1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pressefreiheit in Gefahr

30 April 2012

19 wartawan dibunuh dan lebih dari 160 ditangkap. Ini adalah neraca yang menyedihkan yang terjadi hanya dalam rentang waktu empat bulan pada tahun ini. Sorotan ini dilakukan dalam rangka hari kebebasan pers dunia.

https://p.dw.com/p/14myv
business conference camera journalism © picsfive #16855152
Gambar simbol Kebebasan PersFoto: Fotolia/picsfive

Aksi perlawanan di berbagai negara Arab memang telah memicu perubahan yang mendalam. Tetapi, ini tidak berarti bahwa tugas wartawan menjadi lebih mudah. Michael Rediske, jurubicara pimpinan organisasi Reporter Lintas Batas di Jerman mengatakan, ukuran kebebasan pers setiap negeri, sangat berbeda. Misalnya di Tunisia, kondisi kerja bagi wartawan tidak begitu berbahaya ketimbang sebelumnya. Sementara di Suriah, sejumlah wartawan tercatat tewas sejak dimulainya pertempuran di negeri itu. Bagi para wartawan, situasi di Suriah saat ini sama berbahayanya dengan di Irak beberapa tahun yang lalu. "Musim Semi Arab telah memicu sejumlah konflik besar", ujar Rediske. "Para jurnalis harus berada di lokasi kejadian, dan di sana mereka tentunya diserang, terutama oleh pemerintah."

Die Überschrift der halbamtlichen ägyptischen Zeitung Al-Ahram vor und nach dem Stürz vom ägyptischen Präsidenten Hosni Mubarak.
Koran MesirFoto: DW

"Musim Semi Arab" masih belum membawa ketenangan

Di negara tertentu harapan masih belum juga terpenuhi. "Misalnya di Mesir yang sebelumnya menggantungkan harapan yang besar. Negara ini merosot kembali ke urutan bawah di daftar kami. Pasalnya, pemerintah militer Mesir memberlakukan UU darurat baru, dan kebebasan pers kembali dibatasi", demikian Michael Rediske.

Organisasi Reporter Lintas Batas setiap tahun mempublikasikan laporan indeks kebebasan pers negara-negara di seluruh dunia. Laporan kali ini mencakup 179 negara. Di negara-negara ini, organisasi itu tidak hanya menanyai wartawan, tetapi juga ilmuwan, pakar hukum dan aktivis HAM.

Eritrea menjadi juru kunci

Terjebak di daftar terbawah adalah negara-negara yang hanya sedikit atau sama sekali tidak mengindahkan kebebasan pers. Eritrea berada di tempat terbawah, dan ini tidak merupakan kejutan, kata Pierre Ambroise yang mengamati negara-negara Afrika bagi Reporter Lintas Batas. "Eritrea adalah tempat terburuk bagi jurnalis. Kebebasan pers dicabut sepuluh tahun yang silam. Saat ini semua jurnalis bekerja bagi media pemerintah dan harus mematuhi peraturan dari Kementrian Informasi Eritrea, Siapa yang melawan, dijebloskan ke penjara."

Angola juga dinilai buruk, meskipun negeri itu secara ekonomi mengalami kemajuan. Pengaruh pemerintahan terhadap media juga besar. Jurnalis dan aktivis HAM Rafael Marques mengkritik situasi ini dalam blognya www.makaangola.org: "Di antara para pemilik satu-satunya stasiun TV swasta, TV Zimbo, terdapat dua pejabat berpengaruh dari rezim Angola." Blog "Marques" tahun ini termasuk dalam deretan finalis Deutsche Welle Blog Awards (BOBs).

Perkembangan posisitf di Namibia dan Tanjung Verde

Namun kabar yang sangat baik juga terdengar dari Afrika: "Untuk pertama kalinya, pada daftar 20 negara yang terbaik terdapat dua negara Afrika, yaitu Namibia dan Tanjung Verde", tegas Michael Rediske. Ia menambahkan, hal ini juga merupakan dampak dari keadaan politik yang stabil di kedua negara.

Sedangkan di Asia, Indonesia misalnya menduduki posisi ke-146. Sementara Cina masih tetap merupakan masalah besar. Menurut Reporter Lintas Batas, jumlah jurnalis dan blogger yang dipenjara di Cina merupakan yang tertinggi di dunia. Saat ini, kegiatan penyensoran di Cina terutama difokuskan pada internet. Layanan berita pendek yang menyerupai twitter, yaitu "Weibo", merupakan duri di mata badan sensor Cina.

A plainclothes officer at right tries to prevent a photographer from taking a photo of a Chinese police officer questioning two journalists near the headquarters of the Beijing Olympics planning committee seen in the background in Beijing, China, Monday, Aug 6, 2007. Police roughed up journalists at a rare protest Monday in Beijing, staged by Reporters Without Border, the free-press advocacy group that accuses the government of failing to meet promises for greater media freedom one year ahead of the 2008 Olympic Games. (AP Photo/Ng Han Guan)
Upaya menghalangi fotograf memotret seorang perwira polisi CinaFoto: AP

Cina memiliki jumlah terbesar jurnalis yang ditahan

Jeremy Goldkorn, seorang blogger yang saat ini tinggal di Cina mengatakan: "Internet dan tawaran Weibo memungkinkan orang-orang untuk mengeluarkan pendapat. Memang ini lebih bebas ketimbang sebelumnya. Namun bersamaan dengan itu, informasi mengalir seperti tsunami, dan sebelumnya tidak pernah sebanyak itu. Sekitar 300 juta warga Cina kini sedikitnya memiliki akun Weibo.

Goldkorn melanjutkan, sensor memang lebih ketat. Misalnya, sebuah peraturan yang menyebutkan bahwa semua pengguna Weibo hanya boleh mendaftarkan diri dengan nama asli. Tetapi hingga sekarang peraturan ini tidak dilaksanakan. Sensor hanya terbatas pada metode tradisional. Akhir Maret lalu, semua fungsi komentar atas berita-berita pendek dimatikan selama tiga hari. Kebijakan itu antara lain untuk melarang diskusi mengenai pertarungan kekuasaan di politbiro Partai Komunis Cina.

Di Afghanistan ancaman bagi kebebasan bukan datang dari sensor negara tapi lebih karena intimidasi, terutama oleh Taliban dan warlord yang terkait dengan Taliban. Setelah jatuhnya rezim Taliban 2001, peta media di negeri itu berkembang cukup cepat dan beragam. Meskipun begitu, Reporter Lintas Batas menilai kebebasan pers masih sangat dibatasi.

Image #: 11575615 Members of the press protest violence against journalists in Mexico City, Saturday, August. 7, 2010. According to Mexico's National Human Rights Commission at least 60 journalists have being killed in Mexico in the past ten years. Antonio Nava /Landov Schlagworte Medien, Politik, Demonstrationen, Entführungen, Kriminalität, Menschenrechte, Mord, Opfer, Journalist, Protest, Demonstration, Demo, Entführung, Foto, Journalisten, Journalismus, Fotos, Meinungsfreiheit, Verschwundene, Mexiko, Menschenrechtsverletzung, Menschenrechtsverletzungen
Aksi protes menentang kebebasan pers di MeksikoFoto: picture-alliance/landov

Ancaman mati melalui perang narkoba

Melakukan tugas jurnalis juga berbahaya di sejumlah negara Amerika Latin. Misalnya di Meksiko dan Honduras, di mana perang berkecamuk antara mafia narkotika dengan militer. Brasil juga tercatat sebagai negara yang yangat berbahaya bagi profesi wartawan.

Eropa Timur juga mendapat sorotan. Belarus misalnya, media dikontrol oleh pemerintah di bawah rezim Alexander Lukashenko. Sementara di Rusia, laporan-laporan media swasta juga dibatasi.

Indeks Eropa cukup baik

Michael Klehm dari Ikatan Jurnalis Jerman mengungkapkan kepada Deutsche Welle, dilihat secara internasional Eropa cukup baik dalam isu kebebasan pers, termasuk Jerman. Hal ini tercermin dalam daftar indeks, di mana delapan negara Eropa, yaitu Finlandia, Norwegia, Estonia, Belanda, Austria, Islandia, Luksemburg dan Jerman menduduki urutan teratas. Jerman yang jurnalisnya saat ini khawatir akan ancaman perlindungan sumber informasinya melalui rencana penyimpanan jangka panjang data telefon dan internet, hanya harus puas dengan posisi ke-16.

Marko Müller/Christa Saloh-Foerster

Editor: Andy Budiman