bahwa orang akan memakainya."

Moskito
Foto: CC/Armed Forces Pest Management Board

Insektisida di dalam serat

Baur menggunakan serat dari Polyproylen yang lembut namun kokoh. Keistimewaannya adalah, serupa dengan baju olahraga yang menanamkan partikel perak nano di serat textil untuk mencegah bakteri, serat kelambu yang dikembangkan CropScience sudah mengandung zat insektisida.

"Kalau anda menyucinya atau lapisan insektisidanya menghilang dari permukaan lantaran pemakaian yang lama, zat baru akan muncul dari dalam serat kelambu," kata Baur. Ia mengklaim, kelambu jenis baru ini bisa dicuci hingga 30 kali tanpa merusak lapisan insektisida di permukaannya," dan ini sudah diuji oleh WHO," katanya.

Berbeda dengan zat insektisida yang disemprot ke permukaan kelambu, insektisida yang ditanam di dalam serat jauh lebih aman untuk manusia. Kelambu yang dikembangkan Frederic Baur menguapkan zat tersebut dengan amat lambat, "kami menggelar sejumlah studi risiko soal ini. zat yang menguap dari permukaan sangat sedikit sehingga tidak berdampak apapun terhadap kesehatan manusia. Tapi ia tetap ampuh terhadap nyamuk."

Tidak lama lagi kelambu ini akan diproduksi massal untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Sekitar 300 hingga 500 juta orang hidup di daerah yang rawan malaria.