1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kekerasan di Aceh Meningkat Jelang Pemilu

1 April 2014

Sejumlah pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati tiga orang termasuk balita di provinsi Aceh, menandai kekerasan yang terjadi di wilayah yang pernah bergolak itu menjelang pemilihan umum.

https://p.dw.com/p/1BZTq
Foto: picture-alliance/dpa

Korban-korban itu tewas Senin (31/3) malam ketika dua pria di atas sepeda motor melepaskan tembakan ke sebuah mobil van kecil yang dihiasi gambar kandidat dari Partai Aceh, yang selama ini mendominasi politik lokal di provinsi ujung barat tersebut.

Polisi mengatakan masih belum jelas siapa laki-laki bersenjata itu meski belakangan terjadi peningkatan kasus kekerasan yang terkait politik menjelang pemilihan umum legislatif 9 April mendatang.

Kekerasan itu menggarisbawahi masalah keamanan yang masih sangat rapuh di Aceh, setelah hampir satu dekade perjanjian damai mengakhiri 30 tahun pemberontakan di provinsi yang telah menewaskan sekitar 25.000 jiwa.

“Orang-orang bersenjata yang diyakini telah membuntuti minivan – yang membawa 12 orang, termasuk dua balita (anak di bawah lima tahun) – melepaskan tembakan dari belakang, mengenai empat orang,“ kata Ali Khadafi, kepala polisi Bireuen, tempat terjadinya insiden tersebut.

Sopir mobil bergegas membawa para penumpang ke pusat kesehatan setempat, namun anak laki-laki berusia 18 bulan, seorang laki-laki dan seorang perempuan tewas saat tiba di rumah sakit, kata Khadafi.

Seorang pria berusia 35 tahun masih berada dalam keadaan kritis, tambah dia.

Kekerasan meningkat

Sejumlah insiden mulai dari rangkaian penembakan, pelemparan granat dan kekerasan terjadi di Aceh, bersamaan dengan dimulainya kampanye partai-partai menjelang pemilihan umum.

Kekerasan berdarah juga menghantam Aceh menjelang pemilihan gubernur 2012 serta pemilihan umum legislatif 2009.

Beberapa lembaga swadaya masyarakat menuduh Partai Aceh – yang dibentuk oleh para bekas pemberontak – melakukan sejumlah serangan berat atas para anggota dan pendukung partai oposisi.

Di bawah otonomi khusus yang diberikan sebagai hasil kesepakatan damai, Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia di mana partai lokal bisa ikut bersaing melawan partai nasional lewat kontestasi pemilihan umum.

Namun mereka tidak bisa bersaing memperebutkan kursi parlemen nasional. Partai lokal hanya diperbolehkan bersaing memperebutkan kursi parlemen lokal. Selain satu-satunya yang memiliki partai lokal, Aceh juga satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan Syariat Islam.

ab/cp (afp, ap, rtr)