1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170211 Uganda Museveni

17 Februari 2011

Sejak 25 tahun Uganda dipimpin Presiden Museveni. Dalam pemilu Jumat (18/02) Museveni kembali mencalonkan diri, dan pria berusia 66 tahun itu kemungkinan besar menang.

https://p.dw.com/p/10J1Q
Presiden Museveni saat berkampanye di KampalaFoto: DW/Schlindwein

Dengan musik rap Presiden Yoweri Museveni berusaha menarik minat remaja Uganda. Lagu rap yang dinyanyikan Museveni terdengar di setiap pojok jalan lewat pengeras suara juga di diskotek-diskotek Remaja juga memasangnya sebagai nada panggil telefon selulernya. Presiden berusia 66 tahun itu telah memimpin Uganda sekitar 25 tahun dan kini kembali mencalonkan diri dalam pemilu parlemen dan presiden.

Museveni dipandang sebagai kakek bangsa Uganda. Hampir 80 persen penduduk negara itu berusia di bawah 25 tahun. Dan kaum remaja yang merupakan mayoritas warga pemilik hak pilih ini dalam hidupnya belum pernah mengalami presiden lain selain Museveni. Terutama pemilih mudalah yang ingin presiden itu menang.

Dalam kampanye pemilunya, Museveni menjanjikan sekolah gratis. Biaya pendidikan di universitas akan digantinya dengan kredit pendidikan. Salah satu yang hadir dalam kampanye itu adalah Osborne Opio. Ia berasal dari Gulu sebuah kota di Uganda Utara yang sampai beberapa tahun lalu diresahkan kelompok pemberontak militer dari Joseph Krony LRA. Sejak LRA meninggalkan Uganda, Gulu mengalami pekembangan

"Situasinya banyak berubah. Dulu pada tahun 1980- 90-an orang-orang bergegas pulang sebelum jam enam sore, karena takut kepada pemberontak. Tapi kini malam hari di jalanan tampak orang-orang berjalan-jalan. Remaja di Gulu bisa keluar sampai tengah malam. Banyak yang berhasil diraih Museveni.“

Tapi tidak semua berpendapat begitu. Warga Uganda mengikuti dengan seksama apa yang terjadi di Mesir beberapa hari terakhir ini. Banyak remaja merasa terinspirasi dengan berbagai revolusi yang terjadi di Afrika Utara. Juga di Uganda dalam beberapa hari terakhir banyak terjadi kerusuhan. Muncul bahaya bahwa remaja kembali turun ke jalan. Banyak di antara mereka meminta perubahan politik, seperti Eugen Balek yang berusia 22 tahun. Ia mendukung kandidat oposisi Kizza Besigye karena merasa muak dengan janji-janji Museveni

"Banyak yang akan berubah jika Besigye menang. Jika ia tidak menang maka kami akan bertindak seperti masyarakat di Mesir, yang begitu lama menderita di masa pemerintahan presidennya. Museveni banyak membuat janji, dan tidak menepatinya. Misalnya pendidikan sekolah gratis. Kini kami memiliki sekolah-sekolah yang dapat dikunjungi secara gratis. Tapi guru-gurunya tidak mengajar dengan baik karena bayaran mereka buruk. Waktu saya lahir Museveni sudah berkuasa. Kini saya cukup umur untuk memilih, dia masih juga berkuasa.“

Pada pemilu tahun 2006 lalu Besigye meraih 37 persen suara, Museveni 59 persen suara. Jajak pendapat terakhir menunjukkan Museveni akan dapat meraih 65 persen suara, Besigye hanya 15 persen. Pemimpin oposisi itu kini menyatakan ada manipulasi pemilu. Ia mengumumkan akan mempublikasikan sendiri hasil pemilu, karena ia tidak mempercayai komisi pemilu. Ini dapat menimbulkan kekacauan dan kerusuhan. Tapi Museveni sudah mengantisipasinya. Rezim itu sudah memobilisir aparat keamanan untuk mengatasi kemungkinan demonstrasi.


Simone Schlindwein/ Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk