1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Interview dengan Moshe Zimmermann

17 Maret 2015

Moshe Zimmermann perkirakan, Partai Likud di bawah Benjamin Netanyahu akan tetap berkuasa. Tetapi Netanyahu tetap tidak bisa berpangku tangan. Pendapatnya dijelaskan dalam wawancara dengan DW.

https://p.dw.com/p/1Es1f
Westjordanland Siedlungsbau Kirjat Arba 2012
Foto: picture-alliance/dpa/A. Hashlamoun

DW: Tendesi beberapa hari menjelang pemilu Israel menunjukkan, Partai Likud di bawah PM Benjamin Netanyahu mendapat suara lebih sedikit dibanding dengan hasil pengumpulan suara pemilu lalu. Bahkan mungkin lebih sedikit dibanding saingan terberat, Partai Buruh. Apakah akan terjadi pergantian politik di Israel?

Moshe Zimmermann: Bisa terjadi, bahwa Partai Buruh mendapat lebih banyak kursi di parlemen dibanding partai Netanyahu. Tapi bukan itu saja yang menentukan. Di Israel sejumlah besar orang yang mendukung partai nasionalis. Jadi walaupun Netanyahu mendapat suara lebih sedikit daripada saingannya, ia lebih mampu membentuk pemerintahan koalisi.

Apakah itu berarti Netanyahu bisa berpangku tangan?

Saya rasa tidak. Karena jika Likud tidak menjadi partai terkuat lagi, berbeda dengan pemilu lalu, ia akan mendapat serangan dari dalam kubu sendiri. Saya menduga, di dalam partai itu sendiri akan terjadi semacam penggulingan kekuasaan. Jadi Likud bisa tetap ikut dalam pemerintahan, tetapi Netanyahu tergeser dari posisinya.

Sepenting apakah Netanyahu bagi blok kanan di parlemen?

Sejauh ini ia adalah figur utama bagi semua partai dan anggota parlemen yang nasionalis atau berhaluan kanan dalam Knesset. Tapi itu bukan berarti akan terus demikian. Orang bisa saja mencari pengganti Netanyahu. Seorang rekan Netanyahu dalam Likud, Gideon Saar, mengundurkan diri dari politik beberapa waktu lalu. Dulu ia pernah jadi menteri, sekarang masih anggota Likud, dan ia pasti berminat menduduki posisi pemimpin jika Netanyahu hengkang. Juga Moshe Kahlon, yang mendirikan partai sendiri, mungkin berminat kembali ke Likud.

Historiker Moshe Zimmermann
Foto: DW/Sarah Hofmann

Jadi posisi Netanyahu sekarang lemah. Apa sebabnya?

Netanyahu kehilangan kekuatan magisnya. Hingga kampanye pemilu baginya segala sesuatu berjalan lancar. Oleh sebab itu ia memutuskan mengadakan pemilu, boleh dibilang seperti mengambil langkah ke depan untuk menghindar. Tapi kemudian dinamika baru berkembang, di mana ia tidak bisa memberikan jawaban lagi atas pertanyaan seperti: mengapa biaya sewa begitu tinggi? Mengapa tempat tinggal begitu sedikit? Kekuatan magisnya juga lenyap, karena warga Israel tidak mudah terpengaruh lagi dengan langkah Netanyahu yang menciptakan panik.

Meskipun demikian kubu kanan tetap kuat.

Kubu kanan dapat dukungan mayoritas yang stabil sejak 1977, atau bahkan mayoritas yang terus bertambah. Sebagian besar warga Israel berorientasi ke kanan. Oleh sebab itu, kubu kiri yang sebenarnya ingin berkompromi dengan Palestina sulit mendapat dukungan mayoritas. Selain itu, kubu kiri Israel tidak akan beradi mengadakan koalisi dengan partai-partai warga Arab di Israel. Karena bagi pandangan masyarakat Israel secara umum, itu bukan hal yang legitim. Tapi tanpa partai-partai Arab, Partai Buruh tidak akan bisa mendapat kursi mayoritas di parlemen.

Apa peran warga muda? Kubu mana yang lebih mereka dukung, kiri atau kanan?

Warga muda lebih radikal. Itu bukan hal istimewa dalam politik Israel. Tetapi karena sebagian dari mereka menjadi anggota militer, kecenderungan mendukung pola pikir kanan lebih besar. Jika lewat pertanyaan tadi Anda bermaksud mengajukan pertanyaan mendasar, bagaimana masa depan Israel, harus dikatakan: warga muda juga tidak menjamin perubahan haluan ke kiri.

Moshe Zimmermann adalah pakar sejarah di Universitas Ibrani, Yerusalem.

Interview: Anne Allmeling (ml/vlz)